Helen sudah pulang, dimana itu artinya aku kembali sendirian di rumah ini. Bukan dalam arti yang sebenarnya memang. Aku menyebutnya seperti itu karena aku memang tak punya teman bicara di rumah kecuali Mom dan Dad. Boyd, Barney dan si bajingan Justin tidak masuk hitungan.
Ingin rasanya aku menetap di kamarku, bermalas-malasan di ranjang sambil memikirkan hal aneh yang terjadi hari ini. Jika saja hal aneh itu terjadi sekali, mungkin aku bisa langsung melupakannya dan menganggap itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Tapi ini dua kali! Tidak ada ketidaksengajaan yang terjadi sebanyak dua kali!
Aku melenguh samar sambil berjalan lunglai ke arah pintu. Aku harus segera turun untuk makan malam atau Mom akan menyusulku ke kamar dan mulai menanyaiku berbagai hal. Ini bukan waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya. Mungkin setelah pestaku selesai. Meskipun aku tak yakin akan mampu menunggu selama itu.
“Malam, Barry!” Dad menyapaku ketika aku sampai di ruang makan. Aku terpaksa mendekatinya dan mencium pipinya dengan malas. Sungguh, kejadian hari ini membuatku tidak bersemangat.
“Kau tampak lesu sejak pulang tadi. Apa yang terjadi, sayang?”
Aku menggeleng pelan pada Mom. Menolak untuk memberikan jawaban. Bukan hanya karena aku tak mau membuat mom khawatir, tapi juga karena aku tak mau berbohong. Jadi, lebih baik aku diam kan? Namun, aku tahu dari balik bulu matanya Justin sedang menatapku bingung. Dan aku sama sekali tak peduli. Masih kesal karena ia telah duduk di sofa Dad dengan seenak perutnya siang tadi.
“Kau sudah menyusun daftar tamu yang ingin kau undang ke pestamu?” Dad biasanya takkan peduli dengan hal-hal tidak berbobot seperti ini, sehingga aku harus repot-repot untuk menatapnya dan mengerutkan kening heran setelah Dad menyelesaikan kalimat itu.
“Sudah.” Jawabanku terdengar membingungkan, tapi Dad hanya mengangguk.
“Kau sudah membagikan undangannya?”
“Masih sebagian. Helen membantuku seharian tadi. Sisanya mungkin akan selesai besok.” Sahutku lagi dengan malas. Maaf Dad, aku bukannya tidak menghormati ataupun menghargai perhatianmu, hanya saja aku benar-benar tidak bersemangat.
“Mungkin itu sebabnya kau terlalu lelah.” Dad akhirnya bergumam pelan, mengambil kesimpulannya sendiri dan membiarkanku diam dengan makan malamku.
Dan sekarang aku hanya duduk sambil menunduk, menyendok makanan ke mulutku dengan pikiran yang terus berputar antara dua kejadian yang ku alami hari ini. Aku bahkan tanpa sadar terlalu menjaga gerakan tanganku agar tidak berlebihan, aku juga tidak menggoyangkan kakiku di bawah meja. Takut jika hal-hal gila lainnya terjadi tiba-tiba tanpa bisa ku kendalikan. Aku bukannya terlalu percaya diri bahwa aku sekarang punya kekuatan sihir, hanya berjaga-jaga saja.
Satu-satunya percakapan yang terjadi di sepanjang sisa makan malam berlangsung hanyalah obrolan Barney and friends, oh, maksudku Barney dan Boyd. Aku bisa menyimak Barney sedang menceritakan majalah katalog terbaru yang ia beli, dan semua pasti sudah tahu apa niat gadis pirang itu. Dia menyuruh Boyd mengubah barang-barang lama yang menurutnya sudah ketinggalan zaman menjadi barang-barang baru dengan bentuk persis seperti yang ada di katalog. Itu salah satu sebab mengapa fashion Barney lebih tinggi dan lebih maju di banding teman-temannya.
Mom dan Dad hanya diam dan tidak berkomentar apapun, seolah sedang memahami kondisi hatiku yang kacau. Dan si brengsek Justin Dalrymple, dia juga diam. Lebih terlihat tidak peduli terhadap orang-orang di sekelilingnya. Aku kadang curiga lelaki ini sebenarnya tidak pernah menganggap keluargaku ada. Dia hanya memanfaatkan keberadaan kami untuk sesuatu yang tidak ku ketahui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Freezy Time
FanfictionIni kisah tentang gadis yang tanpa sengaja membuat dunia berubah dalam hitungan detik. Dan di sisa waktunya, Barry berusaha untuk menguasai bakat dan sihir yang ia miliki. Berusaha memperbaiki kesalahannya dan mengembalikan seisi dunia seperti semul...