11 | Bicara

26 8 2
                                    

Terkadang, mata dan telinga berjalan tak searah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang, mata dan telinga berjalan tak searah. Logika butuh bukti, juga hati yang ingin dimengerti.

🕓🕓

Sebuah mobil hitam terparkir rapi di halaman cafe baru yang akan diresmikan beberapa saat lagi. Seorang gadis keluar dengan langkah pelan, digandeng oleh sang pangeran. Untuk pertama kalinya dia mengenakan dress putih selutut dengan high heels berwarna senada. Rambut panjang kecoklatannya diurai bebas, dipadukan dengan jepit permata yang menambah kesan elegan.

"Gila sih ini, lo cantik banget!" puji Anna sambil memutar-putar tubuh Vita.

"Eh udah, pusing ntar dia!" Saga mencekal pergelangan Vita, menempatkan gadis itu di sampingnya.

Sofia menghampiri Vita, dan dihadiahi tatapan tajam oleh Saga. "Posesif amat sih lo!"

"Iyalah, kan gue sayang sama dia. Gue enggak mau orang lain nyakitin dia, sedangkan gue jagain dia mati-matian," jawab Saga membuat Vita membelalak. Logika dan hatinya berperang, antara percaya dan tidak.

"Aduh, kresek mana kresek? Gumoh gue dengernya!" Anna memegangi perutnya, berlagak ingin muntah.

Elsa mengulurkan tas selempang milik Sofia, tentu dijadikan bahan drama oleh Anna. "Nih, muntah di sini aja!"

Sofia mendelikkan matanya lalu merebut tas miliknya dari orang-orang yang tidak waras itu. Namun dia tak berhasil, karena Anna menjunjungnya tinggi-tinggi. Gadis itu tak dapat meraih tasnya, karena tinggi badannya dengan Anna sangat berbeda, selisih satu jengkal. Begitulah nasib manusia berukuran kecil, selalu menjadi bahan bully-an.

Ketika Sofia sudah menyerah, seseorang mengulurkan tas hitam di depan wajahnya. Ya, itu adalah tas miliknya. Seperti biasa, Reganlah pahlawannya. Sofia mengucapkan terimakasih sambil menahan senyumnya. Regan mengangkat dagunya saat dia menunduk, tentu langsung bertabrakan dengan tatapan lembut laki-laki itu.

Elsa berdeham membuat dua sejoli itu salah tingkah. "Pamer terooos, udah tau di sini pada jomblo."

"Kan ada aku, kita bisa melepas status jomblo itu bersama-sama," ucap Leo sambil menaik turunkan kedua alisnya. Alih-alih salah tingkah, Elsa malah menendang tulang keringnya membuat sang empu meringis kesakitan.

"Waduh ... ditolak lagi tuh," ledek Saga sambil bersiul-siul.

"Kurang ajar lo, Ga. Liat aja nih ya, kalo ntar lo ditolak sama cewek, gue orang pertama yang ngetawain lo!" cetus Leo mengundang gelak tawa teman-temannya.

Saga mendelik kesal tak terima. "Saga itu pantang menyerah, tapi enggak pernah ditolak sih."

"Oh ya?"

"Iya, liat ini." Saga merogoh saku jasnya, mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dan diberikan pada Vita. "Vita, aku tau kalo kita baru kenal, tapi aku udah sayang sama kamu. Kalo kamu anggap aku cuma mainin cewek, kamu bener. Tapi kalo mainin kamu, itu salah besar. Aku beneran sayang sama kamu, aku enggak pernah seserius ini sama cewek sebelumnya."

Detak-Detik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang