🧡enjoy for reading🧡
Erland telah sampai di mansion megah Aura. Kini Aura tengah tertidur pulas mungkin karena lelah menangis. Erland memandang lama wajah Aura, begitu tenang dan polos. Kalau Aura dibangunkan sudah pasti ia tidak bisa diam. Erland terkekeh membayangkan tingkah gadis itu.
Mansion Aura terlihat masih terang dengan pencahayaan lampu. Itu tandanya ada orang yang mungkin menunggu Aura yang belum pulang. Erland membuka jendelanya dan meminta di bukakan gerbangnya pada satpam penjaga.
Erland ingin membangunkan Aura, tapi ia juga tidak tega pasti gadis itu sangat lelah. Dia memutuskan membopong tubuh mungil Aura, sangat ringan.
Tok... Tok.. Tok..
"Assalamualaikum" salam Erland.
Ceklek..
"Waalaikumsalam" jawab seorang pria paruh baya yang terkejut melihat Erland dengan gadis dalam gendongannya. Erland sudah menebak bahwa pria itu adalah ayahnya Aura.
"Maaf om, kedatangan saya untuk mengantar Aura. Saya juga kakak kelasnya Aura" ujar Erland.
"Baiklah, bawa Aura di kamar atas. Saya tunggu kamu dibawah" suruh nya. Erland mengangguk dan segera menaiki tangga. Jujur Erland bingung dimana kamar Aura sebenarnya. Sampai dia menemukan nama disalah satu pintu. Di sana tertulis '❤kamar Ratu Agnibrata❤'. Erland yang membacanya pun terkekeh dengan kelakuan absurd Aura.
Erland meletakkan gadis itu di kasur dan menarik selimut bergambar barbie. Erland mengusap lembut rambut Aura dan membisikkan sesuatu di telinga Aura.
"Good night Queen"
****
"Jadi bisa kamu jelaskan apa yang terjadi dengan Aura?" tanya Adhikari menatap Erland serius.
Sungguh Erland tampak salah tingkah di tatap serius seperti itu. Kenapa Erland berpikir jika ingin menikahi putrinya harus jalur interogasi yang mencekam ini. Lah! Pacaran aja belom, gimana mau nikah.
"Aura di bully salah satu teman saya. Namanya Rafeena Violencia dia sudah membuly Aura dua kali ini om" Adhikari pun mengangguk berkali-kali sambil berpikir. Erland tidak ingin menyebutkan nama Vanes. Dia tidak tahu Vanes ikut menyakiti Aura atau tidak.
"Oke, saya juga gak tahu kalau Aura di bully dia gak pernah cerita sama saya. Aura punya masalah apa sampai di bully seperti itu?"
"Maaf om, saya tidak tahu motifnya apa"
"Hmm, saya akan cari tahu sendiri. Ngomong-ngomong nama mu siapa nak?"
"Erland Adelard Agnibrata. Biasa dipanggil Erland" ucap Erland sambil tersenyum.
"Oh Erland, adiknya Dareen sekaligus calon mantu om nih. Aura selalu cerita banyak tentang kamu jadi saya tahu" Erland hanya tersenyum kikuk. Entah kenapa Erland merasa senang mendengar cerita Adhikari mengenainya.
"Erland ada urusan, Saya pamit yah om" seru Erland sambil menyalimi tangan Adhikari. Bisa-bisa copot jantungnya jika tak kunjung pulang.
"Ditunggu ucapan akad nya ganteng!"
****
Mereka berempat ditambah Vanes yang ada di tengah-tengah mereka. Entah kenapa Ghavin ingin mendengar perkataan Vanes dan di dengarkan oleh sahabatnya.
Erland tadi mendapat kabar dari ketiga sahabatnya untuk pergi ke mansion mereka. Erland pun segera pergi ke sana setelah mengantar Aura.
"Jadi, apa masalah lo sama Aura? Kenapa sahabat lo yang lain gue lihat kayak gak akur? Apa masalahnya sebenarnya?" tanya baik-baik Erland. Gadis itu hanya diam memandang ke depan dengan tatapan kosong.
"Jawab!" tegas Ghavin, muak dengan gadis yang berada disebelahnya ini.
"Masalahnya itu ada di cewek lo, dia ngedeketin kak Ghavin. Dia juga ngedeketin Rafa sama Rey selain lo Erland. Dia tuh cewek murahan tahu gak. Bitch!" marah Vanes.
"Gue nanya lo baik-baik yah! Bukan buat ngejelekin Aura!" protes Erland.
"Kita nganggep Aura itu sebagai adik kita sendiri begitupun dengan sahabat lo itu" tengah Rey di angguki mereka bertiga.
"Kalau ada masalah itu di bicarain baik-baik bukannya lo malah bully Aura Nes. Lo jauh-jauh deh sama kuntilanak itu. Kesel gua. Gue yakin nih otak lo udah di racunin sama dia. Mending lo ke rumah sakit dianter sama Ghavin. Gue takut otak lo tuh keracunan gitu" ujar Rafa sambil terkekeh melihat Vanes melotot ke arah dirinya.
Ghavin berdecak kesal mendengar tuturan Rafa, lagi serius loh ini!. "Gini aja ya Nes, kakak mau Vanes selesain masalah bareng tiga sahabat Vanes. Kak Ghavin gak mau kalo Vanes bertengkar lagi. Oke?" Lembut Ghavin sambil menangkup pipi Vanes yang tembam.
Vanes seolah terhipnotis langsung menganggukkan kepalanya. Uhh, kapan lagi kan diperlakukan manis oleh Ghavin Madhava. Cowok dingin nan cuek ini. 'Apapun perkataan Raja harus dituruti' itulah prinsip yang selalu ia pegang.
"Tembak dong bang. Di anggurin mulu diembat orang nangis" celetuk Rey yang sedari tadi diam. Kenapa diam? Karena cowok itu sedang asik dengan dunia makan gorengan. Ghavin hanya menatap malas Rey
"Adiguna sialan! Gorengan gue.." rengek Rafa karena gorengan yang ia beli hanya tersisa cabe-cabean. Rafa pun menjambak Rey, dan Rey menjambak Rafa tak kalah kuat.
Vanes hanya menatap keduanya malas. Baru saja Rafa menasehatinya untuk membicarakan masalah baik-baik. Lah ini! Cuma gorengan aja jadi bahan debat. Vanes tahu bahwa dua orang ini adalah orang kaya yang menyamar menjadi orang gembel.
"Udah nih Pizza" tengah Ghavin membawa beberapa kotak pizza yang ia baru pesan. Sahabatnya dan Vanes pun segera memburu Pizza di tangan Ghavin sampai tubuhnya terhuyung karena tingkah absurd ini.
Mereka pun makan dengan rakus seakan tidak pernah makan selama sepuluh tahun. Eh kebanyakan gak ya? 😭
"Abang-abang" panggil Vanes menatap keempat cowok didepannya yang sibuk mengunyah.
"Hmm" jawab serempak mereka.
"Vanesia Aneska ada permintaan untuk kalian"
Hening.
'Oh jadi Vanesia Aneska yang imut ini dicuekin. Oke gak papa. Mereka kalau makan tuh guys suka lupa bernafas' batin Vanes
"Oke, gue harap kalian gak budek!"
"Pertengkaran gue sama sahabat gue itu karena Clariza Oktavia. Kalian pasti tahu kan?"
"Jadi..."
Mereka berempat berhenti mengunyah dan menatap Vanes serius. Jujur ia suka ini. Vanes sengaja menggantungkan ucapannya, sepertinya mereka tertarik dengan arah pembicaraan Vanes. Dengan jailnya, Vanes berhenti lama membuat para cowok didepannya mati penasaran.
"Apaan?" tanya Erland dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Cepetan!" tegas Ghavin.
"Cepetan nenek gayung!" cibir Rafa yang dihadiahi jitakan keras dari Ghavin. Enak saja gadis yang cantik ini disamain sama nenek gayung. Rafa meringis kesakitan.
"Gue minta cari tau penyebab berubahnya sikap Clariza. Gue yakin dia ada masalah. Dia biasanya juga cerita, tapi ini nggak. Gue marah dong karena dia gak ngomong. Itu sih akar permasalahan kita. Dia nganggep gue apaan selama ini. Gue pengen bantu kalau sahabat gue ada masalah itu doang" ujar Vanes sekian lamanya.
Rey beranjak pergi tanpa mengatakan sepatah kata apapun membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Ngapa tuh bocah!"
🧡thank you for reading🧡
Vote & comment 💅🏻
Open saran & kritikan 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love {SELESAI}
Diversos🏅#2 bestclass 🏅#3 praktikbwc Ketika cinta tak terbalas dan yang memperjuangkan hanya satu orang. Akankah selamanya begitu? Kadang kita harus menyimpan ego dan beralih untuk berusaha mendapatkannya, tapi siapa yang tahu takdir? Ku gapai malah semak...