Datang membawa harapan, pulang memberi kenangan. Hilangnya meninggalkan kegelapan.
🕓🕓
Saat ini Vita, Raga dan kawan-kawannya sedang berada di kantin, mereka duduk satu meja dengan posisi melingkar. Tanpa ada pembicaraan, mereka menikmati makanannya dengan khidmat. Sesekali mereka saling menatap sang pujaan hati, lalu memalingkan wajah ketika sang empu menyadari.
"Ta, sumpah suara lo tadi bagus banget!" puji Anna ketika baksonya sudah habis tak tersisa.
"Ya iyalah, emang suara lo? cempreng!" celetuk Leo membuat Anna yang sedang meminum es tehnya mendelik kesal.
"Udah, enggak usah berantem," ucap Vita saat menyadari akan terjadi peperangan sengit.
"Tapi emang bagus sih, Ta. Lo sering nyanyi ya?" celetuk Sofia dan dibalas gelengan oleh gadis itu.
"Sumpah sih bagus banget, menghayati lo nyanyinya," tambah Leo.
Karena lagu itu sesuai sama keadaan gue dan Raga, jawab Vita dalam hati. Tanpa sadar dia saling menatap dengan Raga, tentu laki-laki segera memutuskan kontak mata.
"Vita emang serba bisa, bisa banget bikin aku tergila-gila," timpal Saga dan mendapat pukulan oleh teman-temannya kecuali Raga.
"Oh iya, kalian bisa bantuin aku sama Raga enggak?"
"Bantu apa, Ta?" tanya Saga yang sedari tadi menatap Vita lekat, tentu membuat sang empu salah tingkah.
🕓🕓
Setelah hampir empat jam mereka sibuk masing-masing, akhirnya pekerjaan itu selesai. Sesuai permintaan Vita, keenam temannya datang membantu mendekorasi tempat makan milik Diana. Mulai dari menata kursi, mengecat tembok dengan berbagai tema, juga menyiapkan semua alat makan di dapur. Mereka juga membuat tulisan Renza's cafe di atas pintu masuk juga pada spanduk yang terletak di pinggir jalan dekat parkiran.
Vita mengedarkan pandangannya. Tempat makan minimalis itu sudah disulap menjadi cafe yang sangat-sangat sempurna bagi dirinya. Bukan hanya gadis itu, semua orang yang ada di sana tersenyum haru ketika melihat Vita yang menangis di pelukan Anna. Semua orang berharap cafe itu akan ramai pengunjung dan juga semakin sukses.
"Besok jam dua siang diresmikan, kalian harus dateng!" ujar Vita dan diangguki oleh semua temannya.
"Udah nangisnya dong, Cantik!" Anna mengusap punggung Vita pelan.
Vita terkekeh lalu mengusap air matanya yang hampir mengering. "Makasih ya, kalian udah mau bantu."
"Kek sama siapa aja," sahut Elsa dan diangguki Sofia. "Btw gue duluan ya, Ta."
"Kalo lo balik, gue ikut dong," ujar Anna sambil membenarkan letak tas di bahu kanannya.
"Gue pamit juga deh," celetuk Sofia yang diangguki oleh Vita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak-Detik [END]
Teen FictionHidup dalam kematian, seperti manusia kehilangan nyawa. Ya, itulah arti vita tanpa jiwa, raga, alam dan kisah. Akankah vita tetap ada tanpa mereka? Atau melanjutkan hidup dalam penantian? *** Start : 02 Juni Finish : 28 Juli -Lumajang, 2021