Part 56. Maaf

1.1K 96 21
                                    

Sorry for typo:)

꧁Happy Reading꧂
.
.
.

"Aku terlalu suka berekspetasi tinggi, sampai tidak menyadari realita yang sebenarnya telah terjadi di depan mataku. Tapi, aku menolak melihatnya, karena takut akan menyakiti perasaanku dan berakhir dengan menangis."

-Author GITBC-

"Jangan pulang dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pulang dulu ..." ucap suara berat tersebut dengan lirih tepat di telinga Queen.

Niel mencekal tangan Queen yang hendak membuka knop pintu, kemudian ia menarik tubuh gadisnya ke dalam pelukan hangatnya. Niel memejamkan matanya, menikmati aroma wangi khas dari gadisnya itu. Sudah lama Niel tidak mencium aroma parfum yang membuatnya rindu akan seseorang, yakni Queen.

"Gue kangen." Ungkapnya dengan suara yang amat berat pada Queen.

Tubuh gadis itu seketika meremang saat Niel memeluknya dan mengatakan hal yang mampu membuat gejolak aneh di perut dan jantungnya. Dengan perlahan gadis itu membalas pelukan sang pacar dengan perasaan gugup.

"Gue suka sama hadiahnya ... makasih, makasih, makasih banyak, sayang. Please don't go home, accompany me here for a while. Sorry, made you cry, and sorry, gue udah cuekin lo selama beberapa hari terakhir ini." Ucap Niel pelan seraya mengusap lembut punggung Queen.

Queen tersenyum tulus, namun di dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal dengan Niel saat ini. "Makasih kembali. Tapi kamu kenapa, sayang? Kamu baik-baik aja 'kan sekarang?" tanyanya tidak tertahan lagi.

Sedari tadi, Queen dapat mendengar Niel telah beberapa kali menghela napas berat dalam waktu singkat. Queen yakin seratus persen, bahwa Niel saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Untuk merespon perkataan gadisnya, Niel menggeleng pelan dengan pandangan yang mulai memburam. Dirinya tersenyum tipis dengan napas yang terdengar berat. "Enggak papa, cuma sedikit pusing ..."

Queen mendongak, lalu menyingkirkan poni yang menutupi wajah tampan pacarnya itu. Matanya seketika melotot saat melihat wajah Niel yang pucat pasi, seperti tidak ada darah yang mengalir.

"Kamu pucat banget, El?!" pekiknya.

Niel mengabaikan perkataan gadisnya barusan. Dirinya saat ini tengah fokus untuk menahan kesadarannya agar tetap ada. Queen menelan saliva kasar, saat tangan yang Niel gunakan untuk mengusap punggungnya terasa bergetar hebat. Dan, tak lama setelahnya suara Niel memecah keheningan.

"Queen, tangan gue tiba-tiba kerasa lemas. Gue nggak bisa ngerasain tangan gue sendiri ..." ucapnya lirih, lantas kedua tangan yang ia gunakan untuk memeluk Queen tiba-tiba terjatuh begitu saja di sisi tubuh ringkihnya.

Going Is The Best Choice [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang