7. Tergiur

46 4 0
                                    

Hampir saja (Namakamu) menangis ketika Casie maupun kakeknya menghilang bak ditelan air danau berakhir (Namakamu) diculik tapi saat membuka mata (Namakamu) sudah di kasurnya ditemani Casie disampingnya.

Ini sangat aneh, seingatnya (Namakamu) ketemu orang eh orang bukan pokoknya sok kenal dan berakhir memukul belakang leher (Namakamu) dan pelakunya... Iqbaal. Iya, (Namakamu) ingat sekali pas ia menyebutkan nama itu si lelaki baju hitam malah memukulnya tapi baju (Namakamu) masih aman dan tidak apa-apa jadi ia bisa tenang sedikit.

Sebenarnya (Namakamu) hidup di jaman apa sehingga dapat kejadian aneh-aneh seperti di film favoritnya. Ternyata kalau mereka nyata sangat menyeramkan bukan menyenangkan padahal (Namakamu) sangat ingin hidup berdampingan dengan mereka eh sekarang pikiran itu sudah disingkirkan jauh-jauh dari kepalanya mulai saat ini.

"Cas!" panggil (Namakamu) mengguncang tubuh Casie yang tidur dengan nyaman.

"Casie bangun dong!" ulang (Namakamu).

Casie menggeliat. "Apa sih gue capek, (Nam)?" sahutnya masih mengantuk.

(Namakamu) terus menyuruh Casie bangun. "Capek habis ngapain?"

Casie terpaksa bangun kemudian menyenderkan tubuhnya di kepala kasur menatap (Namakamu) kesal.

"Lo gak ingat apa tadi kita udah mancing sama kakek gue terus dapet ikan gede eh lo malah ketiduran," jelasnya lalu menguap.

(Namakamu) terbelalak kaget. "Emang gue beneran ketiduran tadi?"

"Iya lah, mana lo berat lagi pake nyender di lengan gue," keluh Casie memperlihatkan lengannya yang tak kenapa-kenapa.

Sepertinya otak (Namakamu) memang agak eror sehingga merasakan hal yang tak pernah terjadi tapi kenapa terasa nyata bahkan rasa pukulan dibelakang lehernya masih nyeri bila disentuh. Apa iya memang sebatas mimpi?

Kok (Namakamu) jadi ragu begini sih biasanya ia akan baik-baik saja setelah mendengar penjelasan namun kini agak janggal serta tidak masuk di akal pikirannya. Casie seperti menyembunyikan sesuatu entah apa.

"Casie jangan tidur dulu!" pinta (Namakamu) mencegah Casie memejamkan mata.

Casie berdecak kesal kegiatan tidurnya mulai terganggu. "Apalagi sih gue ngantuk tau!" keluhnya.

"Kalau kita dapat ikan, mana ikannya?"

Casie mengembuskan napas kasar. "Ya masa dibawa ke kamar, lo stress apa gimana?"

"Ya dimana ikannya sekarang?" ulang (Namakamu) menagih ingin bukti.

"Di kulkas," sahut Casie kembali tidur karena jam sudah larut yaitu jam dua namun (Namakamu) malah nanya terus disaat jam tidurnya kurang.

Daripada diserang curiga lebih dalam (Namakamu) secepat kilat pergi ke dapur memastikan ikan itu ada dikulkas sesuai ucapan Casie. Jangan sampai dirinya ditipu dan tak tahu apapun karena merasa ada sebuah konsep menyembunyikan sesuatu yang sangat fatal jika (Namakamu) mengetahuinya.

Begitu kulkas dibuka memang ada ikan yang Casie ceritakan tanpa memakai bumbu apapun. Casie ini kebiasaan jika memastikan ikan itu segar ya minimal keluarkan dulu kotoran ikannya kemudian taburi garam begitu pun tak mengerti. Terpaksa (Namakamu) saja yang melakukannya dan melupakan kejadian aneh yang terjadi. Anggap saja mimpi dan mimpi itu terasa nyata terjadi.

***

Gelisah tak menentu adalah hal di rasakan Iqbaal saat ini entah mengapa ia menjadi tak enak hati setelah membagi susu kotak kesukaannya kepada (Namakamu). Ia jadi khawatir tak jelas hingga menimbulkan rasa tak nyaman didalam hatinya.

"Aku kenapa sekarang?" heran Iqbaal bolak-balik gelisah. Ia merasa tak jelas saat ini.

"Iqbaal!" panggil seorang gadis berjaket hitam tak lupa wajahnya tertutup masker dan itu gadis yang sama selalu mengunjungi Iqbaal.

Iqbaal sedang tak ingin diganggu. "Kau lagi kenapa datang sekarang?"

"Aku cuma mau memeriksa keadaanmu yang tak mau minum darah." Gadis itu malah mentertawakan Iqbaal.

"Jangan menyebut makanan itu!" sentak Iqbaal tak suka.

Gadis misterius itu tertawa. "Karena kau jadi ingin memakannya?"

"Berhenti menggodaku!" Iqbaal benar-benar pusing plus kesal kalau di singgung.

"Baiklah, aku kesini hanya untuk memperingatkan mu bahwa dia tidak baik-baik saja sekarang lagipula aneh sekali caramu agar dia tetap aman dalam jangkauan mu."

"Siapa yang kamu maksud?" tanya Iqbaal tak merasa menjaga siapapun yang ada ia sedang mengkhawatirkan sesuatu.

"Gadis pemilik aroma menggoda, apa kamu sudah melupakannya padahal–"

"Dia baik-baik saja." Iqbaal menyahut cepat.

"Tapi tidak untuk nanti kecuali kamu membunuhnya."

"Tidak!" tegas Iqbaal menolak.

"Bunuh dia Iqbaal!" Si gadis makin memprovokasi.

Iqbaal mengepalkan tangannya kemudian menghempaskan gadis itu mengunakan kekuatannya hingga terbentur dengan tembok dan terluka namun anehnya si gadis malah tersenyum miring.

"Aku tahu sekarang arti dia untukmu."

"Pergilah jangan melaporkan hal yang membuatku kesal!" teriak Iqbaal tak ingin mendengarkan obrolan gadis aneh dihadapannya dan si gadis segera pergi lagipula tubuhnya cukup sakit setelah dibanting tanpa aba-aba.

Mengembuskan napas sejenak dan melangkah kakinya menuju sekolah itulah tujuan Iqbaal sekarang meskipun matahari belum bersinar sebab itulah tujuannya. Matahari sangat menyakitkan tubuhnya tapi jika aroma bubble gum ada didekatnya matahari itu tak ada efeknya padanya.

Berarti benar apa yang dikatakan gadis menyebalkan itu bahwa Iqbaal harus membunuh (Namakamu) agar bisa hidup normal di alam manusia atau justru sudah tak bersisa manusia lagi di lingkungannya sekarang?

Bersambung...

Makin bingung dengan alur ceritanya?
Aku juga 😆

Tapi terimakasih buat kamu yang setia baca cerita ini love buat kalian banyak-banyak🙏♥️♥️

Masih mau lanjut?

Vote dan komentarnya ya🤳

See you next chapter 😊

Bye!

The Vampire Boy [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang