17. Kenapa?

19 2 0
                                    

****

Berat rasanya pulang ke rumah yang selama ini menjadi saksi dirinya dibesarkan hingga mengingatnya pun tidak sanggup. Bagi Iqbaal, keluarganya sudah berubah ketika dirinya berumur 12 tahun dan ia berjanji tak akan kesini lagi untuk waktu yang lama namun misi dari Casie dan (Namakamu) mengharuskan dirinya membuang egonya agar segera melaksanakan.

Apa mereka masih mengingatku?

Padahal bukan hal sulit karena Iqbaal sudah di teror secara berulang sehingga tidak mungkin kedatangannya akan di anggurkan begitu saja.

Sampainya di istana yang selama ini dihindari akhirnya Iqbaal masuk namun terhenti karena ada sebuah tangan menariknya ke belakang rumah. Dia adalah (Namakamu) dengan pakaian serba hitam dan wanginya semakin kuat.

Bubble gum, aroma itu manis tetapi sangat berbahaya jika didekati. Kalian tahu kan masih Jefri setelah meminum darah (Namakamu). Dia jadi batu meskipun bukan Malin Kundang.

"Kamu yang akan menjalankan misinya?" tanya Iqbaal terkejut.

"Ya, aku sudah tahu siapa aku jadi tidak perlu khawatir ataupun takut," jawab (Namakamu) enteng diiringi senyuman.

"Bagaimana?" ulang Iqbaal merasa tak percaya dengan pendengarannya yang dikatakan (Namakamu) sekarang.

(Namakamu) menatap Iqbaal lalu saling berhadapan. "Biar aku yang masuk dan kamu cukup menonton."

Iqbaal mengangguk lalu tersentak karena (Namakamu) mencium pipinya dan melenggang begitu saja.

"Dia terlihat berbeda sekarang," gumam Iqbaal menyentuh pipinya. "Siapa dia sebenarnya?" lanjutnya tidak mengerti.

Tanpa rasa takut sedikitpun, (Namakamu) masuk ke rumah-tidak istana kediaman keluarga Iqbaal. Disambut tatapan heran dari semua orang yang ada namun bau itu membuat mereka mengeluarkan taringnya.

"Apa kalian haus oleh aroma darahku?" (Namakamu) berjalan dengan anggun tanpa rasa takut.

Satu persatu keluarga Iqbaal mendekat namun anehnya malah terpental jauh sampai terluka cukup parah. (Namakamu) menyeringai melihatnya lalu duduk di kursi kebangsaan keluarga Iqbaal. Tidak ada yang berani melawan karena tenaga mereka terkuras habis padahal tidak melakukan apa-apa kepada (Namakamu).

"Kalian hanya perlu memberiku kabut pewarna dan kalian semua termasuk Iqbaal akan selamat," ucap (Namakamu) membuat penawaran.

"Iqbaal? dimana dia?" tanya ayah Iqbaal sangat merindukan sang putra yang tak mau datang meski banyak peringatan mendatangi.

"Serahkan dulu kabut itu baru Iqbaal akan datang pada kalian."

"TIDAK SEMUDAH ITU LAGIPULA KAU SIAPA?!" teriak Kiki marah melihatnya.

(Namakamu) terkekeh sinis dengan gerakan tangannya orang yang tadinya bicara sudah terpenjara dalam api bahkan yang lain ikut menyusul sehingga semuanya terjebak dalam kobaran. Mereka berteriak kesakitan dan jika terus begini kemungkinan hancur menjadi abu lebih cepat dilakukan.

"Hentikan!" mohon semua orang berteriak kesakitan.

Iqbaal dari luar menggeleng ringan pada (Namakamu) namun tidak digubris padahal Iqbaal sangat sedih melihat keluarganya tersiksa dan mungkin sebentar lagi akan lenyap di depan matanya. Masalahnya Iqbaal benar-benar terpaku ditempatnya entah karena sihir apa. Ia yakin jika vampir hanya dirinya lalu (Namakamu), apa dia termasuk?

Anehnya Iqbaal tidak bisa menebak karena sekarang tubuhnya ikut ke dalam lingkaran api sementara (Namakamu) menyaksikan dengan senyuman kemenangan.

"Bagaimana Casie apa kamu senang sekarang?" tanya (Namakamu) pada Casie baru datang.

Casie mendekat. "Ya terimakasih best friend," jawabnya memeluk (Namakamu) sesaat.

"Casie," desis Iqbaal menahan amarah juga kesakitan.

Casie melambaikan tangannya. "Halo keluarga yang tidak pernah harmonis ah senang sekali aku karena akhirnya melihat kalian tersiksa."

"Apa yang kamu lakukan pada (Namakamu)?" tanya Iqbaal berang. Dia pikir Casie ada di pihaknya selama ini tapi hari ini semesta memperlihatkan kebenarannya.

Casie terkekeh oleh pertanyaan Iqbaal. "Aku tidak aku tidak melakukan apa-apa dia hanya ingin..."

"Balas dendam," lanjut (Namakamu) menambahkan.

"(Nam), jangan begini aku mohon!" pinta Iqbaal lemah.

"Kamu memohon? padahal keluarga kalian sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan tapi kenapa memohon seperti ini?" (Namakamu) tidak peduli dengan nasib Iqbaal bersama keluarga.

"Sangat menyedihkan," kata Casie.

Semakin lama api itu terus membakar kulitnya juga yang lain sudah terkapar dan tidak bangun lagi. Iqbaal sangat marah dengan kejadian ini tapi terlambat semuanya sedang terjadi.

(Nam) sadarlah!

....

Makin bingung? Sama😄

Lanjut dibab berikutnya ya!

See you next chapter!

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang