14 | Ungkapan

15 8 0
                                    

Tahap pertama mencintai adalah mengatakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahap pertama mencintai adalah mengatakan. Soal jawaban dan perjuangan ... biarlah jadi urusan belakang, karena cinta dalam diam akan menikam perasaan.

🕓🕓

Tak ada kata sepi di jalur besar yang dilalui ribuan kendaraan setiap harinya. Deru motor dan klakson mobil saling bersahutan, menciptakan kebisingan saat pengendara dijebak macet. Cuaca panas, lelah, dan juga emosi ketika kendaraan tak bisa melaju bebas seperti sekarang. Ya, mobil Saga sedang berada di tengah kemacetan itu.

"Huffttt ... lama banget sih," keluh Vita sambil mengibaskan tangan di depan wajahnya.

"Sabar dong, Sayang ... bentar lagi pasti jalan," sahut Saga sambil mengamati mobil di depannya.

Inilah yang Vita benci, laki-laki yang seenaknya membuat jantungnya berdebar. Berada di tengah macet sudah membuatnya kegerahan, ditambah wajahnya memanas yang tentu sudah kemerahan sekarang. Bukan itu saja, dia merasakan adanya ribuan kupu-kupu terbang di perutnya.

"Kok diem?" tanya Saga sambil menoleh ke samping kiri. "Kenapa?"

"Enggak apa-apa," jawab Vita cepat.

"Mau jalan?"

"Ke mana? Macet loh ini," jawab Vita sambil menyandarkan punggungnya. "Tapi, Ga. Aku mau bantu-bantu di cafe. Jadi sekalian aja ntar kita makan siang di sana."

Saga menoleh sebentar, memandang kekasihnya yang menatapnya. "Kamu cantik tau enggak?"

"Masa?" tanya Vita sambil menahan senyumnya.

"Iya, apalagi kalo senyum." Saga menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Vita.

Mendengar itu, kedua ujung bibir Vita langsung tertarik ke atas. Karena tersenyun terlalu lebar, dia menampilkan deretan gigi putihnya. Jangan lupakan gigi gingsul di sebelah kanan yang terlihat lebih dulu. Saga tak berbohong, kekasihnya memang sangat cantik. Kulit putih mulus dengan rambut kecoklatan dan juga manik biru laut, membuatnya seperti wanita luar negeri.

"Okay. Jadi kita ke rumah kamu dulu, ganti baju terus ke cafe. Untung aja searah, jadi enggak perlu puter balik," ucap Saga tanpa menoleh, karena kendaraan sudah mulai bergerak maju.

Tiga menit kemudian, mobil Saga sampai di kediaman Vita. Vita langsung turun dan segera masuk untuk berganti pakaian. Sedangkan Saga, laki-laki itu mengambil tas kecil yang berisi pakaian cadangan di bagasi mobil. Dia mengikuti Vita hingga ke ruang keluarga.

"Ta, aku ganti di mana?" tanya Saga sambil mengedarkan pandangannya.

"Loh, kamu bawa baju?"

Saga menunjukkan papper bag miliknya pada Vita. Gadis itu mengangguk lalu menunjukkan kamar mandi pada kekasihnya itu. Setelah itu, dia menuju kamarnya untuk bersiap. Tepat setelah lima menit, gadis itu sudah siap dengan celana jeans hitam dan sweater lengan panjang berwarna putih. Dia segera meraih tas selempang kecil lalu mengenakan sneakers hitam kesayangannya.

Detak-Detik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang