Perasaan tak bisa dipaksakan. Itu adalah peringatan, karena tak semua hal harus diperjuangkan.
🕓🕓
Ratusan siswa-siswi berbondong-bondong memasuki gerbang, karena bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi. Mobil Saga sudah terparkir rapi, sang pemilik berjalan beriringan dengan gadisnya menuju kelas. Sepanjang perjalanan, Vita mendapat tatapan berbeda-beda. Dari kalangan siswa, dia mendapat tatapan memuja. Lain dari para siswi, mereka menatap tajam seakan ingin menelan gadis itu hidup-hidup.
Anggap saja, Saga adalah pangeran yang mencari pasangan, tentu diperebutkan banyak perempuan. Ketika ada seorang gadis yang mendapatkannya, dia akan memiliki musuh dadakan. Mereka yang awalnya digoda, diperhatikan, dan merasa dicintai pun sakit hati pada Saga yang sekarang fokus pada satu gadis saja.
"Enggak usah nunduk gitu, nanti nabrak gimana?" ujar Saga sambil mengamati gadisnya yang menunduk dalam.
"Mereka enggak suka kalo aku deket-deket kamu." Vita memainkan jari-jarinya yang berkeringat dingin. Dia takut mengalami hal yang sama seperti di sekolah lama. Mengingatnya saja dia tak sanggup, apalagi jika benar-benar terjadi.
"Yang ngejalanin itu kita, ngapain peduliin mereka?"
"Tapi mereka suka sama kamu, dan keliatannya mereka lebih baik dari aku," cicit Vita sambil mengalihkan pandangannya.
Saga menghentikan langkahnya, mencengkeram pelan kedua bahu kekasihnya. "Terus kenapa? Yang jadi pacarku itu kamu, itu artinya aku milih kamu. Jadi kamu harus percaya, kalo kamu lebih baik dari mereka. Jangan merasa rendah, buktikan kalau kamu pantas buat aku."
Vita menatap kedua manik Saga, berusaha mencari kebohongan di sana. Namun, dia hanya menemukan ketulusan dan keseriusan. Apa dirinya berhak ragu? Seharusnya tidak. Namun hatinya gelisah, takut dengan keputusannya sendiri.
"Udah, enggak usah mikir macem-macem. Yuk, masuk!" Saga menggandeng tangan Vita memasuki kelas. Dia mengantarkan gadis itu menuju mejanya, lalu mengacak rambutnya pelan. "Semangat belajarnya."
"Yang udah jadian mah beda, nempel terooos ... sampek mampos," ucap Anna yang melihat teman sebangkunya bermesraan, juga mendapati Sofia dan Regan baru memasuki pintu kelas.
"Yang ngontrak enggak usah bacot!" sahut Regan dan diacungi jempol oleh Saga.
"Daripada lo ngoceh enggak jelas, mending jadian sama Leo aja deh. Sama-sama ngenes."
Anna menggebrak mejanya tak terima, dia berdiri sambil menggulung lengan seragamnya. "Wah ngajak berantem nih, baru jadian aja belagu lo! Gini-gini gue seleranya tinggi, enggak mau sama modelannya Leo."
"Dih, siapa juga yang mau sama lo. Gue sukanya Elsa, cuek tapi cakep," tambah Leo sambil melirik pujaan hatinya. Elsa yang ditatap seperti itu pun bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak-Detik [END]
Teen FictionHidup dalam kematian, seperti manusia kehilangan nyawa. Ya, itulah arti vita tanpa jiwa, raga, alam dan kisah. Akankah vita tetap ada tanpa mereka? Atau melanjutkan hidup dalam penantian? *** Start : 02 Juni Finish : 28 Juli -Lumajang, 2021