1. Es batu

134 12 2
                                    

The Vampire Boy

***

Selamat Membaca!

Dua kotak susu telah kosong dalam satu menit berhubung hari ini cuaca sangat panas. Biasanya satu kotak saja cukup, namun untuk sekarang tidak berlaku.

Pemilik wajah dingin dan bonusnya cukup mematikan jika tersenyum meskipun tipis layaknya sehelai tisu. Dia adalah Iqbaal Pamungkas. Tidak ada satupun siswa-siswi yang berani di dekatnya padahal Iqbaal tak pernah berinteraksi dengan mereka tetapi karena auranya sudah menyeramkan sehingga mereka kabur duluan setelah melihatnya.

"Bu dua kotak lagi," ucapnya tanpa ekspresi.

"Oke den!" jawab Bu kantin.

Bu kantin tersebut bernama Muti sangat dekat dengan Iqbaal bahkan sudah menganggap Iqbaal seperti anaknya sendiri soalnya Bu Muti paham aja apapun yang Iqbaal butuhkan tanpa harus berucap.

"Den kalau–"

Bu Muti terdiam melihat perubahan wajah Iqbaal kemudian segera mengurus pesanan yang lain saja. Meskipun sudah lama kenal, seram juga bila melihat Iqbaal berwajah se-datar tembok.

(Namakamu) baru saja menyelesaikan makannya lalu ia pergi untuk membayar, tak sengaja netranya menangkap sosok tampan nan dingin siapa lagi kalau bukan Iqbaal Pamungkas. Ingat menyebutkan namanya cukup dalam hati takutnya amarah Iqbaal keluar mengakibatkan (Namakamu) dalam masalah besar.

Aroma bubble gum menyeruak ke dalam indera penciuman Iqbaal, pelakunya adalah (Namakamu) padahal jarak keduanya agak berjauhan namun aroma itu seakan dekat juga memabukkan.

Iqbaal melirik sekilas si pemilik aroma bubble gum dan berbarengan dengan (Namakamu) yang menatapnya bingung kemudian cepat-cepat menunduk takut.

"Dia siapa?" batin Iqbaal.

"Kok gue ngerasa di perhatiin sih sama si cowok es batu," gumam (Namakamu) lirih seraya menunduk.

(Namakamu) buru-buru membayar ke Bu Muti. Ia sudah malu sekaligus salah tingkah menjadi bahan lirikan Iqbaal.

"Lirikan matamu menarik hati oh senyuman mu manis sekali!"

"Casie lo ngapain sih?" tanya (Namakamu) sudah sampai di kelas melihat kelakuan teman sebangkunya yang menyanyi tidak jelas.

"Gue gabut tau dikelas sendirian, nggak ada orang, lo kemana aja?" kesal Casie berapi-api.

"Makan."

"Hah? lo makan? kok nggak ngajak gue?" Casie makin kesal.

"Lo bilang nggak laper tadi."

"Kan tadi, kalau sekarang gue laper eh lo kan bawa bekal?"

(Namakamu) mengangguk.

"Yaudah bekal lo biar gue aja yang abisin, sayang tau kalau di buang." Casie dengan tidak sabar mengambil bekal di dalam tas (Namakamu).

"Cas gue habis ketemu vampir," (Namakamu) mulai bercerita.

Casie berhenti mengunyah. "Vampir yang suka sedot darah? kok lo nggak mati? ah ngaco ya...." tunjuk Casie sambil cekikikan.

"Casie!"

Casie mengangkat tangan. "Sorry, terus vampir-nya kepanasan akhirnya jadi debu?"

"Ih bukan, Iqbaal,"

"Hah Iqbaal vampirnya?" Casie tambah syok.

"Bukan," ralat (Namakamu).

"Lo sih ngomongnya nggak jelas, gue kan jadi salah paham."

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang