11. Hutan

30 2 0
                                    

Happy reading!

....

Bangun ditempat aneh seperti hutan dan memang jelas-jelas hutan membuat (Namakamu) panik bukan main ditambah lehernya terasa pedih sangat menyiksa dan sekelebat bayangan tentang kehadiran Iqbaal tidak benar-benar ada disampingnya.

(Namakamu) meringis dan tekstur tanah sedang didudukinya. "Ini dimana?" tanyanya kebingungan berusaha bangkit.

"Kamu akhirnya bangun," ucap Jefri tersenyum simpul kemudian berjongkok membuat (Namakamu) mundur.

Jefri berdiri lalu pergi begitu saja membuat (Namakamu) perlahan menguatkan diri agar bisa pergi dari hutan belantara tanpa ketahuan Jefri atau komplotannya.

"Lo?!" teriak (Namakamu) kaget karena Jefri sudah ada di depannya.

"Terimakasih telah mengizinkan ku meminum darahmu," bisiknya mendekati (Namakamu) yang langsung menghindar.

"Apa yang–"

Jefri berdecak membuat (Namakamu) urung bicara.

"Dasar mantan menyusahkan!" desisnya kemudian melesat dengan kecepatan kilat sedangkan Namakamu memilih masa bodoh karena ini waktu yang pas untuk dirinya kabur.

"Mantan!" panggil Cassie lega.

"Kenapa datang ke sini, apa kamu ingin meminta balikan?" sindir Jefri menebak.

"Jangan membuang waktu berharga ku, mana (Namakamu)?" Cassie enggan meladeni meskipun di hati kecilnya menginginkan hal semacam itu tapi... sudahlah bukan saatnya menyesal atau apapun.

"Dimana dia?" ulangnya.

"Pingsan."

"Lo udah makan darahnya?" tanya Cassie memastikan dan Jefri mengangguk tanpa beban.

Cassie geleng-geleng kepala. "Lo gila benar-benar gila!"

"Yes i am."

"Mana dia sekarang, kalau sampai terjadi sesuatu lo bakal terima akibatnya!" Casie memberikan peringatan.

"Dia manusia kuat bahkan hanya pingsan bukannya mati setelah ku minum darahnya." Jefri hanya tersenyum simpul sedangkan Casie tak tahan untuk menjambak rambutnya.

"Kau tahu konsekuensi saat meminum darahnya kan?"

"Entahlah tapi darahnya sangat memabukkan." Jefri menjawab dengan tenang.

"Siap-siap saja kau akan menyesal mantan!"

"Ku tunggu hari itu tiba." Kemudian Jefri menghilang tanpa memberitahu membuat Casie makin emosi.

Dia harus dua kali menolong pertama Iqbaal sekarang (Namakamu) lama-lama ia jadi petugas kebersihan eh kesehatan saja. Mana si mantan malah membawa (Namakamu) ke hutan sedangkan Iqbaal ditinggal begitu saja di ruang OSIS.

Lalu Casie membuat ramuan dari daun untuk menekan luka (Namakamu) agar cepat hilang namun bukannya hilang darahnya keluar semakin banyak membuat jiwanya yang tak pernah dimunculkan malah terpanggil.

"Tahan itu bukan darah, tahan," gumam Casie menarik napas sesekali.

"Kenapa Cas?" tanya (Namakamu) kebingungan.

Casie buru-buru menggeleng. "Nggak kok. Lo kayaknya harus obati sendiri gue mau pergi sebentar ya!" pamitnya tak tahan lagi bahkan membuat (Namakamu) kini sendirian lagi.

Entah disebut penyelamatan atau bukan tapi ini sangat terasa biasa saja lalu harus kemana (Namakamu) pergi sekarang? Cassie, bahkan tidak benar-benar membantunya.

Iqbaal.

Tuh kan! seharusnya nama itu tidak pernah ada didalam pikirannya namun anehnya terucap begitu saja. Sangatlah menyebalkan!

Mana orangnya tidak menampakkan diri dan peduli (Namakamu) masih hidup atau tidak. Mungkin mengandalkan insting Namakamu akan menemukan jalan keluar daripada menunggu seseorang yang tak pernah kenal dengannya juga orang yang mengenalnya pun belum tentu peduli.

"Semangat! jalan aja terus pasti ada didepan!" seru (Namakamu) terus maju dan tanpa disadari luka dilehernya telah membaik.

Menahan rasa ingin meminum darah hal paling mengerikan untuk Casie padahal sudah dilatih ini dan itu tapi tetap saja sulit melakukannya. Ia juga melupakan tujuannya untuk menolong (Namakamu) namun jika diteruskan bukannya menolong malah sebelas dua belas dengan kelakuan mantannya itu.

Gue percaya lo bisa keluar dengan aman (Nam)!" ucap Cassie memilih putar arah.

Bersambung....

Next?

Aku kembaliiiii maafkan lama bestie

Tenang hari ini ada 2 bab spesial disiapkan untuk kalian.  Ready?

See you 😆

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang