Chapter Thirteen

1.9K 175 3
                                        

          Tubuhku memanas dan aku merasakan jantungku berdetak keras. Sensasi dingin dan kesemutan itu mulai mengalir dari kakiku, terus naik menuju lutut lalu paha, dan ketika perutku berputar, aku menjadi panik. Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan entah mengapa aku sadar bahwa kini aku masih tertidur. Otakku bekerja sangat keras saat aku merasakan jiwaku mulai pergi meninggalkan tubuhku.

          Tidak. Aku tidak ingin ini terjadi! Aku tak mau pergi ke masa lalu lagi!

          Lalu tiba-tiba saja mataku terbuka, menatap nyalang langit-langit rumah di atasku, dan seluruh sensasi yang tadinya aku rasakan hilang begitu saja. Napasku terengah dan aku merasa begitu lelah. Aku ingat bahwa aku sedang berada di ruang tamu, aku ingat pertengkaranku dengan Justin dan aku ingat caranya memelukku dan memohon maaf dariku yang kemudian aku kabulkan dengan syarat dia harus memijat kakiku yang sakit.

           “Barry...”

          Suara itu membuat kepalaku tertarik ke depan hingga daguku menempel pada dadaku. Justin masih duduk di ujung sofa, kakiku di pangkuannya dan tangannya masih memegangi pergelangan kakiku. Dia terlihat bingung sekaligus lusuh, matanya lebih memerah dari terakhir kali aku melihatnya.

           “Kenapa kau terbangun begitu cepat? Aku bahkan belum sempat tidur!” suaranya seperti keluhan dan dia terdengar agak kesal.

          Aku mengerjap, benarkah aku baru tertidur secepat itu? “Aku...” aku merasa sangat bingung. “Aku tertarik ke lorong waktu... menuju masa lalu...”

           “Benarkah?” Justin tampak terkejut. “Apa yang kau lihat?”

          Kepalaku menggeleng lemah dan aku menatapnya,”Tidak ada.” Ucapku seperti orang linglung. “Aku tahu jiwaku akan kembali pergi tapi aku tidak menginginkannya. Lalu aku terbangun.” Pandanganku kembali tertuju pada langit-langit rumah, mencoba mengingat bagaimana caraku menolak untuk pergi ke masa lalu. “Kurasa aku mengendalikan bakatku tanpa sengaja.”

          Aku mendengar Justin menghembuskan napas lelah. “Itu kemajuan yang luar biasa.” Katanya tanpa semangat. Kurasa ia benar-benar kelelahan dan sangat ingin tidur.

           “Kau masuklah ke kamarmu dan tidur.” Ujarku memberi saran.

           “Dan kau?”

          Aku memejamkan mata sejenak dan ketakutan yang begitu besar melandaku. Mataku langsung terbuka dan mencari-cari cahaya. “Mungkin aku tidak bisa tidur lagi.” Menarik kakiku dari pangkuannya, aku bangkit untuk duduk di sofa. “Aku tidak mau kembali ke masa lalu.”

           “Bukankah kau baru saja mengendalikan bakatmu?”

           “Itu kulakukan tanpa sengaja dan tidak sadar, Justin! Tidak ada jaminan bahwa aku bisa melakukannya lagi.”

           “Kau pasti bisa. Percaya padaku. Kau hanya perlu menemukan keinginanmu dan berusaha untuk merealisasikannya.”

          Wajahku merengut sedih. Aku juga mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk mengembalikan waktu seperti semula, tapi lihat apa yang terjadi saat ini. Tidak ada yang berubah kecuali kekacauan. Mungkin, hingga kiamat menjelang, aku hanya ditakdirkan sebagai gadis bodoh yang tidak mampu menguasai bakatnya dan hanya bisa membuat masalah untuk semua orang.

          Gerakan kecil aku rasakan ketika Justin menggeser tubuhnya di atas sofa, mendekat dan duduk di sampingku. “Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi, Barry.” Suaranya terdengar lembut dan membujuk. Aku tidak mengerti, dia memang tulus menggunakan nada itu atau ia terlalu lelah dan mengantuk untuk berbicara dengan keras dan lantang kepadaku.

Freezy TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang