Catatan kelima

647 91 39
                                    

Bandung, 2019.

Setelah selesai mengetik beberapa aksara dan menjadi paragraf di laptop, Aku beranjak keluar dari Bersua Caffe setelah sebelumnya berpamitan dengan Charlotte yang kebetulan ada di caffenya. Melihat sederatan toko di jalan, dan jatuh cinta dengan sesuatu yang dipajang di salah satu etalase toko tersebut. Aku mencoba mampir sebentar untuk membelinya. Ini pertama kalinya Aku membeli sesuatu untuk orang lain. Sebelumnya? Tidak pernah sama sekali. Tidak ada orang lain yang spesial dalam kehidupanku. Ah, aku harap orang itu menyukainya.

...

"Aku sudah landing, kamu dimana?"

"Aku di parkiran. Tunggu sebentar ya, baru akan ke pintu masuk."

Dari beberapa hari lalu kami sudah saling berjanji akan bertemu. Maka itu aku menjemput sang puan di bandara. Sudah dari beberapa tahun yang lalu, kami belum pernah bertemu langsung lagi. Biasanya kami hanya bercakap melalui telfon seluler. Tapi kali ini berbeda, wanita itu datang sendiri menemuiku dengan membawa buah hatinya yang semata wayang.

"Apakah dia Sun? Kamu sangat cantik dari sekedar di foto." Sapaan pertamaku untuk putri tunggal Rebecca yang berusia dua tahun. Anak itu hanya diam merapatkan badannya memeluk pinggang ibunya, tidak membalas sapaanku.

"Dia pemalu, jika melihat orang asing selalu seperti itu. Sun ayo beri salam..." Anak itu tetap diam meski ibunya menyuruh. Aku tertawa melihat tingkah bocah itu.

"Kamu mengantuk bukan? Mau ku gendong? Perjalanan ke rumahku lumayan jauh. Kamu bisa melanjutkan tidurmu di dalam mobil nanti." Aku mencoba membujuk Sun, anak itu akhirnya mengangguk mau. "... dan aku harap kamu tidak akan kaget Becca, jalanan Jakarta-Bandung akan terasa lama karena macet."

Becca mengerti, sebelumnya aku sudah memberitahunya jauh-jauh hari keadaan kota metropolitan dan kota kembang itu ketika weekend.

...

Rebecca Armstrong.

"Rindu yang melelahkan, saat bertemu lidah kelu untuk mengatakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rindu yang melelahkan, saat bertemu lidah kelu untuk mengatakan. Ah! beruntung rindu tidak melulu soal bertatap mata. Jika iya, bagaimana dengan si buta? Rindu hanya soal rasa. Diam seribu bahasa pun tak apa."

Bandung, 2019 oleh Freen Sarocha.

Diksi Rumpang (freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang