10. Bahaya

39 5 0
                                    

Merasakan pening luar biasa dirasakan oleh Iqbaal padahal tiga kotak susu telah mengganjal perutnya dihari ini namun rasa pusing di kepalanya amat menyakitkan hingga wajahnya memucat. Kebetulan ada guru melihatnya pun membantunya membawa ke UKS ternyata sudah ada sosok Casie disana.

"Lo kenapa pucet banget pasti gak mau dengerin tawaran gue kan?" tanya Casie mentertawakan kecemasan Iqbaal. Ya selama ini orang yang selalu datang pada Iqbaal adalah Casie. Ia juga termasuk bangsa vampir cuma memiliki kekuatan khusus sehingga tidak bisa dideteksi.

"Jangan bikin gue kesal sekarang, Casie!" peringat Iqbaal karena bukannya membaik sakitnya malah bertambah.

"Ayolah, gue udah bantu lo hidup di dunia unik ini dan lo masih meremehkan kekuatan gue?"

"Jangan bicara lagi!"

Casie memilih bungkam kemudian memegangi perutnya yang melilit akibat memakan cokelat dari Iqbaal. Ia sudah diberi peringatan sebelumnya agar tak memakan cokelat kalau yang lain boleh kecuali bahan makanan cokelat tapi hal itu tidak bisa dicegah karena keinginannya untuk mencoba terlalu kuat.

"Mana (Namakamu)?" Iqbaal memperhatikan sekeliling UKS yang hanya ada Casie saja.

"Mana gue tahu." Casie mengangkat bahunya.

"Apa maksudnya?"

"Begini... gue tadi udah izin pulang tapi balik lagi mending diem di UKS dan setelah itu gue gak tahu."

"Dia dalam bahaya, Cas!" kesal Iqbaal tidak bisa berbuat apa-apa.

"Salah lo bukan salah gue," ungkap Casie tenang. Ia bahkan tidak mengkhawatirkan apapun seperti awal.

"Sebenarnya siapa (Namakamu)?" tanya Iqbaal atau justru sebenarnya ia terbalik menanyakan pada Casie.

"Lo nanya gue, terus gue nanya siapa?" Casie benar-benar tidak perduli.

Daripada menunggu lagi dengan langkah terseok  Iqbaal mencari keberadaan (Namakamu) yang dalam penglihatan samar-samar ada di ruang OSIS. Ia tidak tahu pasti apa yang menyebabkan (Namakamu) pergi kesana sendirian padahal selalu pergi dengan Casie apapun yang terjadi.

"(Namakamu)!" panggil Iqbaal membuka pintu cepat-cepat lalu ada sosok Jefri sedang duduk memperhatikannya.

"Woho! siapa yang datang kali ini, Iqbaal?" tanyanya kaget.

"Apa yang lo lakuin sama dia?" Iqbaal marah dengan keadaan (Namakamu) sekarang pasti gara-gara Jefri pelakunya.

"Hanya menuntaskan rasa haus." Jefri terkekeh dan berdiri disamping Iqbaal.

"Lo gila dia bisa mati karena perbuatan lo!"

Jefri berjongkok memeriksa napas dari hidung (Namakamu) menggunakan telunjuknya. "Dia masih napas itu tandanya masih hidup dan rasa darahnya... manis."

"Lo akan menyesal!" ujar Iqbaal tidak terima meskipun kata Jefri (Namakamu) masih hidup tetapi tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Sudahlah kalau lo mau minum darahnya silahkan, gue udah kenyang."

Penglihatan Iqbaal sudah mengabur tetapi mencoba tetap sadar untuk menggenggam tangan (Namakamu). Ia telah gagal menjaganya dan nanti entah apa yang akan terjadi pada (Namakamu) setelah ia bangun.

Akhirnya Iqbaal menyusul tak sadarkan diri dengan tangan menggenggam (Namakamu). Keduanya tertidur dan entah kapan akan bangun. Jefri yang menyaksikan hanya tersenyum miring lalu melesat pergi.

Beberapa menit kemudian (Namakamu) merasakan sebuah tangan menggenggam tangannya. Ia bangkit menemukan wajah Iqbaal disampingnya tengah tidur atau pingsan atau... tidak (Namakamu) tidak mau berpikir sejauh itu.

"Baal!" (Namakamu) mengguncang pelan tangan Iqbaal.

"Iqbaal!" panggilnya lagi.

"Dia kenapa kok dingin banget, apa dia?" (Namakamu) membungkam mulutnya mengunakan tangan, kaget lalu beringsut mundur tetapi tangannya susah dilepaskan seperti ada lem super lengket merekatkan.

"Apa dia masih hidup?" batinnya takut disalahkan jika nanti ada yang melihat ke ruang OSIS.

Hingga Iqbaal membuka matanya sudah ada (Namakamu) sedang ketakutan menatapnya.

"(Nam)!" Iqbaal memanggil lirih.

"Lepas!" ucap (Namakamu) berusaha melepas tangannya dari genggaman Iqbaal.

Iqbaal langsung melepaskan tautan tangannya kemudian (Namakamu) menjauh. Ia masih syok dengan Iqbaal yang tidak ada detak jantungnya saat didengarkan.

"Kenapa? apa yang membuatmu takut?" tanya Iqbaal bingung dan bangkit sekuat tenaga.

"Lo siapa sebenarnya?"

"Aku..."

"Lo siapa?" tekan (Namakamu) ingin kejelasan.

"Aku vampir."

(Namakamu) terkekeh kecil. "Nggak mungkin, kalau lo lagi membuat lelucon gak mempan sama gue." Setelahnya meringis memegangi lehernya berdenyut nyeri lalu di tangannya ada darah.

"Lo beneran vampir?" tanya (Namakamu) setelah melihat darah pada tangannya sedangkan Iqbaal menjawab dengan anggukan pertanda membenarkan hingga (Namakamu) kembali jatuh pingsan.

Bersambung...

Halo terimakasih untuk pembaca lama ataupun baru telah menemukan cerita ini maafkan jika updatenya agak slow hehe🙏😄

Aku kadang bersemangat kadang nggak nulisnya soalnya terbagi oleh cerita lain😆

Tapi aku usahakan update meski ya begitulah👍

Terimakasih buat kamu yang baca♥️♥️

Kasih aku semangat dong!

Eh jangan lupa juga mampir ke cerita lainnya yang udah tamat daripada nunggu cerita ini lanjut tapi lamanya bukan maen, okey?

See you next chapter 😊

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang