Part 40. Bernyanyi Di Taman (RS)

800 83 52
                                    

Sorry for typo:)

꧁Happy Reading꧂
.
.
.

"Jika kamu merasa lelah untuk menjalani kehidupan fana ini, ingatlah, kamu boleh mengeluh tapi jangan memilih menyerah untuk hidup. Ya, setidaknya kamu sudah berusaha semaksimal mungkin."

-Nathaniel Jovardan Valendra-

Malam harinya, Niel terbangun saat merasakan hawa dingin dapat menembus selimut tebalnya kemudian menusuk kulit pucatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya, Niel terbangun saat merasakan hawa dingin dapat menembus selimut tebalnya kemudian menusuk kulit pucatnya. Niel menarik selimut tersebut sedikit ke atas untuk menutupi bidang dadanya yang lebar.

Niel mengangkat kedua tangannya kemudian menatap sendu punggung tangannya yang tertancap dua jarum infus sekaligus yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Satu infus di bagian tangan kirinya adalah infus yang berisikan obat kemo Niel, sedangkan yang ada di bagian tangan kanannya adalah infus yang berguna untuk menambah cairan di dalam tubuh Niel supaya tidak mengalami dehidrasi.

Tidak dapat Niel pungkiri bahwa menjalankan kemoterapi ini benar-benar sangat melelahkan dan juga menyakitkan bagi tubuhnya begitu pula dengan tenaganya. Niel berbalik ke samping, kemudian menatap seisi ruangan, ah ternyata memang benar Niel hanya seorang diri di dalam kamar VVIP ini.

Tidak mau berlama-lama memikirkan hal yang tak perlu dipikirkan, Niel mengalihkan pandangannya pada sebuah bulan purnama yang sangat indah di balik jendela kamar inapnya. Pandangannya seketika berbinar kala menatap bulan purnama tersebut.

"Cantik." Saat tengah asik menatap bulan tersebut walau pun dalam posisi rebahan, tiba-tiba Niel membayangkan wajah Queen yang tersenyum manis ke arah dirinya di dalam bulan tersebut.

Ah, iya. Niel teringat akan gadis itu. Niel bergerak pelan untuk mengambil handphonenya yang ada di atas nakas. Lalu ia mencari nomor kontak milik Queen untuk dihubungi, jangan tanya kenapa Niel ingin menelepon gadis itu. Karena, Niel juga tidak tahu kenapa, entah perasaan apa yang hinggap di hatinya saat ini lalu mendorong dirinya untuk menelepon gadis cantik tersebut. Rindu? Hm, bisa jadi.

Sedangkan di sisi lain, Queen tengah duduk melamun di atas balkon kamarnya untuk menatap sang bulan purnama yang ditemani semilir angin malam.

DRRTT ... DRRTT!!

My Moon🌛🥶 is calling ...

Queen terkejut menatap layar handphonenya yang tertampang nama lelaki yang sukai, tanpa membuat sang penelepon menunggu lebih lama lagi, Queen segera mengangkat pangilan tersebut.

"Halo?" ucap Queen lebih dulu.

"Halo ... sorry, gue nggak ganggu jam tidur lo 'kan?" tanya Niel dari seberang sana.

"Enggak, lagi pula gue belum tidur juga kok. Oh iya, tumben lo telepon gue malam-malam gini? Nggak biasanya," ucap Queen seraya terkekeh kecil.

Niel menghela napas lega setelah mendengar suara lembut milik Queen yang mengalun indah di indra pendengarannya. Kemudian, Niel menarik sudut bibirnya ke atas sebelum berkata.

Going Is The Best Choice [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang