Karena waktunya sudah tidak lama lagi di kampus, Claire merasa tidak butuh kartu pelajar dan ia pun menolak untuk mengurus kembali mengurus kartu pelajar dengan bantuan pihak kampus tentunya. Toh tanpa bantuan kartu pelajar, Claire sudah sangat dikenal di kampus, baik di kalangan mahasiswa dan juga para dosen.
Claire berjalan di mana ia baru saja keluar dari gedung fakultasnya dan langkahnya melambat karena Zion baru saja berjalan melewatinya tanpa laki-laki itu menyapa ataupun berhenti di depannya.
"Woi!"
Zion berhenti melangkah lalu balik badan dan baru sadar jika tadi ia berjalan melewati Claire. Zion menyunggingkan senyum. "Sekarang aja lo woi-woi, bentar lagi jadi..." Zion terdiam karena mulutnya dibekap.
"Karena gue nggak bawa mobil, karena gue mau hemat ongkos, dan karena lo ada di sini, gue nebeng. Keberatan?"
Zion pergi dari hadapan Claire di mana Claire menanggap Zion tidak mau memberikan tumpangan untuknya. Tetapi, Claire salah, Zion terlihat membukakan pintu mobil untuknya.
-Loyal or Betrayal-
Claire berjalan dengan senyum penuh kemenangan tercetak di bibirnya dengan kuping yang merasa puas mendengar Zion terus mengeluh di belakangnya.
"Isinya apaan sih anjir, berat bener." Zion kesal.
Claire menoleh. "Yaelah, lo cowok bukan sih? Perlu dicek tuh kayaknya." Claire menatap sejenak ke bagian bawah Zion.
Zion menatap bagian bawahnya lalu menatap Claire, seketika rasa kesalnya hilang. "Lo tau nggak sih, lo tuh tipe gue banget."
Claire yang ingin membuka pintu apartemennya kembali menoleh dengan wajah syok. "Sialan, jangan berani-beraninya lo ngomong kayak gitu!"
Zion terkekeh sebagai balasan dan rasa kesalnya kembali muncul, "buru dong buka!"
Claire membuka pintu apartemennya dan orang pertama yang masuk adalah Zion karena tangannya sudah terasa lelah.
"JANGAN DIBANTING!" seru Claire sambil berlari menghampiri Zion.
Zion mengerutkan dahi, "siapa mau dibanting? Lo? Lo mau gue banting? Di mana? Tempat tidur?" Zion yang ingin tertawa terpaksa mengurungkan niat dan mengelak ketika Claire melayangkan sebuah sepatu ke arahnya dan untung saja tidak kena.
"Sekarang lo boleh keluar, boleh pulang." Claire sedang menahan pintu apartemen.
"Nggak ah. Masa lo nggak sadar diri." Zion duduk di sofa.
"Makasih. Sekarang keluar."
"Gue haus. Air putih aja nggak papa." Zion menjentikkan jarinya lalu menunjuk ke arah kanan di mana ia yakin letak dapur berada di sana. Sayangnya, Claire berjalan ke arah kiri karena memang letak dapur gadis itu ada di sana.
"Oh, salah." Zion kembali menjentikkan jari dan mengarahkan telunjuknya ke arah kiri. Zion memperhatikan sekitar, matanya tertuju pada bingkai foto berukuran kecil yang ada di meja di depannya, foto Claire saat masih kecil.
"Kalo lo masih mau tangan lo berfungsi dengan baik, jangan pernah sentuh barang-barang gue." Claire datang dengan membawa segelas minuman untuk Zion.
Zion sedikit menaikkan alisnya lalu menunjuk kardus yang ia bawa dari basement sampai ke apartemen Claire di mana kardus beserta isinya adalah milik Claire.
"Ya kecuali itu." kata Claire lagi menatap sejenak kardus yang Zion tunjuk.
"Perasaan gue cuma minta air putih." Zion mengambil gelas berisi jus jeruk yang Claire bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claire #2 : Loyal or Betrayal? [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSilakan baca cerita 'Young Mother' lebih dulu. Claire terpaksa menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasihnya, Nolan. Claire pergi ke Amerika untuk menempuh pendidikan di sana sedangkan Nolan tetap memilih berada di Indonesia. Menjalin hubungan jar...