"Kita adalah diksi rumpang pada barisan kalimat yang tak pernah rampung kemudian terbengkalai." ─ Freen to Rebecca.
....
Berisi catatan singkat masa lalu Freen Sarocha, dosen muda di salah satu universitas kota kembang.
Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Menyaksikan kebersamaan kita, ego-ego kita, pertengkaran kita, kerinduan kita dan banyak hal terjadi lainnya.
Aku tahu tidak ada perubahan yang semakin baik dari diriku. Setiap saat, setiap waktu aku selalu membuatmu kesal. Membuatmu lama menungguku. Dan tidak ada kata lain selain maaf. Maaf untuk semuanya. Maaf aku telah mencintaimu.
...
Aku memandangi wanita yang tidur di sampingku, membelai rambutnya dengan lembut. Wanita yang selalu membukakan pintu maaf untukku yang berkali-kali menyakitinya. Tapi tidak untuk kali ini. Aku memutuskan untuk hidup bersamanya. Meski keputusanku ini membutuhkan waktu lama.
Aku meninggalkannya karena keinginan kita tidak sejalan. Perkara pindah kewarganegaraan. Perkara memiliki Sun. Aku membatalkan rencana itu disaat-saat terakhir. Disaat semua dokumen perizinan sudah selesai.
Becca menghilang begitu saja. Aku tidak menyangka dia tetap mempertahankan Sun dalam perutnya. Sun tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar dalam pola asuhnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Becca menggeliat, dia mengubah posisi tidurnya membelakangiku yang tengah memandanginya. Aku tersenyum. Kemudian memeluknya dari belakang dan memejamkan mataku kembali.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Saat itu, kita adalah diksi rumpang pada barisan kalimat yang tak pernah rampung kemudian terbengkalai."
