Part 27. Mimpi Buruk (Damn It)

824 101 190
                                    

Sorry for typo:)

꧁Happy Reading꧂
.
.
.

"Jika sudah terlanjur mencintai maka akan sulit untuk berhenti menyukainya dengan terpaksa."

-Queen-

"Tuh 'kan luka mukanya, ayo masuk biar gue obatin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuh 'kan luka mukanya, ayo masuk biar gue obatin." Queen menarik Niel untuk masuk ke dalam Mansionnya.

"Nggak perlu. Gue bisa obatin sendiri," tolak Niel seraya melepas tautan tangan Queen.

"Ck! Lo nggak liat? Itu muka lo banyak banget lukanya, Niel. Ditambah segala memar di bibir lo. Belagu amat sih, tinggal lo iyain aja apa susahnya. Udah ah, ayo masuk!" ucap Queen garang.

Namun mata indah tersebut tak dapat berbohong. Jika gadis tersebut tengah khawatir pada dirinya. Akhirnya dengan sangat terpaksa Niel menurut dengan perkataan Queen barusan.

"Bilang ke gue kalau sakit," ucap Queen seraya menuangkan alkohol ke dalam kapas.

Niel mengangguk singkat dengan pandangan kosong. Suasana Mansion Queen sangat sepi saat ini, karena seluruh anggota keluarga sudah masuk ke dalam dunia mimpi.

"Gue mulai,"

Niel diam tak berkutik saat kapas yang sudah disiram dengan alkohol tersebut menyentuh pelipisnya. "Nggak sakit?" tanya Queen pada Niel.

Niel menggeleng singkat. Jujur, ini tidak terlalu buruk bagi dirinya. Entah mengapa Niel tidak meringis, padahal rasa perih di pelipisnya sudah terasa sangat jelas. Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan rasa sakit, makanya Niel bersikap biasa saja.

Setelah membersihkan darah di pelipis Niel dengan alkohol dan juga betadine. Queen kembali mengobati luka robek dan beberapa memar yang ada di sekitaran wajah Niel dengan telaten tanpa ada sedikit pun kesalahan.

"Udah selesai." Kata Queen setelah selesai memplester pelipis Niel dengan rapi. "Lo beneran nggak ngerasa sakit, El?"

"Enggak sakit. Btw makasih," sahut Niel pelan.

Queen mengangguk antusias. "Iya, santai aja sama gue mah,"

Setelah perbincangan tersebut usai, keduanya diam tak bersuara. Kini rasa canggung datang menyelimuti keduanya. Queen mengalihkan antesinya ke arah lain saat dirinya ketahuan diam-diam curi pandang pada Niel.

Niel tersenyum sangat tipis hingga tak terlihat, ketika melihat Queen salting dengan wajah yang bersemu merah. Entah mengapa jantungnya kini berdetak sangat cepat untuk kesekian kalinya saat berada di samping Queen.

Niel memejamkan matanya untuk menepis perasaan yang terasa aneh dan baru bagi dirinya saat ini.

"Kenapa lo mau bantu gue?" Pertanyaan tersebut berhasil keluar dari mulut manis Niel setelah hanya berdiam diri saja.

Going Is The Best Choice [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang