Aku bisa merasakannya. Bagaimana sekujur tubuhku di aliri rasa dingin yang menyakitkan di susul oleh hawa panas yang mengekang namun juga terasa menyembuhkan. Sampai akhirnya aku bisa kembali membuka mata. Menatap langit-langit berwarna coklat muda di atasku. Aku tak tahu apa yang telah terjadi. Kosa kataku yang masih sedikit membuatku sulit mengungkapkan perasaanku. Yang pasti, aku merasa baru.
Malam itu aku berada di pangkuan Mom. Ia mengelus rambut panjangku dengan lembut sementara tubuhku yang luput dari pangkuannya meringkuk malas di ranjang. Mom bercerita.
“Ada dua jenis mahkluk hidup di dunia ini.”
Padahal di sekolah aku di ajarkan bahwa ada tiga jenis makhluk hidup. Manusia, hewan, dan tumbuhan.
“Bukan mahluk seperti itu, sayang.” Mom menyadari kebingunganku, lantas kembali melanjutkan ceritanya. “Manusia dan bukan manusia. Tidak ada kata yang lebih indah untuk mengucapkannya, tapi ‘bukan manusia’ itu sudah cukup.”
Meskipun awalnya aku yakin Mom menyebutkan dua kata itu agar aku mudah mengerti, tapi kemudian aku tahu bahwa memang begitulah mereka menyebutnya.
“Apa itu ‘bukan manusia’?” kataku dengan suara kecil.
Mom tersenyum menatapku,”Itu adalah kita.” Ucapnya lembut. “Sekarang, kau harus tidur.”
Aku tidak pernah membantah perintah ibuku, hanya saja kali ini aku menunjukkan pemberontakan dengan mengusapkan tangan kecilku ke wajahnya.
“Apa, sayang?”
“Aku takut. Aku tidak mau tidur.”
Mom hanya tersenyum, menurunkan kepalaku dari pahanya dan meletakkan bantal lembut di bawahku. Aku tak bisa menolak saat Mom juga menarik selimut untuk menutupi tubuh kecilku. Dan terakhir ia berlutut di samping ranjang, wajahnya sejajar denganku.
“Kau harus tidur.”
Aku berkedip. Untuk sesaat aku menatap kamarku yang berserakan dengan berbagai macam mainan. Kamarku akan segera gelap jika Mom mematikan lampunya. Tapi bukan itu yang membuatku takut. Ada hal lain, yang tak bisa kujabarkan namun aku bisa mengingatnya.
“Apakah aku akan terbangun lagi?” tanyaku kemudian.
“Tentu, sayang. Kau akan bangun besok pagi. Lalu Mom akan membuat waffle coklat kesukaanmu.”
Dan saat itu, aku langsung memejamkan mata. Membiarkan Mom mematikan lampu, mengecup keningku dan keluar dari kamar. Yang terbayang di pikiranku hanyalah waffle coklat. Waffle coklat. Waffle coklat.
***
Aku berkonsentrasi, fokus pada benda kecil yang kuletakkan di atas meja. Napasku putus-putus , jantung berdebar keras dan mataku menatap tajam pada benda kecil itu. Aku mulai merasakannya, merasakan energi yang bergerak dari dalam tubuhku. Menggelora dan menjerit ingin keluar. Tapi, setelah sekian lama, tak ada apapun yang terjadi. Kamarku tetap hening kecuali tarikan dan hembusan napas yang keluar dari hidungku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freezy Time
FanfictionIni kisah tentang gadis yang tanpa sengaja membuat dunia berubah dalam hitungan detik. Dan di sisa waktunya, Barry berusaha untuk menguasai bakat dan sihir yang ia miliki. Berusaha memperbaiki kesalahannya dan mengembalikan seisi dunia seperti semul...