"Niel tidur sebentar dulu, ya?"
Kapan pun dan di mana pun, entah karena penyakitnya atau pun hal lainnya, kematian selalu mengincar mangsa yang lemah.
****
Kepo dengan lanjutannya? Cus, langsung baca aja.
𝐇𝐢, 𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞. 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 �...
"Senyum manismu terlihat begitu indah ketika bernyanyi di atas panggung ini. And i like it."
-Queen-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Niel-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Pancaran sinar bulan purnama malam ini terlihat sangat indah. Dan remaja yang bernama Niel adalah seorang pencinta sinar bulan malam. Baginya, ketika melihat sinar bulan tersebut cukup membuatnya merasa tenang dan membuatnya lupa akan masalah hidupnya untuk sementara waktu.
Malam ini Niel sudah siap dengan styleformalnya. Dikarenakan malam ini mereka akan tampil di sebuah acara pesta ulang tahun dari seorang anak pengusaha kaya raya, di hotel bintang lima yang berada di Jakarta.
"Udah siap belom, Beth?" tanya Martin pada Albeth yang sedang di kamarnya.
"Bentar! Lima menit lagi!" teriak Albeth dari dalam kamarnya.
Niel melirik arlojinya yang berada di pergelangan tangannya sebentar. "Gue tunggu di mobil aja," ucap Niel dengan wajah datarnya sembari memasukan kedua tangannya di dalam saku celananya.
"Iya serah lo," sahut Martin.
"Beth! Gue tunggu lo, kalau lebih dari lima menit ... siap-siap aja lo berangkat sendirian!" teriak Martin.
"Iya-iya bawel banget lo!" sahut Albeth dari dalam.
Sudah sepuluh menit Niel menunggu kedua temannya turun dari apartemen Albeth dari dalam mobil, namun keduanya belum keluar sama sekali.
"Ck! Kok lama banget sih mereka berdua!" gerutu Niel kesal.
Niel mengeluarkan handphonenya, lalu mencari kontak Martin untuk ia hubungi. Dan ketemu. Ia pun menghubungi Martin.