07 | Ikatan

30 10 8
                                    

Jika tak bisa membahagiakan, maka tinggalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika tak bisa membahagiakan, maka tinggalkan. Bertahan akan membuatnya sakit dan mati secara perlahan.

🕓🕓

Seteleh tidur siangnya, Vita segera membersihkan tubuhnya di bawah dinginnya air shower. Bukan hanya badan, otaknya pun segar setelah dua hari tinggal di rumah ini. Tidak ada ocehan Alma atau suara bising Letta yang memerintah sesuka hatinya. Kini tinggallah Vita yang hidup tenang tanpa usikan.

"Non Vita mau ke mana?" tanya Bi Inah yang sedang membersihkan debu pada vas bunga di dekat tangga.

"Pengen ke taman samping rumah, Bi."

"Baik, Non. Nanti saya bawakan minuman biar makin seger," balas Bi Inah sambil mengacungkan jari jempolnya. 

Vita hanya tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya. Segera dia melangkahkan kakinya menuju taman, tempat yang sangat menarik untuk didatangi. Biasanya dia harus berjalan beberapa meter untuk menuju tempat penuh tanaman itu, karena Alma tidak mengizinkannya menanam banyak tanaman di sekitar rumah.

Sesampainya di samping rumah, bibir Vita menyunggingkan senyum. Hatinya tenang saat melihat banyak tanaman dan juga kolam ikan yang mengelucurkan air dari atas. Gadis itu mendudukkan dirinya pada ayunan yang menggantung pada dahan pohon besar. 

"Silakan diminum, Non." Bi Inah menyerahkan jus jeruk pada Vita. "Ini minuman kesukaan Den Raga, minuman kesukaan Non Vita apa?"

"Kalo aku sih apa aja, Bi. Apapun yang ada, aku pasti minum kok."

Bi Inah duduk pada bangku kecil di dekat ayunan, menatap Vita yang sedang menikmati jusnya. "Dulu ... Nyonya sangat ingin melihat cucunya duduk di ayunan ini. Beliau menunggu kedatangan cucunya, tujuh belas tahun bukanlah waktu sebantar. Tapi saat yang ditunggu sudah datang, yang menunggu malah berpulang."

"Aku juga pengen ketemu sama Nenek, bercerita banyak hal dengan beliau," ujar Vita sambil tersenyum getir. 

Tangan kanan Bi Inah terulur, menyerahkan sebuah amplop pada Vita lalu pamit pergi ke dapur. Tanpa bertanya, Vita membuka amplop itu karena di baliknya ada tulisan untuk cucuku. Ada dua buah foto, foto pertama bergambar dua bayi kembar yang sedang terlelap. Tangan kedua bayi itu bertaut, seakan menunjukkan bahwa mereka akan selalu bersama-sama menjalani kehidupan.

Kedua mata Vita berkaca-kaca. Dia mengamati foto ke dua, di sana ada gambar dua pengantin baru sambil menunjukkan buku pernikahan. Mereka adalah Alma dan Alam. Keduanya tersenyum lebar seperti suami istri yang saling mencintai. Kini air mata Vita tak dapat dibendung lagi, buliran itu mengalir deras hingga sang empu sesenggukan. Dibukanya lipatan kertas putih itu dan membaca isi suratnya.

Renza ... cucu-cucuku ... bagaimana kabarmu, Nak? Nenek harap kalian selalu bahagia. Sebenarnya Nenek ingin sekali bertemu kalian, tapi sepertinya kita tak ditakdirkan untuk bertemu lagi. Tapi Nenek bersyukur karena dulu pernah menggendong kalian saat masih bayi. Dulu kalian sangat menggemaskan, pasti sekarang sudah tumbuh menjadi anak yang luar biasa.

Detak-Detik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang