🧡enjoy for reading🧡
Aura tengah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Kini ia berdiri didepan gerbang rumahnya karena sedang menunggu Erland menjemputnya.
Suara motor sport terdengar, Aura menoleh pada cowok yang wajahnya tertutup helm full face. Aura yakin bahwa itu Erland. Ia pun langsung menghampiri.
"Kak, Aura bawain sandwich kesukaan kak Erland. Nanti dimakan ya!" ucap Aura memasukkannya kedalam tas Erland. Erland hanya mengangguk mengiyakan. Gadis itu selalu rajin membuatkan makanan untuknya. Walaupun hari libur, Aura rela datang ke mansion Erland. Terkadang, Aura juga menemaninya ketika ia tidak ada pekerjaan atau sedang week and.
Tak terasa sudah sampai di sekolahan. Tidak ada pembicaraan yang menemani perjalanan mereka. Hanya suara kendaraan lain dan hembusan angin.
Aura turun dari motor sportnya Erland dan melepaskan helm. Ia langsung merapikan rambutnya karena sedikit berantakan. Sesekali ia mengibaskan rambutnya kebelakang berharap Erland terkagum dengan sejuta pesonanya. Namun cowok itu hanya menatapnya datar. Apa apaan ini!.
Aura menyerahkan helmnya pada Erland. Cowok itu menerimanya dan meletakkan di atas motor. Erland melangkah pergi menuju kelasnya tanpa mempedulikan seorang gadis yang tengah menatapnya sebal.
Dengan mengerucutkan bibirnya, Aura pergi mengejar Erland. "Kak, nanti diundang sama appa Adhi buat makan malam di rumah Aura. Sama teman-temannya kak Erland ajak juga ya!" Erland mengangguk pertanda setuju.
"Ihhh, kok kak Erland ngangguk mulu sih! Lagi sariawan ya?" tanya Aura menghadang jalan Erland.
"Nggak"
"Ih kok cuek!"
Erland menaikkan sebelah alisnya. Tak mengerti aksi protes yang diberikan Aura. Aneh, pikir Erland. Ia pun melanjutkan jalannya tapi Aura tidak pernah lelah mengejarnya.
"Kak Erland nyebelin"
"Kak Erland gak bisa romantis!"
"Nggak kayak Dilan sama Milea"
"Kata Dilan, rindu itu berat biar aku saja. Kak Erland mah apa? kentang!"
"Cuek mulu kerjaannya"
"Romantis dikit lah kak"
"Nanti orang-orang malah pindah lapak cuma karena bosen nunggu kita jadian!"
Erland mendadak berhenti membuat Aura terjatuh karena menubruk badan tegap Erland.
Entah kenapa hari ini Aura lebih cerewet dari biasanya. Membuat Erland kesal setengah mati.
Aura merasakan nyeri di bokongnya. Ia mengusapnya beberapa kali. Hal itu pun tidak luput dari pandangan Erland.
"Sakit tahu kak, gendong!" Aura mengangkat kedua tangannya berharap bahwa Erland mau menggendongnya.
"Oh, shit!"
*****
Aura mencak-mencak menuju kelasnya bahkan rasa panas dan perih di bokongnya sampai tidak terasa. Aura meletakkan tasnya kasar dan menenggelamkan wajahnya yang berniat untuk tidur agar bisa mengendalikan amarahnya.
"Ngapa lagi tuh bocah" gumam Andrean-ketua kelas sebelas sekaligus teman sekelas Aura.
Andrean melihat sahabatnya Aura, Aurel dan Clariza yang tengah asyik mengobrol sampai tak sadar bahwa Aura sedang kesal. Vanes? Entah kenapa gadis itu belum terlihat batang hidungnya. Biasanya pagi-pagi seperti ini Vanes lah yang selalu membuat kegaduhan di kelasnya.
Andrean duduk disebelah Aura, memandangi setiap inci wajah Aura.
Sangat imut, menurutnya. Tapi sayang ia sangat menyukai Erland. Jika ia tidak menyukai Erland atau siapapun itu, Andrean akan membuat gadis ini luluh padanya."Ada apa Andrean?" celetuk gadis itu, mengerjapkan matanya berkali-kali menambah kadar keimutannya.
Seakan tahu maksud Andrean, Aura langsung berkata, "Ada tugas dari bu Hana? Oke, sans. Nanti gue kasih contekan"
Andrean menggelengkan kepalanya. "Lo cantik" puji Andrean.
Aura terkejut.
"Lo mau jadi pacar gue?"
"Ha?"
"Daripada sama Erland yang dingin itu. Mending sama gue yang akan selalu ngasih perhatian ke elo"
****
"Vanes kemana ya?" tanya Clariza. Entah kenapa mendadak Vanes bak ditelan oleh bumi. Sudah tiga hari gadis itu tidak terlihat dan semenjak itulah Vanes tidak bisa dihubungi.
Aura menghela nafas pelan, " Lagi mulung mungkin" ujarnya sambil memakan cilok nya mbak Acing.
"Hidup lo sepertinya tenang banget ya Ra, semenjak Vanes menghilang" ucap Fena.
"Lo cenayang ya Fen?" tanya Aura penasaran.
"Bukan gue itu indigo, lo tahu? Yang bisa lihat masa depan. Iya bukan sih? Indigo bukan?" ayo jawab pertanyaan Fena ini. Dia tidak tahu!😂
"Oh, kalau gue bisa lihat makhluk astral" jujur Aura. Ketiga sahabatnya langsung melihat Aura yang masih sibuk mengunyah cilok nya.
"Lo bertiga gak percaya?" tebak Aura melihat ketiga temannya bergantian.
"Nggak!" jawab mereka bersamaan.
"Lihat bangku kantin yang dipojok sana. Lo semua ngerti kan ceritanya? Gak boleh ada yang duduk di sana. Kalau lo duduk bakalan kesurupan. Lo semua pasti penasaran itu benar atau nggak. Gak papa nanti kalau Vanes udah muncul, kita buat dia jadi bahan percobaan" cerita Aura yang diakhiri dengan tertawa keras.
Fena, Clariza, dan Aurel hanya menatap sinis Aura. Benar-benar menyebalkan sekali sekaligus kejam! Masa sih ada yang berani menjadikan sahabatnya sendiri sebagai tumbal!
Memang benar kejadian mistis tersebut. Katanya mbak Acing tidak dibolehkan duduk atau mendekat ditempat itu. Kejadiannya memang sudah lama tapi belum ada siswa/i yang berani mencoba bahwa kejadian itu benar atau hanya hoaks saja.
"Di sana ada gadis yang berpakaian sama dengan seragam kita. Tetapi pakaiannya lusuh, ada bercak darah di baju dan roknya. Mukanya gak kelihatan karena ketutup sama rambutnya, gue bisa melihat setengah wajahnya. Lo tahu gimana wajahnya?"
Ketiga sahabatnya mengangguk cepat tapi agak takut mendengar kisah selanjutnya.
"Wajahnya pucet kayak mayat hidup, dibawah matanya gelap kayak bertahun-tahun gak tidur sama sekali. Lo bisa bayangin betapa pucat nya dia"
"Mukanya seram banget. Dan...
Brakkk..
Ketiga sahabatnya terkejut, Aura tiba-tiba saja menggebrak meja. Membuat aura disekitar menjadi makin mencekam. Padahal di kantin masih ramai.
"Dia lagi natap tajam lo bertiga. Gue gak tahu apa maksudnya, yang pasti dia pengen lo bertiga jadiin tumbal dan lo harus mau nyusul dia di alamnya"
"Ap... Ap.. Apa maksud lo? Lo harus ikut lah kenapa kita bertiga doang" gugup Clariza.
"Gue gak bisa ikut. Karena gue kan temannya makhluk astral. Jadi mereka gak mau sama gue, maunya sama kalian" jawab dengan santai Aura. Ia pun mengambil jus milik Aurel dan menyeruputnya hingga tandas. Bercerita begitu saja membuat tenggorokannya sangat panas.
Aura melihat ketiga sahabatnya, lucu menurutnya. Karena mereka sedang berpelukan seperti teletabis. Aurel memeluk erat Fena yang berada ditengah, Clariza juga memeluk Fena yang ada di tengah sambil menangis, sedangkan Fena santai tapi bibirnya komat-kamit.
Aura menunjukkan senyum smirk nya, mulailah pikiran jail mendatanginya.
"Oh, ya namanya itu Geby, dia nyamperin lo bertiga" ucap Aura santai meninggalkan ketiga sahabatnya.
Mereka terkejut dan segera berlari meminta perlindungan Aura.
"Aurora tungguin gue, gue gak mau mati! Gue masih jomblo" ujar Fena sambil berlari.
🧡thank you for reading🧡
Vote & comment💅🏻
Open saran & kritikan🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love {SELESAI}
Random🏅#2 bestclass 🏅#3 praktikbwc Ketika cinta tak terbalas dan yang memperjuangkan hanya satu orang. Akankah selamanya begitu? Kadang kita harus menyimpan ego dan beralih untuk berusaha mendapatkannya, tapi siapa yang tahu takdir? Ku gapai malah semak...