The Vampire Boy
***
Selamat Membaca!
Casie dengan tidak tahu malu sudah tidur nyaman di atas kasur sementara (Namakamu) harus mencuci tumpukan piring dahulu. Antara kesal dan ingin berkata kasar bersatu padu di dalam hati (Namakamu) namun tidak mampu di ucapkan karena slogan tamu adalah raja memang menjadi patokan yang tidak bisa dilanggar secara harfiah.
Tiba-tiba ketukan pintu terdengar padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Yang benar saja ada orang bertamu di jam terlalu larut malam lagipula siapa itu? hantu? Maling? atau... sudahlah tidak perlu berpikir aneh lagipula berpikir positif harus tetap dilakukan kemudian dengan setitik keberanian diri langkah pun perlahan-lahan, (Namakamu) berjalan menuju pintu namun saat akan membuka tepukan di pundaknya membuat ia tersentak ternyata setelah menoleh, Casie lah pelakunya.
"Ngagetin aja sih," kesal (Namakamu) tadinya mau berteriak untung tidak jadi karena masih bisa mengendalikan diri.
"Lagian lo ngapain di depan pintu? mau kabur?" tebak Cassie menunjuk-nunjuk wajah (Namakamu) dengan penuh selidik.
"Ya nggak mungkin lah, ini kan rumah gue masa gue kabur dari rumah sendiri, yang ada lo kabur dari sini."
Casie mengangguk kecil setuju dengan ucapan (Namakamu).
"Tadi ada yang ngetuk pintu, gue mau buka tapi gue takut nanti kalau... lo tau kan maksud gue?"
Casie tersenyum. "Iya gue tau dan karena gue pemberani jadi yang buka biar gue aja, lo bisa pergi,"
"Kenapa kalau gue lihat? oh jangan-jangan lo salah satu komplotan malingnya?" tuduh (Namakamu) menyelidik.
"Masa gue maling sih, nggak lah. Lo mau tau siapa di depan pintu rumah sekarang?" Casie akan menjelaskan tentang kejadian ini lalu tersenyum malu-malu. "Pacar gue," bisiknya.
"Kok lo nggak...,"
"Jangan ngintip... anak kecil bobo aja, sana!" pesan Casie lalu keluar dari rumah.
(Namakamu) mengalah lebih memilih tidur dan baru saja mengambil selimut Casie sudah muncul dan ditangannya ada dua bingkisan entah isinya apa.
"Apaan tuh?" tanya (Namakamu) penasaran.
"Barang-barang gue." Casie meletakkan asal dan bergabung tidur di samping (Namakamu).
"Maksudnya gimana?" bingung (Namakamu) belum paham oleh pernyataan Casie.
"Gue mau nginep di rumah lo beberapa hari, boleh kan? soalnya gue lagi ngambek sama semua orang kecuali lo," jelas Casie mengerjapkan matanya beberapa kali membuat (Namakamu) tidak bisa berbuat apa-apa.
***
Cuaca sedang terik tetapi harus berolahraga adalah hal yang membuat malas berkali-kali lipat. Casie melakukan kipas sana-sini namun tidak juga berasa adem di kulitnya sedangkan (Namakamu) ya... sama saja namun bedanya malah berteduh di belakang cowok tinggi, kan lumayan meskipun hanya kepalanya saja yang terlindungi.
Casie menarik (Namakamu) supaya tidak berlama-lama di dekat cowok.
"Kenapa tarik-tarik sih?" heran (Namakamu) padahal si cowok juga tidak keberatan.
"Nggak usah modus!"
"Siapa juga yang modus? gue cuma kepanasan terus berteduh dibelakang dia kok," elak (Namakamu) dan memang kenyataannya begitu, ia hanya ingin berteduh bukan hal yang Casie tuduhkan.
"Tapi tetep itu namanya modus!" kata Casie tak setuju.
Daripada terus kepanasan lagipula guru olahraganya sedang cuti (Namakamu) pergi ke kantin diikuti Casie yang terus protes padahal dia juga tidak ingin berolahraga tapi gengsi untuk mengungkapkan.
"Gue ke toilet dulu!" pamit Casie buru-buru.
(Namakamu) mengiyakan saja ucapan Casie kemudian matanya tak sengaja melihat Iqbaal sedang mengeluarkan taring tunggu... taring?
(Namakamu) mengucek matanya beberapa kali, memastikan sekali lagi penglihatannya dan masih terlihat bahwa Iqbaal mengeluarkan taring.
"Dia vampir?" gumam (Namakamu) pelan bertanya-tanya.
"Lagi ngelamun apa?" Casie tiba-tiba datang menghampiri (Namakamu) lalu ikut melihat apa yang sedang (Namakamu) perhatikan.
"Bisa nggak datangnya pake permisi atau apa dulu? lo bikin gue kaget tau!" protes (Namakamu) begitu Casie muncul.
"Jangan kagetan nanti malu lho!"
(Namakamu) menghela napas bimbang antara menceritakan kejadian barusan pada Casie atau diselidiki lebih lanjut supaya bisa dipertanggungjawabkan secara pasti bahwa tadi Iqbaal benar-benar mengeluarkan taring mirip tokoh vampir.
"Ngelamun lagi, siapa sih yang lo pikirin? oh jangan-jangan lo naksir ketua OSIS ya?" tebak Casie heboh.
"Gue nggak kenal tuh ketua OSIS."
"Masa? terus ngelamun tentang apa?" tanya Casie kurang tahu apa yang dipikirkan (Namakamu) saat ini.
"Nggak usah tau dan kepo!"
Casie lagi-lagi izin ke toilet entah sakit perut atau apa, (Namakamu) tidak peduli soalnya ia harus memastikan sesuatu. Iqbaal pamungkas yang selama ini selalu menyendiri dan (Namakamu) tak sengaja menangkap hal aneh pada dirinya. Dia harus mengungkap hal ini jika tidak mau hidup diliputi rasa penasaran.
Pengintaian di mulai di jam istirahat, (Namakamu) mengikuti Iqbaal dari jarak lima meter, kalau satu sentimeter ya... cepat ketahuan dong, nanti mau disimpan dimana wajah (Namakamu). Malu adalah hal yang wajar namun kalau malunya sudah berlebihan harus dikurangi walaupun sedikit-sedikit.
"Kok dia nggak ngeluarin taringnya sih? tadi jelas-jelas..."
"Jelas-jelas apa?"
Suara itu membuat (Namakamu) mati kutu, suara yang selama ini ingin ia dengar tapi selalu terhalang kata tidak mungkin. Suara itu, suara Iqbaal tepat di dekat telinga (Namakamu) setelah sadar dirinya terancam (Namakamu) mundur perlahan.
(Namakamu) tersenyum canggung. "Hai, halo! gue jelas-jelas bingung mau jajan apa di kantin."
"Jajan?" ulang Iqbaal bingung.
"Iya jajan, permisi!" pamit (Namakamu) segera pergi.
Lagi-lagi aroma bubble gum memenuhi indera penciuman Iqbaal begitu (Namakamu) melewatinya. Dia memerhatikan langkah gadis itu sampai menghilang dari pandangan.
"Kenapa dia begitu wangi, siapa dia?" gumam Iqbaal tak mengerti.
(Namakamu) akhirnya selamat dari maut. Iya rasanya kayak mau meninggoy kalau kata anak jaman sekarang. Mendengar suara Iqbaal untuk pertama kalinya adalah kejadian langka dan seharusnya di museum kan.
"Harusnya gue rekam suaranya eh nggak, kok direkam buat apa coba? dan kenapa gue jadi nggak jelas tadi, aduh malu banget!" rutuk (Namakamu) malu sendiri dengan kejadian menimpanya barusan.
(Namakamu) melangkahkan kakinya ke kelas daripada semakin malu jika harus bertemu lagi sosok Iqbaal. Lupakan saja tentang taring lagipula semua manusia memiliki gigi taring kan jadi yang tadi anggap saja begitu.
"Ya Tuhan tolong jangan pertemukan aku sama Iqbaal lagi, aku malu!" ungkap (Namakamu) dalam hati dengan langkah lesu.
Ketahuan dengan cepat membuatnya malu sangat-sangat malu sampai ia ingin mengubur diri ke dalam tempat yang tidak akan terlihat oleh siapapun juga.
Bersambung...
Bagaimana episode duanya?
Ini ceritanya, cerita baru bagaimana menurut kalian?
Semoga suka ya dan jangan lupa tinggalkan vote dan komentar jika berkenan.
See you next chapter 👋😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vampire Boy [IDR]
Random[COMPLETED] Vampir digambarkan makhluk penghisap darah yang kejam juga bertaring namun apa jadinya jika bertemu vampir namun tidak menyukai darah apalagi aromanya. Kisah Iqbaal si vampir tampan namun sayangnya tak suka darah lalu bertemu (Namakamu)...