Chapter Eight

1.9K 195 3
                                        

          Aku melahap roti tawar yang telah ku olesi saus coklat dengan semangat karena aku benar-benar merasa begitu lapar. Jika waktu berjalan normal, seharusnya ini sudah pagi dan aku biasanya akan menyantap waffle cokelat buatan Mom.

          Di sampingku, Justin juga melakukan hal yang sama, lengkap dengan ekspresi kesalnya yang tak kunjung hilang sejak lima belas menit terakhir. Yah, dia memang sangat berlebihan tentang air dan gas yang tidak bekerja, padahal, di rumah ini masih banyak makanan yang bisa dikonsumsi tanpa harus di masak terlebih dahulu. Apalagi, pesta baru saja berlangsung, dimana stok makanan di kulkas dan lemari juga lebih banyak.

           “Jangan pasang senyuman itu terus menerus. Kau membuatku mual,” Justin bergumam pelan, masih mengunyah roti dengan wajah kusutnya.

           “Aku tidak bisa menahannya.” Ucapku berpura-pura polos. “Aku tak menyangka kau sangat bodoh.”

          Justin berdecak lantas melempar pelan sisa rotinya ke atas piring. “Aku terlalu panik. Mana aku tahu ada banyak makanan siap makan di lemari.”

           “Apa di sekolah khusus lanjutan otakmu dipaksa berpikiran sempit?”

           “Tidak!” katanya hampir membentak. Membuat hatiku berteriak senang karena berhasil membuat dia kesal sekaligus malu.

           “Kau memang berlebihan Justin.” aku menjepit botol saus coklat dengan telapak tanganku hingga isinya tertuang ke atas roti. “Kau bertingkah seolah kita akan mati. Lihatlah, kita masih bisa bertahan hidup.”

           “Tunggu sampai makanannya habis.”

           “Oh ya?” aku tersenyum mengejek dan menatap wajahnya lebih dekat. “Kau tidak berpikir bahwa ada begitu banyak makanan di dunia ini. Tidak hanya di rumahku saja!”

           “Semua makanan itu tidak bertahan lama!” Justin tampak begitu berusaha untuk tidak mempermalukannya dirinya. “Makanan itu akan segera membusuk!”

          Astaga! Dia benar-benar tolol! “Hey tampan! Tidakkah kau ingat bahwa saat ini seluruh kehidupan bumi terhenti? Dan itu artinya bakteri pembusuk atau apalah itu, juga berhenti bekerja. Bagaimana bisa makanannya busuk, huh?”

          Justin tampak seolah aku baru saja menamparnya, dan sedetik kemudian dia mendengus kesal dan menyembunyikan rasa malunya. Astaga, aku tidak menyangka bahwa kemampuan berpikir otakku lebih bagus dari dia. Bukankah Justin akan segera lulus dari sekolah khusus sementara aku masih menjalani tahun pertamaku di universitas?

           “Sudahlah. Aku kenyang.” Justin bangkit dari kursi dengan kasar lalu membuka kulkas. Ia mengambil seteko air sirup yang masih banyak tersedia. Aku menahan senyum, ini seperti aku hidup mendampinginya, atau lebih tepatnya, aku merasa seperti istri Justin. Baiklah, ini berlebihan, tapi benar-benar hanya ada kami berdua disini, di dunia ini. Dan sejak waktunya terhenti, kami hampir melakukan semua hal bersama-sama. Dan kami lebih banyak berbicara di banding hari-hari sebelumnya, walaupun hampir seluruhnya berdebat.

           “Kau mau kemana?” aku bertanya terburu-buru saat Justin membuka pintu belakang rumah, sekilas, aku bisa melihat meja-meja dan kursi-kursi sudah disusun bertingkat di halaman belakang.

           “Bukan urusanmu.” Ketusnya sebelum membanting pintu. Aku mengangkat bahu dan kembali melanjutkan makan. Setelah kurasa cukup kenyang, barulah aku membereskan semuanya dan mengembalikan roti dan selai ke tempat semula agar mudah ditemukan. Justin tidak menunjukkan tanda-tanda akan kembali, jadi aku meninggalkan dapur dan beralih ke pintu depan rumah. Aku sempat melewati Barney dan Boyd yang masih mematung dengan posisi semula, tapi aku berusaha tidak peduli. Malah aku memikirkan akan memindahkan tubuh mereka ke suatu tempat, misalnya di dalam gudang gelap atau di atas atap sekalian, sehingga saat waktunya kembali berjalan dan mereka bisa bergerak, kedua iblis itu akan kebingungan. Itupun jika Justin mau membatuku, kalau tidak, lupakan saja. Mana bisa aku mengangkat tubuh besar Boyd!

Freezy TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang