Sorry for typo:)
Happy Reading
.
.
.Niel berlari menjauh dari Queen sembari menutup hidungnya. Sekarang tujuannya hanya satu yaitu, kamar mandi sekolahnya.
"Bisa-bisanya lo datang di waktu nggak tepat sialan!" umpat Niel dengan suara pelan.
Niel menyeka darah yang keluar dari hidungnya menggunakan punggung tangannya. Ya, Niel sekarang tengah mimisan.
Untung saja para murid masih berada di dalam kelas karena sedang melakukan pembelajaran. Jadi, tidak akan ada yang melihat Niel dengan keadaan seperti ini.
Darah Niel banyak sekali menetes hingga jatuh ke jaket yang tengah ia pakai sekarang. Niel semakin menambah kecepatan larinya untuk segera sampai pada tujuannya. Sekarang, pandangan Niel mulai sedikit memudar dan rasa pusing mulai menjalar pada kepalanya.
Ceklek!
Niel membuka knop pintu kamar mandi sekolahnya, kemudian Niel kunci dari dalam. Supaya tidak ada yang masuk.
Berjalan dengan sangat lunglai menuju ke wastafel, Niel membasuh wajahnya. Kemudian, ia mengambil sapu tangan dari dalam tasnya untuk mengelap darah yang terus saja keluar dari hidung mancungnya.
Napas Niel terengah-engah, mulutnya sedikit menganga untuk meraup oksigen yang ada di sekitarnya. Pandangan Niel semakin memburam, kakinya lemas sekali bagaikan jelly.
Tubuh Niel merosot ke bawah. "Shhss! Sa-kit banget!" keluh Niel sembari mencengkram kuat rambutnya.
Tes!
Air mata Niel akhirnya terjatuh dari pelupuk matanya yang mulai terpejam bersamaan dengan darah yang terus mengalir dari hidungnya. "Gue ngantuk ..." lirih Niel sebelum kegelapan merebut pandangannya.
Dan, gelap.
Niel pingsan di dalam kamar mandi sekolahnya dengan darah yang masih belum terlap dengan bersih.
Sebenarnya, Niel sudah merasakan ada yang ganjal pada tubuhnya sejak ia tengah melakukan hukuman larinya di lapangan tadi. Tapi, Niel menahan dirinya supaya tidak kelepasan. Niel terus menahannya sampai ia tak sanggup lagi menahannya.
Dengan cepat ia tadi meninggalkan Queen sendirian di sana. Niel pergi dari sana supaya Queen tidak mengetahui bahwa dirinya akan mimisan dan berakhir dengan pingsan.
****
Martin dan Albeth berjalan beriringan untuk menuju kantin. Karena sekarang adalah jam istirahat.
"Niel kagak sekolah ye?" Albeth mengangkat suaranya.
"Mana gue tau njir! Gue telpon dari tadi kagak diangkat-angkat!" jawab Martin kesal karena Niel tidak mengangkat panggilannya tadi.
"Eh iya juga sih,"
Dari kejauhan Martin dan Albeth dapat melihat kedua remaja yang berbeda gender sedang beradu mulut.
"Kenapa tuh? Kita liat dulu yuk! Baru ke kantin," ucap Albeth langsung berlari meninggalkan Martin.
Martin menghela napas. "Belum gue jawab langsung lari aja dia! Bego!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Going Is The Best Choice [END] ✅
Novela Juvenil"Niel tidur sebentar dulu, ya?" Kapan pun dan di mana pun, entah karena penyakitnya atau pun hal lainnya, kematian selalu mengincar mangsa yang lemah. **** Kepo dengan lanjutannya? Cus, langsung baca aja. 𝐇𝐢, 𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞. 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 �...