"Kamu keliatan jelek."
Zion memejamkan mata sejenak lalu balik badan menatap Claire. "Jelek-jelek kayak gini kamu tetep mau nikah sama aku."
"Hari ini, hari ini doang keliatan jeleknya. Aku nggak suka liat kamu pake dasi itu, ganti, pake dasi yang warna biru."
Daripada Claire marah, Zion menuruti perkataan istrinya dengan mengganti dasinya.
"Aku ikut ya ke kantor, belum pernah juga aku liat ruangan kamu."
"Iya, Mi."
"Kok kamu nurut aja sih apa kata aku?"
"Aku nurut, kamu malah nanya. Aku nggak nurut, kamu marah, kumaha atuh?"
"Ya udah, bagus. Kalo kamu nurut apa kata aku artinya kamu beneran sayang sama aku. Bentar, aku ambil tas dulu." Claire pergi ke lemari untuk mengambil tasnya.
"Tanpa aku nurut apa kata kamu aku tetep sayang kok sama kamu."
"Sama aku doang?" tanya Claire.
Zion tampak bingung, "istri aku kan cuma kamu."
"Terus ini apa, Daddy?!" Claire menunjuk perutnya.
"Ya ampun, ya ampun, aku lupa. Jelas dong aku juga sayang sama Zion junior." Zion mengusap-usap perut Claire lalu menciumnya.
"Biasain inget anak. Walaupun dia masih di perut aku bisa aja lho dia ngerasa sedih, ngerasa sedihnya lewat aku!"
Zion mengangguk sambil tersenyum tanpa ada rasa tersinggung karena merasa sudah kebal dimarahi oleh istrinya.
-Loyal or Betrayal-
Claire menoleh ke kanan dan kiri, memperhatikan ruangan Zion yang ukurannya cukup luas dan tampak nyaman sementara Zion sedang berkutat di depan komputer.
"Ruangan kamu lebih terbuka, lebih cerah juga dibandingkan ruangan Andrew."
"Dari konsep ruangan aja udah bisa ditebak perbedaan aku sama Andrew. Andrew suram, aku menawan."
Claire tertawa. "Apaan sih."
"Kita mau makan siang di mana? Di sini aja?"
"Hm." Claire mengangguk dan duduk di hadapan Zion.
"Kamu duduk di depan sambil liatin aku buat aku jadi salah tingkah." kata Zion berterus terang.
"Aku baru sadar kalo kamu itu ganteng banget." Claire tersenyum manis.
"Udah bisa dipastiin kalo anak kita laki-laki, dia bakal ganteng banget juga. Untuk nama kalo emang dia laki-laki, kita kasih nama Zion Junior, ya?"
"Ntar kita dibilang orang tua yang nggak kreatif dong. Abis kita liat jenis kelaminnya baru kita buat nama untuk anak kita." kata Claire.
"Oke, aku udah dapet nama yang paling kreatif untuk anak kita."
Claire menaikkan alisnya, "apa?"
"Zion Junior." balas Zion membuat Claire menghela napas.
"Iya, kreatif banget emang kamu. Antara terlalu kreatif atau males mikir. Buru, aku udah laper."
"Ini masih pagi, tadi juga kamu udah sarapan, banyak lagi makan kamu. Semenjak hamil kamu pengen makan terus ya bawaannya?"
"Iya, biar aku gendut, sekalian mau nguji kesetiaan kamu kalo aku udah gendut nanti."
"Mau kamu gendut atau enggak aku bakal tetep setia, Say."
"Iya-iya, lama lagi nggak? Aku beneran udah laper."
Zion memberikan ponselnya. "Cari di kontak aku yang namanya Joseph, kamu tinggal bilang sama dia mau makan apa, ntar dia yang bawa makanan ke sini."
"Dari tadi dong, Say." Claire segera mengambil ponsel Zion dan mencari nama Joseph di kontak ponsel Zion.
-Loyal or Betrayal-
Zion duduk di sebelah Claire dengan jari telunjuk dan jempol yang membuka lebar matanya untuk tidak terpejam. Jam sudah menunjukkan pukul 01:00 dini hari dan Zion terpaksa bergadang untuk menemani Claire yang sedang maraton menonton drama Korea. Zion juga sudah membujuk istrinya untuk tidur saja tetapi yang laki-laki itu dapatkan adalah ekspresi kesal Claire yang membuat Zion merasa tersiksa.
"Udah aku bilang kalo kamu mau tidur ya tidur aja." kata Claire setelah mendengar Zion menguap.
"Kamu juga harus tidur dong, ini udah malem banget. Apalagi kamu lagi hamil gini."
"Tapi aku nggak ngantuk!"
"Itu udah episode berapa?" tanya Zion.
"Sepuluh, tanggung enam lagi."
Zion membulatkan mata, "jadi kamu bener-bener mau selesain semuanya hari ini juga?"
"Yang ada nanti aku nggak bisa tidur kalo nonton setengah-setengah!"
"Kalo kamu mau nonton sampe abis artinya kamu nggak tidur dong?" tanya Zion.
"Aku lagi asyik nonton, aku juga belum ngantuk."
"Abis episode ini, kamu tidur."
"Enggak!"
Zion mengambil remot TV di mana 15 menit lagi, episode 10 yang sedang Claire tonton akan habis dan setelah itu Zio akan mematikan TV dan tidak peduli jika Claire akan marah.
"Remotnya." Claire mengulurkan tangan, tidak terima jika Zion akan mematikan TV nantinya.
"Kamu bisa lanjutin besok, pokoknya abis ini kamu tidur."
"Lagian sekali-sekali aku bergadang apa salahnya sih?"
"Salah! Karena apa? Kamu lagi hamil. Waktu kita ke dokter kandungan terus nanya apa yang nggak boleh dilakuin dan dokter bilang apa? Bergadang, kamu nggak boleh bergadang."
"Tapi..."
"Jadi kamu lebih pentingin film itu daripada anak kita? Kesehatan kalian?"
Claire diam menatap Zion lalu menyingkirkan bantal sofa dengan asal dan membuat bantal itu jatuh ke lantai, Claire pun naik ke tempat tidur dan berbaring menyamping. Claire menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya, Claire merasa semakin jengkel ketika Zion benar-benar mematikan TV.
Zion menatap Claire di mana sebenarnya yang ia lihat adalah selimut yang menutupi seluruh tubuh Claire. Secara perlahan, Zion naik ke tempat tidur seraya merangkai kata-kata agar Claire tidak semakin kesal dengannya.
Zion menyentuh bahu Claire tetapi menurutnya ada yang berbeda begitu Zion sentuh.
"Jangan tutupi hidung aku! Makin susah nafas!"
"Oh, oke. Maaf, maaf, aku nggak tau." Zion menarik selimut karena ia ingin melihat wajah Claire tetapi Claire menolaknya.
Zion menjatuhkan kepalanya di bantal yang sama dengan Claire seraya memeluk Claire. "Mami jangan marah dong. Kan aku larang kamu untuk nggak lanjut nonton karena udah malem, Sayang. Sekarang aja udah jam setengah dua."
Claire diam saja.
Zion mengambil ponselnya untuk mencari sesuatu di internet. "Begadang saat hamil meningkatkan risiko preeklampsia. Ibu hamil muda yang tidurnya kurang dari lima jam per malam sepuluh kali lebih berisiko mengalami preeklampsia daripada mereka yang cukup tidur. Preeklampsia merupakan kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi." Zion membaca hasil pencariannya di internet tanpa memelankan suara agar Claire dapat mendengar.
Claire akhirnya menurunkan selimut sampai ke dadanya dan menatap Zion dengan ekspresi yang masih kesal. "Aku tau!"
Zion membulatkan mata. "Kamu tau tapi kenapa kamu malah marah gitu aku suruh untuk tidur?"
"Tapi tanggung banget!" Claire menunjuk ke arah televisi.
"Besok bisa dilanjut, pikirin dong anak kita." Zion menahan tangan Claire yang kembali ingin menutupi wajah perempuan itu.
"Besok bisa dilanjut, oke? Sekarang tidur, udah malem banget." kata Zion lagi seraya menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. Zion bernapas lega saat Claire mau memeluknya dan akhirnya ia bisa tidur dengan tenang.
✨Loyal or Betrayal✨
Qotd: bakal lebih seru anak mereka cewek atau cowok ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Claire #2 : Loyal or Betrayal? [COMPLETED]
أدب المراهقينSilakan baca cerita 'Young Mother' lebih dulu. Claire terpaksa menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasihnya, Nolan. Claire pergi ke Amerika untuk menempuh pendidikan di sana sedangkan Nolan tetap memilih berada di Indonesia. Menjalin hubungan jar...