4. Kenyataan

48 6 0
                                    

Menunggu Casie keluar dari ruang guru entah sebab apa membuat (Namakamu) dilanda kesal bukan main karena selain jadi pusat perhatian beberapa guru yang lewat. Ia juga harus menahan malu ketika ada yang bertanya mengapa bisa ada di samping pintu ruang guru tanpa masuk sama sekali bahkan ada segelintir murid yang mengatakan (Namakamu) ada masalah tapi malu untuk menemui gurunya.

"Casie kapan sih lo keluar udah..." (Namakamu) berhenti menggerutu ketika seseorang berdeham dibelakangnya membuat bulu kuduk seketika berdiri.

Kemungkinan hal ini muncul karena ada sesuatu dibelakangnya tapi masa hantu iya berdeham. Membalik badan dengan slow motion dan menampakkan Iqbaal disana dengan raut datarnya serta satu bungkus plastik entah isinya apa membuat (Namakamu) dilanda penasaran ditambah plastik yang digunakan berwarna hitam.

"Apa isinya darah ya?" batin (Namakamu) menebak-nebak mengamati keresek.

"Minggir!" ujar Iqbaal dingin beberapa kali harus menahan napas supaya tidak mencium aroma bubble gum itu. Ternyata memang benar (Namakamu) lah pemilik aroma tersebut.

"Tunggu, mau lewat kan, silakan!" ucap (Namakamu) memberi jalan.

Iqbaal melewatinya lalu berbisik. "Lain kali kalau pakai parfum jangan terlalu menyengat."

(Namakamu) tersentak, seingatnya ia memakai parfum sewajarnya bahkan baunya pun tidak menyengat jika menyengat pun mungkin Casie akan mengeluarkan protes pada (Namakamu) dari rumah, aneh sekali sikap Iqbaal padanya.

"Bilang aja jalannya kehalang, dasar vampir!" rutuk (Namakamu) ingin memaki Iqbaal tapi sudah masuk ke dalam ruang guru tanpa menoleh lagi.

"Siapa?" sahut Casie penasaran.

"Hah, apa?" ulang (Namakamu) kaget karena ketahuan.

"Tadi lo sebut vampir-vampir, siapa?" ulang Casie ingin tahu.

"Gue bilang lampir kok, lo kali salah denger," elak (Namakamu) tak mau memperpanjang apalagi membuat Casie dalam bahaya.

"Masa?"

(Namakamu) menghela napas. "Yaudah kalau gak percaya, gue gak maksa," lalu berjalan duluan.

(Namakamu) meninggalkan Casie saja daripada ditanya yang akhirnya ia mengakui bahwa melihat Iqbaal mengeluarkan taring.

"Ih malah ninggalin gue sih!" Casie cepat-cepat mensejajarkan langkahnya dengan (Namakamu) yang ngambek tanpa sebab jelas.

(Namakamu) berhenti. "Cas, lo lihat sesuatu?"

"Sesuatu macam apa?" tanya Casie tak paham kan sesuatu itu mencakup banyak hal.

"Diruang guru tadi, lo lihat sesuatu atau apa gitu?"

Casie berpikir sejenak. "Diruang guru tadi gue lihat guru, meja, lukisan, terus..."

"Bukan itu, yang lain!" sela (Namakamu) gemas sendiri.

"Aquarium!" tebak Casie.

Sudahlah, (Namakamu) menyerah bila menggunakan kode dengan Casie karena menjurus ke kanan eh Casie ingin ke kiri, kan ngaco. Lagipula Casie ada masalah apa sehingga dipanggil guru masa karena tebar pesona pada murid laki-laki dia dipanggil.

"Cas, kenapa sih lo dipanggil guru?" karena tak biasanya Casie berurusan dengan guru kalaupun berurusan hanya disuruh mengambil buku paket.

"Hehe," jawabnya terkekeh geli.

"Kok hehe?"

"Gue tadi ketauan pacaran sama Jefri," akunya malu-malu.

(Namakamu) melotot kaget pasalnya Jefri yang dimaksud Casie Jefri ketua OSIS itu kan atau Jefri yang lain soalnya Casie suka menyinggung soal si Jefri itu tapi (Namakamu) tidak begitu familiar bahkan bertemu pun tak pernah.

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang