16. Rencana

22 2 0
                                    

Memastikan keadaan aman lalu (Namakamu) memperhatikan Iqbaal yang keluar dari kelasnya dengan santai. Tentunya (Namakamu) tidak heran karena Iqbaal itu kan vampir. Lupakan soal itu, yang harus dilakukannya adalah mendekat dan mengajaknya pergi.

"Lo minum susu?" tanya (Namakamu) basa-basi bahkan tidak ada raut kaget menghias wajah Iqbaal ketika (Namakamu) datang dengan tiba-tiba.

"Ya."

"Kenapa?" lanjut (Namakamu) menginginkan jawaban.

"Harus ya ada alasannya?" Iqbaal menoleh dengan tatapan datar pada (Namakamu).

"Iya kenapa?" tanyanya ingin sekali tahu namun yang dilakukan Iqbaal adalah berjalan terus daripada menjelaskan. Ini yang (Namakamu) tidak sukai dari seorang Iqbaal kemarin bersikap begini, besoknya begitu kemudian (Namakamu) pun menariknya pergi.

Iqbaal menghempaskan tangan yang digenggam (Namakamu). "Jangan mengajak ku untuk hal tidak penting!" tegasnya mengingatkan karena sikap awal di kantin adalah sikap terbaik tapi kenapa bisa (Namakamu) berubah dalam sekejap.

"Kayaknya lo deh yang harus disembuhkan masa lupa, ayo jalan cepet jangan jadi pelupa sekarang!"

Kini Casie, (Namakamu) serta Iqbaal tengah duduk di ruang guru. Ruang ini sangat aneh ketika malam hari padahal pagi ke sore semuanya terlihat normal-normal saja.

"Jadi apa yang ingin kalian lakukan?" tanya Iqbaal ingin tahu apa yang sebenarnya direncanakan Casie maupun (Namakamu) yang membawanya ikut serta.

"Mengusir vampir," sahut (Namakamu) santai.

Iqbaal tersentak dan tersinggung oleh ucapan (Namakamu) apalagi ngomongnya sambil menatap Iqbaal dan Casie berusaha menahan tawa mengamatinya.

"Lo gak sadar?" Iqbaal bertanya.

"Sadar."

"Disini bukan gue aja yang vampir," timpal Iqbaal enggan disalahkan.

"Oh ya?" (Namakamu) terkekeh canggung karena tahu arah pembicaraan Iqbaal. (Namakamu) enggan membahas karena Casie itu orang terdekat (Namakamu) untuk saat ini kalau sampai tahu takutnya Casie berubah menyeramkan.

Iqbaal memicing penuh selidik ke arah (Namakamu). "Lo pura-pura gak tahu?"

"Dia gak bakalan takut sama gue meskipun gue menginginkan kematiannya," tukas Casie.

"Casie jaga ucapan mu!" peringat Iqbaal tidak suka lalu menoleh pada (Namakamu). "Apa kamu sudah tahu siapa dia?"

(Namakamu) mengangguk ragu.

"Kenapa kamu masih berdekatan dengannya?" heran Iqbaal seharusnya (Namakamu) justru menjauhi Casie.

Daripada Iqbaal yang terus bertanya ini dan itu akhirnya (Namakamu) mulai menceritakan tentang kerjasama itu. Ia tidak mau berpikir macam-macam tentang Casie yang sepertinya tidak serius oleh ucapannya ya... meskipun terdengar menyakitkan tapi yakin saja jika Casie mengatakan itu ada makna tersembunyi.

"Kerjasama apa?" Iqbaal tidak tahu perihal kerjasama yang akan dibahas.

"Nah itu juga yang lagi gue tanya ke Casie kerjasama apa, bingung gue lama-lama."

Casie pun menceritakan apa yang terjadi dimulai dari kakeknya. Kakek Casie bukan manusia dan bukan vampir juga. Ia seorang penjaga kehidupan bumi namun harus menepi karena keberadaan vampir begitu membludak sehingga ia tidak bisa menjaganya lagi. Ingat dimana (Namakamu) diajak mancing itu sebenarnya bukan memancing biasa tapi memastikan kalau (Namakamu) adalah seseorang yang bisa mengurangi keberadaan vampir di bumi khususnya di daerah yang kini dihuni.

Kakek Casie cukup mengerti dengan keadaannya lalu Casie bukan bermasalah dengan keluarganya tapi ia menghindar sebab keluarganya ingin menghabisi (Namakamu) agar keberadaan vampir lebih banyak.

"Jadi gue itu apa?" tanya (Namakamu) kebingungan.

"Ya intinya kalau lo sampai mati keberadaan vampir bakal lebih banyak daripada manusia dan darah lo itu bukan untuk diminum oleh bangsa vampir."

"Aneh," gumam Iqbaal.

"Ya aneh banget emang," lanjut (Namakamu) mengangguk, setuju.

Iqbaal bangkit. "Bisa bicara pada intinya aku sedang sibuk."

"Sok sibuk lo padahal orang yang ..."

Tatapan Iqbaal menajam. "Diam Casie! apa yang kalian inginkan dan apa kerjasamanya?"

Pertama adalah Iqbaal harus pulang ke keluarganya dan menjelaskan sejelas-jelasnya agar tidak meneror karena banyaknya vampir yang datang itu bukan karena apa-apa. Awalnya memang mencari keberadaan Iqbaal eh malah berakhir menghabisi manusia dan menjadikan manusia itu bangsanya sehingga bisa ditebak bagaimana kelanjutannya.

"Kenapa aku harus pulang?" Iqbaal tidak terima oleh saran yang diberikan.

Casie mendelik. "Lo udah nemuin dia jadi gak ada alasan buat lo gak pulang," jelasnya.

"Kalian ngomongin apa sih kok gue gak ngerti disini?" (Namakamu) buka suara karena terus menyimak rasanya percuma.

"Lo diem aja," ucap Casie dan Iqbaal sesaat melirik (Namakamu) tanpa ketahuan sang empunya.

(Namakamu) berdecak kesal kemudian menjelajahi ruangan dengan segala penasarannya. Ia tidak menyangka jika ruang guru yang seharusnya ditempati guru beralih fungsi namun ia tidak bisa menyalahkan karena mungkin sekolah ini sudah aneh sejak awal tapi (Namakamu) bersikap tidak peduli.

"(Nam), orang tua lo kemana?" Casie bertanya apa yang diragukan sejak menginjak rumah (Namakamu).

(Namakamu) menggeleng kecil. "Gue gak tahu waktu itu bilang kerja tapi sampai sekarang gak balik lagi."

"Mereka gak hubungi lo atau ...."

"Nggak ada. Mereka kayaknya lupa sama keberadaan gue," jawabnya kesal.

"Baiklah karena gue bukan vampir jadi gue akan jalanin rencananya," tambah (Namakamu) tersenyum simpul.

Casie mengernyit. "Heh bukannya gue belum ngomong apa yang harus dilakuin?"

"Gak papa gue paham kok," kata (Namakamu) menepuk bahu Casie lalu tersenyum pada Iqbaal sambil melenggang dari ruangan.

Iqbaal tersenyum miring sedangkan Casie bingung dengan ucapan (Namakamu) yang anehnya tidak bisa ditebak.

Dia kenapa ya?


Bersambung...

Terimakasih untuk yang menunggu cerita ini lanjut. Kalian luar biasa loh karena aku suka bingung sama alur cerita ini gimana 🙃

Tapi untuk kamu yang baca apa sih yang nggak, jadi... aku usahakan selesaikan sampai ending.

Udah gitu aja, aku mau kumpulin ide lagi😄

See you next chapter!

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang