8. Mencoba dekat

38 4 0
                                    

Memikirkan hal-hal menyenangkan dapat merangsang otak untuk mengeluarkan hormon kebahagiaan berhubung butuh yang fresh bisa saja diobati dengan makan yang kita sukai atau menonton gebetan lewat, Casie contohnya. Dia menahan (Namakamu) duduk di tangga untuk sekadar cuci mata katanya banyak cowok ganteng lewat tangga ini namun bukannya yang diharapkan malah Jefri si ketua OSIS muncul sambil menatap keduanya tajam.

"Kalian berdua mau bolos?" tanya Jefri menghampiri (Namakamu) dan Casie.

"Eh mantan!" sapa Casie salah tingkah lalu berdiri.

"Masuk ke kelas dan kamu ikut saya!" tunjuknya pada (Namakamu) membuat Casie menyembunyikan (Namakamu) dibelakangnya.

"Wah ada apa nih? nggak, enak aja main ambil sahabat gue pokoknya gue gak izinin lo bawa dia pergi!" sergah Casie tak terima.

"Ayo nanda!" Jefri tak peduli memanggil (Namakamu) agar ikut pergi dengannya.

Casie menyemburkan tawa mendengar Jefri menyebut nama (Namakamu) dengan sebutan Nanda sejak kapan (Namakamu) berganti nama jadi Nanda di absensi kelasnya saja (Namakamu) masih dengan nama yang sama.

"Ayo!" ulang Jefri.

"Kalau lo mau sama si Nanda ya cari dikelas lain!" Casie menyahut.

"Gue mau dia!" kata Jefri memperingati.

"Gue gak izinin!" sanggah Casie tak membiarkan (Namakamu) pergi apalagi bersama Jefri.

"Gue mau pergi!" jawab (Namakamu) lagi-lagi memancing Casie tertawa heboh. Serius ini lebih lucu daripada lawakan yang katanya progam bikin ketawa tapi tak manjur di Casie.

"Lo kenapa?" tanya Jefri dan (Namakamu) bersamaan.

Casie membawa (Namakamu) pergi sebelum Jefri nekat mengambilnya. Setelah dirasa jauh Casie memelankan langkah.

"Lo kenapa tadi? kesurupan bakwan?" tanya (Namakamu) heran.

"Terkadang ketawa itu bisa menutupi luka, kadang juga ketawa itu pertanda orang yang sedang mentertawakan kisah hidupnya."

(Namakamu) mengernyit bingung. "Lo ngomong apa sih Cas aneh banget?"

Casie tersenyum. "Gue lagi latihan paduan suara, yuk ke kelas aja disini banyak aura negatif!" ujarnya mengibaskan tangan ke udara.

Seketika siswi berjumlah tiga orang menatap Casie–tersinggung namun Casie lanjut melangkah daripada meladeni. Mohon maaf dia anti ribut tapi sukanya memancing–keributan. Casie terus menarik (Namakamu) pergi padahal katanya di tangga tempat paling santai kemudian datang Jefri lalu kenapa Casie menghindar atau justru cemburu ketika Jefri bicara dengan (Namakamu)?

"Cas maafin gue ya!" mohon (Namakamu) baru paham.

Casie bingung menatap (Namakamu). "Maaf apa sih nam lo gak salah apa-apa kok sama gue."

"Gue sadar kok jadi maafin gue ya lagipula gue gak suka sama dia dan lain kali bakal gue jauhin," janjinya penuh kesungguhan.

Awalnya Casie tak paham dengan penjelasan (Namakamu) tapi setelah dicerna beberapa detik baru Casie paham apa maksudnya padahal Casie tak merasa membuat (Namakamu) bersalah justru kebalikannya.

"(Nam), lo kayaknya salah paham deh sama gue," lanjut Casie.

"Tapi tadi lo marah kan gue ngobrol sama..."

Casie meletakan tangannya didepan bibirnya. "Stop gue gak mau bahas mantan dan lo harus hindari dia mau apapun alasannya kalau gue gak ada di samping lo," peringatnya.

"Kenapa?"

"Demi keselamatan lo!" jawab Casie tegas.

(Namakamu) semakin tak paham oleh ucapan Casie dan memilih pergi meskipun mungkin Casie mengkhawatirkan (Namakamu) jatuh ke lubang yang sama jika sampai jadian dengan Jefri. Itulah yang (Namakamu) tangkap.

"Kamu buat aku berhenti," ujar Iqbaal puitis.

(Namakamu) mengentikan langkanya karena Iqbaal terus mendekat sambil mengucapkan kata-kata tidak jelas. Seriusan melihat orang yang dingin ke semua orang mendadak ngobrol itu agak menakutkan.

"Kamu..."

"Lo lagi baca puisi?" tanya (Namakamu) aneh oleh perilaku Iqbaal dihadapannya.

"Kenapa lo berpikir begitu?" Iqbaal berhenti mengeluarkan kata-kata pujaannya.

"Ya dari tadi kamu kamu terus bukannya lagi buat puisi judulnya kamu?"

Iqbaal tertawa tak minat membuat (Namakamu) makin aneh padahal awalnya (Namakamu)... apa ya? wah tidak benar (Namakamu) lupa dengan ingatannya.

Iqbaal menyodorkan sesuatu. "Ini buat lo!"

(Namakamu) malah mengabaikan coklat ditangan Iqbaal yang menjulur ke arahnya karena masih aneh dengan apa yang terjadi. Coba kalau waktu pertama bertemu Iqbaal dekat dengan (Namakamu) mungkin tak akan se-canggung ini.

"Maksudnya?" serius ini sangat tak masuk akal tiba-tiba Iqbaal sok kenal dengannya.

"Buat lo biasanya cewek kan suka coklat."

"Dalam rangka apa?"

"Persahabatan, gue mau sahabatan sama lo," ungkapnya diiringi senyuman tipis.

Meskipun terkesan memaksa apalagi buru-buru Iqbaal tak peduli yang penting adalah dekat dengan (Namakamu) karena vampir di luar sana makin mengenali aroma dari (Namakamu) entah bagaimana caranya padahal Iqbaal tak pernah mendekati apalagi sampai membuat (Namakamu) kenal dengan dunianya meskipun sedikit saja tapi sudah terhapus oleh kekuatan Iqbaal melalui minuman yang diberikan.

Bersambung...

Hadehhh makin aneh ya?😵

Tapi masih mau lanjut kan?

Jangan lupa tekan vote dan komentar yaa!

See you next chapter 😊

Bye

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang