"Niel tidur sebentar dulu, ya?"
Kapan pun dan di mana pun, entah karena penyakitnya atau pun hal lainnya, kematian selalu mengincar mangsa yang lemah.
****
Kepo dengan lanjutannya? Cus, langsung baca aja.
𝐇𝐢, 𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞. 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 �...
"Rasa sakit seorang Ibu ialah di saat anaknya meninggalkan dirinya untuk selamanya."
-Niel-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Motor sport milik Niel membelah jalanan kota yang masih ramai dengan kecepatan penuh. Niel tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Pikirannya berkecamuk, jantungnya terus berdetak tak karuan sedari tadi.
Yang ada dipikirannya sekarang hanya ada nama Vano dan kantor polisi. Hingga sebuah sentuhan lembut di bahunya mengejutkan Niel bahwa ia berkendara tidak sendirian.
"Niel, jangan cepet-cepet. Gue takut," ucap Queen pelan pada Niel.
Ya, itu adalah Queen. Ia menawarkan diri untuk ikut bersama Niel menuju kantor polisi tadi. Karena, Vano sedang berada di sana.
Niel menatap kaca spion di mana ia dapat melihat wajah Queen yang ketakutan akibat dirinya membawa motor dengan cepat. "Maaf," sahut Niel.
Queen mengangguk singkat. Ia tahu Niel tidak bisa berpikir dengan jernih karena panik sekarang. Bagaimana tidak, Niel dan dirinya dikejutkan dengan kabar yang kurang mengenakan dari kepolisian tadi.
"Peluk gue aja kalau lo takut." Ucap Niel tiba-tiba pada Queen.
Queen terkejut mendengar perkataan Niel barusan. Entah mengapa pipinya tiba-tiba terasa panas dan wajahnya langsung memerah bak kepiting rebus. Jantungnya pun berdetak dua kali lebih cepat. Queen salting!
"Be-neran dibolehin?" tanya Queen memastikan.
Niel mengangguk singkat. Ketika melihat anggukan Niel, Queen langsung memeluk erat tubuh Niel tanpa menunggu lama lagi. Dirinya pun tersenyum malu-malu.
"Ah, kapan lagi gue bisa ngerasain meluk cowok yang gue suka selain hari ini, ya Tuhan?!" jerit Queen kesenangan di dalam hatinya.
✯✯✯✯
Sekitar sepuluh menit perjalanan dengan kecepatan penuh, akhirnya Niel dan Queen berada di depan kantor polisi.
Niel turun dari motor terlebih dahulu, kemudian ia mengangkat tubuh kecil milik Queen dengan enteng dari atas jok motornya. Queen melongo sekaligus salting karena Niel.
Niel menatap mobil pengacara pribadi keluarganya yang terparkir tak jauh dari motornya. Queen melirik ke arah Niel yang berada di sebelahnya, di mana ia melihat Niel memasang wajah datar.