Aku tersentak mundur dengan sendirinya, antara terkejut dan takut dengan tatapan kejam dan membunuh dari Justin. Sialan! Aku sama sekali tidak tahu bahwa Justin Dalrymple mempunyai sisi seperti ini. Dia sepenuhnya marah! Tidak ada lagi senyum, seringaian licik ataupun tatapan mencela yang biasanya ia berikan. Hanya kemarahan. Dan kekecewaan, kurasa.
Kepalaku menunduk, tidak tahan dengan tatapannya yang mengerikan. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Harusnya aku tidak pernah memasuki ruangan terkutuk ini, apalagi sampai melihat Mallory yang tengah bercumbu dengan lelaki yang hanya Tuhan yang tahu siapa dia.
“Maafkan aku, aku tidak bermaksud lancang untuk masuk ke kamar ini.” aku memutuskan untuk menyudahi aksi diam kami. Aku dan Justin tidak mungkin terus menerus seperti ini sampai kiamat tiba, kan? Jika dia tidak mau memulai, biar aku yang memulainya.
“Aku menyuruhmu untuk diam menungguku, Barry.” Suaranya bergetar dan berat, mirip seperti suara-suara monster yang sering ku dengar dalam beberapa film animasi.
“Aku tahu. Aku menunggumu dan kau terlalu lama meninggalkanku, jadi aku berpikir-“
“Berpikir untuk masuk ke dalam kamar Mallory?”
Aku tidak berani untuk menjawab lagi. Justin sepenuhnya menyeramkan dan suaranya yang dingin membuat lututku lemas. Aku ingin segera keluar dari situasi tidak menyenangkan ini, tapi bagaimana bisa disaat hanya kami berdua lah yang benar-benar hidup di seluruh dunia ini.
“Keluar!” perintahnya dengan nada keji.
Aku mendongak menatapnya dan matanya tidak lagi memandangku melainkan Mallory, aku bisa melihat kekecewaan yang semakin nyata di matanya.
“Aku bilang keluar, Barry!” Justin tiba-tiba membentakku dengan keras sehingga aku terkesiap dan mengerjap. Rasa takutku yang sebelumnya berkuasa kini memudar, tergantikan dengan kekesalan yang tiada tara.
“Oke.” Tukasku menantangnya. “Nikmati waktumu.” Lalu aku sengaja menyenggol bahunya dengan keras hingga tulangku berdenyut nyeri, namun aku berusaha untuk tidak meringis hingga aku melewati pintu yang masih terbuka dan berjalan mendekati tangga.
“Sakit sekali.” aku bergumam sambil meregangkan otot bahuku, sama sekali tak mengira bahwa Justin mempunya bahu sekeras itu. Mataku memutar sejenak, menatap ke arah kamar Mallory, tapi aku tidak bisa lagi menangkap bayangan Justin ataupun mengetahui apa yang dia lakukan di kamar itu. Cih! Aku juga tidak ingin melihatnya.
Aku tahu dia pasti marah karena aku telah memasuki kamar gadis pujaannya tanpa permisi, aku juga tahu bahwa Justin pastinya terkejut melihat keadaan Mallory seperti itu. Yah, putri bungsu Sir Geordie itu telah berselingkuh! Alam bawah sadarku tersenyum sambil melakukan tarian kecil. Harusnya Justin berterimakasih, jika bukan karena aku, mungkin dia akan selalu buta dan melihat Mallory sebagai gadis sempurna padahal sesungguhnya dia telah bermain api di belakang Justin.
Tiba-tiba saja pintu kamar Mallory terbanting dengan sangat keras, aku berbalik dan melihat Justin yang mendekat dengan wajah kakunya. Aku pikir dia akan menatapku lagi seperti tadi, lalu mulai mengumpat kepadaku, tapi dia malah melewatiku, melintasi ruangan-ruangan lain dengan cepat sampai-sampai aku hampir terjerembab atau tersandung karpet saat mengikutinya. Tapi aku tidak berani menyuruh Justin untuk memelankan langkahnya, dia masih sangat marah, aku tahu itu.
Saat sampai di pintu belakang, Justin membuka pintu, menungguku hingga aku keluar lantas membanting pintu itu tertutup. Suaranya sangat nyaring hingga telingaku sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freezy Time
FanfictionIni kisah tentang gadis yang tanpa sengaja membuat dunia berubah dalam hitungan detik. Dan di sisa waktunya, Barry berusaha untuk menguasai bakat dan sihir yang ia miliki. Berusaha memperbaiki kesalahannya dan mengembalikan seisi dunia seperti semul...