Sorry for typo:)
Aku mau ngucapin terima kasih banyak buat kalian yang selalu setia nunggu cerita ini update bahkan sampai ada yang komen. Jujur, aku senang. Dan aku gabisa sebut satu-satu siapa readers yang terbaik dan selalu menghargai usaha aku, hehe ... yah, pada intinya aku sayang kalian semua. Tanpa ada kalian, cerita ini gaakan berkembang kayak gini. Oke skip aja ya!
꧁Happy Reading꧂
.
.
."Memaafkan itu tidak sulit. Itu hanya memberikan sedikit ruang pada rasa benci di hatimu."
-Nathaniel-
"Jangan merasa terbebani dengan masalah, karena waktu akan menyembuhkan segalanya."
-Vano-
Apa hal terburuk yang tak pernah Vano harapkan sebelumnya terjadi? Jawabannya adalah saat ini. Di mana semenjak pulang hujan-hujanan tadi, Niel tiba-tiba mendiamkan Vano.
Vano menatap penuh harap kepada pintu kamar Niel agar terbuka. Dan, di genggamannya ada nampan yang berisikan makanan untuk Niel. Sudah satu jam Vano berdiri di depan kamar yang berpenghuni tersebut dengan raut khawatir.
"Kak El. Buka pintunya, jangan kayak gini. Gue takut," ucap Vano lebih pelan dari sebelumnya.
Tangannya mengetuk lemah pintu kamar itu dan berharap kali ini Niel akan luluh pada perkataannya.
"Gue minta maaf kalau ada salah sama lo. Gue mohon, Kak ..."
Vano langsung terduduk bersamaan dengan air mata yang ikut jatuh dari pelupuknya. Omong-omong, suhu tubuh Vano saat ini terasa sedikit panas. Mungkin karena terlalu lama terkena hujan sore tadi?
"Malam ini Papa dan Mama pulang. Lo mau nggak temenin gue jemput mereka di bandara, Kak?" ucap Vano dengan kepala menunduk.
Hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going Is The Best Choice [END] ✅
Fiksi Remaja"Niel tidur sebentar dulu, ya?" Kapan pun dan di mana pun, entah karena penyakitnya atau pun hal lainnya, kematian selalu mengincar mangsa yang lemah. **** Kepo dengan lanjutannya? Cus, langsung baca aja. 𝐇𝐢, 𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞. 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 �...