Part 23. Kenyataan Pahit (Alone)

1K 113 137
                                    

Sorry for typo:)

Bacanya pelan-pelan aja ya, untuk mempermudah kalian menyerapi dan memahami setiap kalimatnya.

Happy Reading
.
.
.

"Raga ini pasti akan merasakan lelah tak berujung pada suatu saat nanti."

-Niel-

Hanya butuh waktu sekitar lima menit setengah bagi Niel untuk sampai ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya butuh waktu sekitar lima menit setengah bagi Niel untuk sampai ke rumah. Dikarenakan, jarak antara rumah Niel dan Queen hanya beberapa meter saja.

Mansion Queen berada di jalur B, sedangkan Niel di jalur A. Tidak menyangka bukan jarak antara Mansion kedua insan tersebut sangat dekat? Ya, Niel pun juga tidak menyangka.

Motor sportnya memasuki perkarangan Mansion setelah satpam membukakan pagar untuknya. Memarkirkan motor di garasi, kemudian Niel melepas helmnya lalu mengusak kasar rambut halusnya hingga berantakan.

Niel yang berniat masuk melewati pintu belakang, terhenti kala Bi Ira memanggil namanya dari depan pintu utama Mansionnya.

"Niel," seru Bi Ira dengan suara lembutnya.

Niel berbalik menatap Bi Ira yang menampakkan seulas senyuman hangat untuk dirinya. Bagaikan seperti magnet sudut bibir Niel tiba-tiba terangkat ke atas. "Kenapa, Bi?"

"Darimana aja? Kok pulang malem sih," ujar Bi Ira.

Niel mendekat ke arah Bi Ira. "Maaf ya, Bi. Niel telat pulang,"

"Ah nggak papa kok, tadi bibi cuma sedikit khawatir." Ujar Bi Ira lembut.

"Yaudah ayo masuk, bibi udah masakkin masakan kesukaan Niel dan Vano dibantu oleh maid lainnya. Sini tasnya kasih ke bibi aja,"

"Eh nggak usah, Bi. Niel bisa bawa sendiri kok tasnya," tolak Niel.

"Ya sudah. Niel mandi aja dulu, setelah itu ke meja makan ya. Nanti biar makan bareng Vano," titah Bi Ira pada Niel.

"BI! BIBI!!" teriak Vano dari tangga memanggil nama Bi Ira.

"Bibi kesana dulu ya, El. Tuan Vano panggilin bibi, ingat jangan lupa untuk ke meja makan nanti." Ujar Bi Ira pada Niel sembari mengelus singkat surai halus milik Niel.

Niel mengangguk tanda mengerti. Bi Ira tersenyum dibuatnya.

"BI IRA!"

"Ah iya, Tuan Vano! Bibi kesana!"

✯✯✯✯

Niel keluar dari kamarnya dengan penampilan jauh lebih rapi dari sebelumnya. Ia memakai piyama yang berwarna biru tua.

Seperti yang dikatakannya pada Bi Ira tadi, ia akan menuju ke meja makan untuk makan bersama dengan Vano (?).

Saat akan duduk di meja makan yang sangat besar itu, Niel mendapatkan tatapan tak suka dari Vano. Berusaha untuk tidak peduli dengan orang di depannya, Niel tetap fokus akan kegiatannya.

Going Is The Best Choice [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang