Aku membuka tirai jendela kamarku lantas tersenyum melihat lingkungan rumah yang terang dan jalanan yang tampak basah akibat sisa hujan semalam. Ya, di dunia normal, mungkin hanya satu malam berlalu, tapi untukku dan Justin, kami sudah melewati malam itu selama berminggu-minggu.
Jujur saja, aku masih belum sepenuhnya percaya bahwa aku kembali menjalankan waktu seperti semula, tidak memudar dan masih bisa melihat matahari terbit pagi ini. Rasanya bagai seabad, dan aku tidak bisa menunggu untuk melihat Mom dan Dad lagi.
"Menikmati pemandangan?" Suara di belakangku terdengar, seiring dengan langkah kakinya yang mendekat. Aku bisa mencium aroma segar dari sabun dan parfum yang Justin gunakan, tapi aku tidak berbalik melihatnya. Ngomong-ngomong, tadi malam adalah waktu terindah di hidupku. Justin tidak meninggalkanku setelah aku tertidur, dia tetap berbaring di sampingku, memelukku dan menemaniku hingga aku terbangun satu jam yang lalu karena suara Boyd yang kencang.
Justin pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri, sama sepertiku yang harus mandi dan bersiap untuk berangkat kuliah.
"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau berada di meja makan?" Aku bertanya pelan dengan pandangan yang masih tertuju pada jalanan rumah. Justin sudah berdiri di sampingku dan menatap ke arah yang sama.
"Aku ingin menemuimu, kita bisa turun bersama."
Jantungku tiba-tiba berdetak kencang dan apa yang telah kami lakukan tadi malam melintas di benakku. Tanpa bisa dicegah, aku sudah membayangkan bagaimana Justin menciumku, dua kali! Apakah itu berarti sesuatu? Apakah itu yang membuatnya bersikap sangat baik dan manis padaku sekarang?
"Yang lain pasti akan bertanya-tanya jika kita turun ke meja makan bersama." Kataku mencoba bersikap biasa.
"Bukan masalah." Dia mengangkat bahu acuh. "Aku sudah mengembalikan mobil Boyd ke garasi."
Nah, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menoleh dan menatap Justin. "Apa kau bilang?"
"Aku sudah mengembalikan mobil Boyd ke garasi, dan juga mengembalikan bentuknya seperti semula.
Sontak aku menganga. Ya Tuhan, bagaimana bisa aku melupakan yang satu itu?
"Kau melakukannya? Bagaimana bisa?"
Dia kembali mengangkat bahu seolah itu bukan sesuatu yang penting ataupun sulit. "Teleportasi dan sihir. Aku memindahkannya setelah kau tertidur tadi malam, tidak memakan waktu yang lama."
"Apakah Boyd akan tahu?" Aku telah menghancurkan mobilnya! Dia akan membunuhku jika tahu apa yang terjadi pada mobil kesayangannya itu!
"Tidak mungkin." Justin menggeleng, yang mana itu membuatku sedikit lega. "Aku telah mengembalikannya seperti semula, Barry. Aku juga telah mengeluarkan ransel kita, tidak perlu khawatir. Sekarang kau punya banyak snack dan cemilan di lemarimu." Lalu Justin tersenyum manis dan mengedipkan sebelah matanya.
Aku merasa ingin pingsan.
"BARRY! AKU AKAN MEMBEKUKAN SELURUH BARANGMU JIKA KAU TIDAK TURUN SEKARANG JUGA!"
Suara Boyd! Astaga, bagaimana caraku mengungkapkan betapa rindunya aku dengan seluruh kata-kata kasarnya?
Justin tertawa kecil dan aku hanya tersenyum menatapnya. Ini benar-benar terasa sangat baik, seperti aku mendapat kesempatan kedua untuk hidup dan aku telah diberi kehidupan yang lebih indah dari sebelumnya.
"Kurasa ini waktunya untuk turun dan sarapan. Kau pasti merindukan ayah dan ibumu."
Aku mengangguk. "Kau benar." Kemudian, aku bergerak untuk mengecek penampilanku di cermin dan mengambil tasku. "Ayo turun, aku tidak sabar memakan waffle coklat buatan Mom."

KAMU SEDANG MEMBACA
Freezy Time
FanfictionIni kisah tentang gadis yang tanpa sengaja membuat dunia berubah dalam hitungan detik. Dan di sisa waktunya, Barry berusaha untuk menguasai bakat dan sihir yang ia miliki. Berusaha memperbaiki kesalahannya dan mengembalikan seisi dunia seperti semul...