6. Hilang

42 4 0
                                    

Rasa segar setelah minum susu kotak entah pemberian siapa membuat (Namakamu) merasa bersemangat bahkan ia baik-baik saja setelahnya namun kejadian-kejadian yang menimpa bisa dilupakan begitu saja sehingga pikirannya sekarang terasa berbeda.

"(Nam) lo bawa ini!" suruh Casie memberikan kotak hitam yang (Namakamu) tak kenali.

"Ini apa?" tanyanya bingung lalu akan dibuka.

"Cacing," jawab Casie membuat (Namakamu) kaget menjauhkan kotak itu dari pandangannya.

"Kok bawa cacing bukannya nggak pakai makhluk itu?" (Namakamu) takut dengan binatang bernama cacing entah kenapa padahal tidak gigit apalagi manfaatnya cukup baik untuk kelangsungan ekosistem.

"Gue mau dapat ikan gede jadi pakai cacing."

"Kalau ikannya gede cacingnya emang gede juga?"

Casie mengangguk lanjut mempersiapkan peralatan memancingnya kemudian (Namakamu) malah merebahkan tubuhnya di sofa. Casie tersenyum lega pikiran (Namakamu) akhirnya teralihkan sehingga vampir yang menganggu tak akan bisa menyentuh (Namakamu) untuk sekarang.

"Malah bobo, woy ayo bangun!" Casie menarik lengan (Namakamu) agar tidak tertidur melainkan membantunya siap-siap.

(Namakamu) menguap. "Ini kan baru jam lima sore."

Casie menoleh lalu geleng-geleng. "(Nam) persiapan itu penting jadi harus dari jauh-jauh pukul."

"Cas, kalau perumpamaan tuh yang bener kasihan yang lihat lo wajah cantik tapi bahasanya kurang."

"Biarin yang penting gue pernah jadian sama Jefri," ucapnya sombong.

Oke, (Namakamu) menyerah jika membahas perihal Jefri Jefri itu tapi kenapa Casie bisa diputuskan padahal kan dia kayaknya masih cinta.

Daripada membantu Casie menyiapkan alat-alat lebih baik (Namakamu) diam-diam pergi ke kamar dan menguncinya karena masih lama dari jam memancing yang katanya puluh sebelas malam.

Malam penuh bintang berkedip adalah pemandangan indah menghias gelap angkasa namun kali ini malah awan hitam menghalangi keindahannya. Casie membawa ember dan perlengkapan pancing lainnya sementara (Namakamu) terus memperhatikan sekitar bahkan tangannya terus memegang pakaian Casie seolah takut ditinggal.

"(Nam) baju gue robek lama-lama lo tarik!" peringat Casie sebab bajunya terancam rusak oleh genggaman (Namakamu) yang tak main-main eratnya.

(Namakamu) melirik kemudian bergidik memperhatikan sekitarnya yang gelap. "Cas, pulang aja yuk ini malem banget gue takut."

"Kata kakek gue malam itu waktu yang pas buat mancing, ayo kakek gue udah nunggu tuh!"

"Tapi gue takut," tambah (Namakamu) makin berat untuk melangkah.

"Ada gue tenang aja tapi jangan tarik baju gue nanti sobek, ih!"

Kakek Casie sungguh pemberani mengunjungi danau belakang sekolah sebelas dua belas dengan cucunya yaitu Casie. (Namakamu) justru malah ingin pulang kalau Casie tidak terus mengoceh perihal janji.

"Cas, kok lama sih nyampenya?" (Namakamu) heran sendiri jalan menuju danau rasanya berpuluh-puluh kilo meter jaraknya.

"Lo jalannya kayak siput (Nam) ya mana cepat sampe."

"Tapi gue udah sekuat tenaga kok jalannya."

"Gue lari aja ya?" saran Casie.

"Eh jangan lah gue takut juga."

Penerangan lentera terang membuat (Namakamu) tersenyum disana sudah ada kakek Casie melambaikan tangannya pada kami berdua. Akhirnya kakek Casie ada diantara kami coba kalau tidak bisa ketakutan (Namakamu) karena senter miliknya kadang buram.

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang