Chapter Ten

1.7K 183 2
                                        

          Aku tidak bisa mencegah diriku untuk tidak bersedih. Bagaimana mungkin? Ucapan Justin yang mengatakan bahwa ia berpacaran dengan putri bungsu Sir Geordie telah menyakiti hatiku. Belum lagi ekspresi bahagia dan bangga yang menghiasi wajahnya ketika mengucapkan kalimat itu.

          Aku benar-benar patah hati.

          Dan aku sadar bahwa aku telah begitu menyukainya selama ini.

          Sejak pulang dari GOLDEN’S, aku memang menyembunyikan diriku di dalam kamar. Sama seperti gadis-gadis lain yang biasanya lakukan ketika patah hati, meringkuk di ranjang, memeluk bantal dan merenung. Untungnya, aku tidak menangis sampai meraung-raung, hanya sekedar meringis dan membenamkan wajahku di bantal untuk meredam teriakan yang mulutku keluarkan. Tentu saja aku masih waras untuk tidak membuat Justin mengetuk pintuku dan bertanya apa yang terjadi. Dia tentunya tidak boleh tahu bahwa aku sedang patah hati terhadapnya.

          Ini bukan pertama kalinya aku mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi harus ku akui, ini patah hati paling menyakitkan. Membayangkan Justin sudah menyukai gadis lain membuatku gila.

          Lalu, aku tersadar bahwa aku sama sekali tidak pantas untuknya. Dia begitu tampan dan mempesona, meskipun aku masih kurang yakin akan kepintaran otaknya, tetap saja aku dan dia tidak sebanding. Mungkin Justin hanya menganggapku sebagai adik. Tapi aku dengan bodohnya tidak menyadari bahwa sampai kapanpun, Justin tidak akan pernah memandangku sebagaimana ia memandang pacarnya saat ini. Baginya aku hanyalah gadis biasa yang pantas dijadikan lawan untuk berdebat, atau gadis yang bisa ia cela sesukanya tanpa takut aku akan sakit hati.

          Ya. Seperti itulah.

          Aku mendesah berat dan duduk di ranjangku, mungkin ini sudah memakan waktu berjam-jam, tapi aku masih belum memiliki niat untuk keluar dan kembali menemui Justin. Jadi aku putuskan untuk masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Aku berkeringat saat bersepeda tadi, tentunya itu membuat tubuhku lengket. Mungkin jika aku berendam, pikiranku bisa lebih tenang dan hatiku bisa mendingin. Aku juga butuh tidur.

         

         

***

          Aku merasakan pusing yang luar biasa, seolah aku menaiki wahana roller coaster selama dua puluh empat jam nonstop. Ini terasa seperti mimpi, namun anehnya aku merasakan setiap hal begitu nyata. Hawa panas menyelimuti tubuhku dan jiwaku terhisap, terombang-ambing sekian lama dan aku tiba-tiba terjatuh di lantai yang terasa keras.

          Jantungku mulai berdetak kencang dan aku takut untuk membuka mata. Ini adalah sensasi yang sama seperti yang ku rasakan ketika kecil dulu. Ketika aku melakukan perjalanan ke masa lalu tanpa sadar.

          Perlahan, aku mulai mendengar suara-suara orang lain di sekitarku, dan udara mulai bergerak. Aku tentunya masih ingat bahwa waktu terhenti, lantas mengapa ada orang lain yang bisa berbicara?

          Aku tersentak dan mataku seketika terbuka lebar. Yang aku lihat pertama kali adalah punggung seseorang yang menjauhiku, dan aku seketika sadar bahwa orang itu baru saja menembus tubuhku seolah aku hanyalah roh. Dan aku memang hanya roh saat ini, aku kembali melakukan perjalan ke masa lalu! Sekarang aku bisa menyentuh apa saja dan mereka tidak akan merasakan apapun. Aku melihat mereka tapi mereka tak pernah bisa melihatku.

          Mencoba untuk tidak panik dan takut, aku mulai melihat sekelilingku. Ini adalah rumah yang sebelumnya tidak pernah ku datangi, entah ini rumah manusia atau bukan, yang pasti suara-suara samar yang kudengar semakin jelas saat aku memberanikan diri untuk melangkah ke satu ruangan. Wajah-wajah asing terlihat. Aku mulai memperhatikan mereka satu per satu, dan dari apa yang ku cerna, mereka bukanlah orang-orang dengan pakaian kuno dan aneh. Mungkin aku hanya terlempar ke masa lalu yang tidak terlalu jauh.

Freezy TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang