Loyal or Betrayal-04

6K 1K 74
                                    

Claire menatap Evelyn yang sudah terlelap lalu ia keluar dari kamar Evelyn untuk kembali ke tempat yang sebelumnya Claire dan Evelyn datangi.

Claire sudah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, berharap ia bisa bertemu lagi dengan laki-laki yang ia dan Evelyn temui saat di club tadi. Kurang lebih 15 menit, Claire sudah sampai di club dan segera masuk. Claire memencet salah satu tombol lift berharap pintu lift segera terbuka, ketika sudah terbuka, Claire tertegun melihat seseorang yang ada di dalam lift.

Zion yang sedikit menunduk sambil memainkan ponsel mengangkat kepalanya dan tertawa kecil melihat siapa yang berdiri di depannya.

Claire masuk dengan malas dan berdiri menyandarkan tubuh bagian belakang di dinding lift yang terasa dingin.

"Tempat nongkrong lo di sini ternyata." kata Zion tanpa menatap Claire.

"Tempat haram ini lo bilang tempat tongkrongan gue?"

Zion menoleh, "haram? Oh, jadi lo masih suci? Serius nggak pernah ke sini? Kalo nggak pernah ke sini seenggaknya pernah dong ke club lain."

Claire diam di mana ia teringat dengan dirinya yang pernah pergi ke club bersama Nolan dan kala itu mereka belum berpacaran. Claire memperhatikan Zion yang memakai celana bahan juga kemeja berwarna navy dengan dua kancing yang tidak dikaitkan.

"Lo ke sini mau ngapain? Open BO?" tanya Claire.

Zion terkejut sekaligus takjub dengan Claire. "Kenapa? Kalo gue open BO lo mau booking gue? Untuk lo gratis."

"Baru kali ini gue nemu laki-laki murahan." balas Claire membuat Zion terkekeh.

"Lo nggak pernah ke sini jadi ngapain ke sini? Lo mau gue jadi tour guide lo?" tanya Zion.

Claire diam sejenak mendengar kata tour guide yang Zion lontarkan. Apakah Zion benar-benar tahu dan paham betul dengan letak setiap sudut club itu?

"Oh, club ini punya lo?"

"Nggak perlu tau." Zion menyindir Claire alias ucapan Claire di hari pertama mereka bertemu.

Claire langsung keluar saat pintu lift terbuka, merasa ada yang mengikuti, Claire balik badan. "Jangan ikutin gue!"

Zion tertawa, "lah emang gue mau ke lantai ini kali." Zion pun berjalan lebih dulu lalu berbelok ke lorong yang berada di kirinya.

Claire berjalan beberapa langkah untuk menatap lorong yang ada di kanan dan kirinya. Claire bingung, apakah ia harus berjalan lurus? Belok ke kanan? Atau belok ke kiri? Pada akhirnya, Claire pun memilih untuk berjalan lurus dengan hasil yang nihil.

-Loyal or Betrayal-

"Dia pernah ngobrol sama Kiara, ketemu sama Kiara, Kiara juga nawarin PSK ke dia, pasti dia punya nomor telepon Kiara atau seenggaknya Kiara kasih tau dia alamatnya, iya nggak sih?" Claire menoleh pada Evelyn yang sedang makan.

Evelyn menghela napas. "Ai, udah biarin aja. Mau Kiara pergi sejauh apapun pasti bakal ketemu, aku udah bisa lupain semuanya karena aku udah terbiasa sama yang namanya sakit hati. Biarin dia."

Claire memejamkan mata sejenak, "tapi gue nggak bisa! Gue yang belum bisa lupain semuanya! Apalagi sampe sekarang keluarga lo, keluarga gue, nggak ada yang tau."

Evelyn menyentuh bahu Claire. "Aku bakal kasih tau keluarga aku, harus berapa kali aku bilang soal itu? Aku pasti kasih tau mereka. Please, bantu aku dengan cara kamu nggak ungkit-ungkit lagi yang udah lewat."

Claire menghela napas lalu menopang pipinya dengan perasaan kesal karena ia tidak kunjung menemukan Kiara. "Ya udah deh, gue balik ya."

Evelyn mengangguk menatap kepergian Claire dari apartemennya. Claire berjalan dengan langkah kecil menuju apartemennya dan pergi ke dapur untuk membuat makanan untuk makan malam.

Claire memasukkan mie pasta ke dalam air yang sudah mendidih lalu menatap dinding yang menunjukkan pukul 19:00 malam waktu setempat di mana berarti jam di Indonesia menunjukkan pukul 06:00 pagi.

Claire ingin sekali menghubungi Nolan, mengingat Nolan selalu bangun agak siang, Claire harus berpikir lagi dan juga Claire merasa malas jika harus terus berdebat dengan Nolan yang merasa terganggu karena ia menelepon di saat Nolan masih tidur.

"Tapi, telfon aja kali ya." Sembari menunggu mie pastanya, Claire mulai menghubungi Nolan via video call dan hasilnya nihil, tidak diangkat oleh laki-laki itu.

Salahkah jika Claire merasa kesal padahal gadis itu sudah tahu jika hal barusan akan terjadi? Sebanyak 3 kali Claire menghubungi Nolan dan tidak kunjung diangkat, Claire pun menyerah. Pada akhirnya Claire menghubungi ibunya yang ia yakini sudah bangun karena memang Celine selalu bangun di waktu Subuh.

"Lho, mukanya kok cemberut gitu?" tanya Celine sambil memperhatikan wajah anaknya.

"Kesel, masa Nolan nggak mau angkat VC juga telfon dari Ai. Ya, karena emang masih tidur sih." jawab Claire sambil menyuapkan saus pastanya.

"Tidur? Nolan masih tidur di jam segini? Dia kuliah nggak sih?"

"Katanya tahun depan, pengen nganggur dulu karena masih capek kalo harus belajar lagi."

"Pantes sih mami liat dia mondar-mandir mulu, pergi siang, pulang malem."

Claire menatap ponselnya yang ia tempelkan di lemari gantung dengan bantuan perekat, "pulang pergi bareng siapa?"

"Sendiri, kadang sama temennya sih."

Claire diam sambil menatap wajah ibunya dari layar ponsel dan Celine juga ikut diam sambil menatap Claire. Tak lama, Celine terlihat panik.

"Kenapa? Kenapa Ai diem? Ai nggak tau Nolan sering pergi? Nolan nggak ada bilang? Apa perlu mami jadi detektif dadakan?"

"Dari mana mami tau Nolan sering pergi?"

"Karena dia naik motor lah, nggak setiap hari sih, ya kalo pas mami lagi di luar terus Nolan lewat ya mami liat dong. Suara motornya mami juga tanda sih."

"Ai emang nggak tau sih kalo Nolan sering pergi, tapi kan Ai nggak harus terus tau." Claire bersikap seolah ia memaklumi tetapi sebenarnya ia kesal karena Nolan sudah berbohong sebab Nolan selalu mengatakan jika laki-laki itu selalu di rumah padahal Celine baru saja mengatakan Nolan sering pergi.

Loyal or Betrayal

Qotd: Ai yang terlalu overthinking atau Nolan yang mulai mencurigakan?

Claire #2 : Loyal or Betrayal? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang