Part 47. Sikap Revano Berubah

938 91 82
                                    

Sorry for typo:)

꧁Happy Reading꧂
.
.
.

"Musuh terbesar manusia adalah otak dan hati manusia itu sendiri."

-Revano Sagara Valendra-

Pagi ini Vano akan berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Vano akan berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuh atletisnya, Vano keluar dari kamarnya kemudian menuruni anak tangga dengan langkah kelewat santai.

Sudah tiga hari Daniel tidak ada di rumah hanya karena pekerjaan kantor yang luar biasa banyaknya. Jadi, di mansion ini hanya ada Vano, Niel dan Diana serta para pelayan saja.

Saat sudah berada di anak tangga terakhir, Vano mendengar Diana tengah membentak seseorang dengan emosi di dapur. Tanpa pikir panjang, Vano segera membawa cepat langkahnya ke arah dapur.

PLAKK!!

Vano meringis kecil kala melihat pipi Niel ditampar keras oleh Mamanya sendiri.

"Kamu punya mata nggak sih?!"

Niel diam dengan kepala yang menunduk dalam. Ia membungkam mulutnya sendiri dan tak berani buka suara jika Diana--Mamanya sudah emosi seperti ini. Niel merutuki kecerobohannya yang tak memperhatikan langkahnya saat berjalan tadi.

"Ini masih pagi dan kamu udah berani buat saya emosi. Dasar anak kurang ajar!" ucap Diana dengan emosi yang mengebu-ngebu pada Niel.

Niel meneguk saliva kasar, lalu memberanikan diri untuk menatap wajah Mamanya yang tengah emosi tersebut. "Niel nggak sengaja, Ma. Niel minta maaf." Ucapnya menyesal atas perbuatan tak sengajanya itu.

Diana membuang muka lalu mengambil secangkir gelas kaca yang di dalamnya terdapat teh hangat. Lalu ...

PRAANG!

Niel memejamkan matanya saat air teh hangat tersebut menembus seragam sekolahnya. Diana melempar cangkir gelas itu ke arah tubuh Niel, ia tidak peduli jika air teh panas tersebut akan meninggalkan bekas di dada anaknya, Niel.

Diana terlanjur emosi.

"Saya menyesal sudah melahirkanmu ke dunia ini, Nathaniel." Diana langsung membalikan tubuhnya setelah berkata seperti itu pada Niel.

Niel kembali menunduk seraya menatap nanar dua gelas kaca bermotif itu yang sudah hancur dan tak berbentuk sedikit pun. Dalam hati ia sedikit bersyukur karena tubuhnya tidak terkena serpihan gelas kaca itu. Dan ia juga bersyukur karena Mamanya tidak terluka sedikit pun. Hanya saja baju mahal yang digunakan oleh Diana terlihat agak sedikit kotor karena tumpahan teh hangat tadi.

Going Is The Best Choice [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang