🌼Bab10🌼

2 1 0
                                    

🧡enjoy for reading🧡

Jamkos adalah waktu santai bagi remaja untuk berfoya-foya. Hal ini pengecualian bagi anak yang pintar serta IQ yang berkualitas.

Ricuh. Berantakan. Inilah gambaran yang terjadi di setiap kelas. Bagi mereka jamkos sangat berharga daripada libur sekolah yang nantinya menjadi beban orang tua.

Cukup. Aura tidak ingin berada di kelasnya. Ini terlalu berisik sehingga membuat kepalanya pening. Ia segera beranjak pergi ke luar kelas. Bodo amat yang namanya bk. Karena tadi gurunya berpesan agar tidak keluar kelas.

Aura hanya butuh pasokan udara yang segar dari alam terbuka. Ia ingin pergi ke tempat favoritnya yaitu taman belakang sekolah. Di sana sangat rindang dan sejuk. Jarang para siswa/i dan juga guru berada disana. Padahal tempatnya bagus. Buat apa dibangun jika tidak ditempati.

Dilihat dari kejauhan terdapat seorang gadis berambut lurus berwarna hitam pekat sedang duduk sendiri menikmati pasokan udara. Aura tertegun, jarang loh ada siswa/i disini.

Clariza.

Ternyata dia Clariza Oktavia yang menjadi sahabat super dingin dan cuek. Parasnya ayu rupawan sebelas dua belas lah sama Aurel.

“Za!” panggil Aura. “Kenapa lo disini?”

“Menurut lo?” jawab Clariza.

“Yah duduk” ujar Aura cengengesan.

Hening.

Keduanya menikmati pemandangan yang sangat cocok untuk camping atau berkemah karena taman ini terbilang cukup luas. Kenapa tidak ada satupun guru yang mengajak muridnya untuk berkemah disini saja. Kenapa harus jauh-jauh mencari lokasi lain.

“Za, gue boleh tanya sesuatu?” tanya Aura memecah keheningan. Clariza hanya mengangguk pertanda membolehkan.

“Maaf kalau gue lancang” Ujar Aura sedikit takut karena Clariza ini sifatnya selalu dingin tanpa ekspresi. Dia jarang tersenyum, oh seandainya dia tersenyum pasti terlihat manis.

“Kenapa sifat lo itu dingin dan pendiam banget? Gue sering baca cerita, orang kayak lo pasti nyimpen banyak hal yang gak diketahui orang. Lo punya masalah?” Clariza belum menjawab. Aura menghembuskan nafas panjang.

“Lo diam berarti benar. Kalo lo ada masalah, gak papa cerita sama gue. Nanti kalau bisa gue bantu kok. Gue nganggep lo sebagai saudara sama kayak Vanes dan Aurel”

“Gue tau tentang lo dari mereka berdua. Kalo lo dulunya tuh ceria banget, ngalahin Vanes malah. Tapi kenapa? Apa yang buat lo berubah?”

“Gak” jawab Clariza.

“Yaudah, gue gak maksa kalau lo butuh sesuatu cari kita. Kita akan selalu di samping lo. Oke?”

“Hm”

***

▶Calon suami

Lo dimana?

 

“OMG!”

“Apasih Nes lu bikin gue sakit jantung di usia muda tau nggak!” sentak Aura pada Vanes.

“PANGERAN GUE NANYAIN KABAR DONG!”

“Lebay!”

“Hahaha iri yah lu! Gak di kasih kabar sama bambang Erland!”

Sore ini mereka sedang berada di rumah Aurelie Gardania. Sepulang sekolah mereka langsung nongkrong di rumah Aurel.

Aurel hanya tertawa melihat wajah sebal Aura. Aurel beralih memandang Clariza yang duduk dengan pandangan kosong.

“Za lo gak papa?” khawatir Aurel.

Tidak ada respon. Kenapa sahabatnya ini begitu berubah drastis. Mereka bertiga akhir-akhir ini dibuat khawatir sekaligus takut Clariza akan stres atau depresi.

“Za lo kenapa? Jujur gue takut kalo lo diem terus kayak gini. Kalau lo ada masalah cerita jangan diem aja” rintih Vanes sambil memeluk Clariza.

“Iya Za. Biasanya lo kalau ada apa-apa pasti cerita. Kenapa lo gak pernah cerita ke kita lagi hmm?” lembut Aurel juga memeluk Clariza.

“Gak"

“LO BOHONG! CERITA ZA CERITA. KENAPA LO BISA DIEM KAYAK GINI HAH!” teriak Vanes. Cukup. Ini terakhir kalinya Clariza bilang tidak ada apa-apa.

“SIAPA YANG NYAKITIN LO. BILANG SAMA GUE!” Aura dan Aurel tertegun melihat tingkah Vanes yang begitu brutal.

“Kalo lo masih nganggep kita sahabat, lo bakal cerita kan? Tapi ini nggak sama sekali” Vanes menyeka air matanya, dadanya begitu sesak. Ia sangat emosional jika menyangkut orang terdekatnya.

“Lo punya pilihan. Mau cerita atau lo pergi dari sini dan gak usah lagi sahabatan sama kita”

Aura dan Aurel lebih terkejut. Kenapa Vanes begitu egois jika Clariza tidak bicara, its okey. Dia akan cerita di waktu yang tepat.

“Gue pamit” ujar Clariza memecah keheningan. Aura melebarkan matanya, bagaimana gadis itu begitu mudahnya pergi tanpa penjelasan. Kalau ada salah satu diantara mereka bertiga punya salah, kan bisa diperbaiki.

“Sahabat yang sudah dianggap saudara telah hilang”

****

Aura berjalan memasuki mansion appa Adhikari dengan malas. Energinya mendadak turun drastis. Soal Clariza, sahabat yang selalu ingin ia harapkan bersama selamanya. Ah, entahlah Aura pusing memikirkan.

Begitu larut dalam dunianya, ia tak menyadari bahwa ada tamu yang sedang duduk santai. Terlihat ada tiga pria yang sudah mencuri perhatiannya setelah masuk begitu saja tanpa sapaan apapun.

Ketika kaki menginjak tangga pertama harus terhenti karena ada suara memanggilnya.

“WOY AURA! ADA CALON KAKAK IPAR LO NIH. GAK MAU SUNGKEM?” teriak Rey yang kesal dari tadi karena panggilannya diacuhkan begitu saja.

“Apaan?” jawab Aura lesu.

“Ada kak Dareen, abangnya Erland”

What! What! Gimana?

Aura terkejut bukan main. Ia segera berlari pada pria yang sangat tampan, wajahnya sangat mirip dengan Erland. Aura langsung sungkem seperti minta doa restu saat pernikahan.

“Eh” lirih Dareen terkejut.

“Hahaha, bener-bener nih bocah!” cibir Rey yang masih tertawa.

Adhikari hanya menggeleng-nggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan jalan pikiran Aura.

“Haduh.. Sakit perut gue...” rengek Rey tak bisa berhenti tertawa. Dan Aura masih nyaman dengan kegiatan sungkemnya.

“Sudah ya, saya sudah restui kamu sama Erland” ujar Dareen lembut.

Dareen sangat terkejut dengan ucapan Rey tadi. Sosok adiknya, Erland. Dia tahu sangat bahwa Erland anti dengan namanya cewek. Mungkin adiknya sudah sangat besar pasti akan suka dengan lawan jenis.

Adhikari, Rey, dan Dareen ada kerja sama antar perusahaan. Adhikari memandang Company Agnibrata sangat melejit di dalam bidang manapun. Apalagi yang memegang kuasa masih sangat muda tapi berkualitas. Dareen pun memandang perusahaan Vernandez begitu sempurna. Berdiri bertahun-tahun tapi tetap berdiri dengan kokohnya.

“Saya pamit pak Adhi, terima kasih sudah mau bekerja sama dengan saya” Dareen menjabat tangan Adhikari.

“Sama-sama, saya juga terima kasih sudah mau mengajak kerja sama dengan perusahaan saya”

“Aaa, seneng deh kakak ipar bisa akrab sama appa” celetuk Aura terharu yang tak sadar bergelayutan di lengan Rey.

“Om, saya juga pamit yah. Mau ke rumah Erland juga” ucap Rey melepas paksa tangan Aura kasar. Adhikari mengangguk dan tersenyum.

“Bang bareng yah!” seru Rey pada Dareen. Dareen mengangguk mengiyakan.

“Pamit pak Adhi. Dadah adek ipar, sehat-sehat yah!” pamit Dareen kedua kalinya.

“Salam cinta buat kak Erland yah bang Dareen”

🧡thank you for reading🧡
Vote & comment💅🏻
Terima saran&kritikan

Hidden Love {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang