1. Alisya

526 109 556
                                    


Chapter Satu

Happy Reading!
🌹

****

Seorang gadis cantik melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya dengan senyuman yang tak pernah pudar dari wajah cantiknya. Kedua tangannya memegang piala dan juga buket bunga yang indah. Ia memanggil kedua orang tuanya dan juga Kakak laki-lakinya. Dan tak lama semua anggota keluarga itu telah berkumpul di ruang tamu.

Gadis itu menyampaikan bahwa ia berhasil menjadi juara pertama dalam Olimpiade Sains Nasional. Semua anggota keluarga sangat bahagia akan kemenangan putri keluarga itu. Kakak laki-laki gadis itu memeluk adiknya haru. Ia sangat beruntung mempunyai adik yang selalu mengharumkan nama keluarganya.

Herman, Ayah gadis itu ikut memeluk putra-putrinya dan mengecup puncak kepala mereka. Tanpa ia sadari, air matanya keluar. Ia sangat bahagia mempunyai putra-putri seperti mereka. Ia buru-buru menghapus air matanya dan melepaskan diri dari pelukan mereka.

"Kakak, udah. Alisya nggak bisa napas," keluh gadis itu dalam dekapan Kakak laki-lakinya.

Semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu dan meminta putri bungsu keluarga itu untuk bercerita tentang Olimpiade Sains Nasional yang ia ikuti. Dengan semangat, putri bungsu keluarga itu menceritakan pengalamannya.

Daisy Alisya Hermansyah, putri bungsu keluarga Hermansyah yang selalu menjadi kebanggaan keluarga dan sekolah. Ia lebih dikenal dengan nama Alisya daripada Daisy.

Dalam keluarga Hermansyah, kehadiran Alisya menjadi pelengkap keluarga itu. Tanpa Alisya, maka keluarga itu terasa kurang. Kebahagiaan keluarga Hermansyah adalah Alisya. Apa pun yang Alisya inginkan selalu terkabulkan tanpa ia ucapkan.

"Ayah, Alisya mau pergi ke Sukabumi. Fani besok ultah," ucap Alisya meminta izin pada Ayahnya. Ia ingin pergi ke rumah sahabat jauhnya, Fani Setyaningrum.

"Emang kamu libur?" tanya Emi, Bunda Alisya.

Alisya mengangguk sebagai jawaban dan tatapannya tak lepas dari Ayahnya.

"Boleh tapi Kakak kamu harus ikut," ucap Herman, Ayah Alisya.

"Tapi, Yah, Gio besok ada rapat," elak Gio, kakak laki-laki Alisya.

Alisya memandang Ayahnya dengan tatapan memohon, "Alisya sendirian aja yah, kan nanti di jemput juga sama Fani."

"Kamu boleh pergi kalo sama Kakak, kalo sendirian nggak boleh pergi. Rapat kamu biar Ayah handel."

"Beneran, Yah? Kalo rapat Ayah handel , aku sih bisa temenin adik kesayangan kakak ini," ujar Gio, Alisya langsung bersorak senang dan memeluk Gio sambil berbisik kata 'terima kasih'

Herman dan Emi pergi meninggalkan kedua putra-putrinya di ruang tamu dan mereka masuk ke kamar.

Sepeninggalnya mereka, Alisya dan Gio sibuk dengan ponsel masing-masing. Gio sedang bermain game online dan Alisya sedang membaca cerita di aplikasi wattpad. Tiba-tiba, ada telepon masuk. Gio langsung mengangkatnya. Alisya yang berada di sebelahnya sedikit mendengar obrolan Kakaknya dengan temannya.

"Ha-ha-ha bisa aja lo! Iya-iya gue dateng kok," ucap Gio pada temannya.

"Temen Kak?" tanya Alisya setelah Kakaknya meletakkan teleponnya ke dalam sakunya.

"Iya, dia nikah akhir bulan ini."

"Tuh Kak, temen Kakak aja udah pada nikah. Kakak kapan? Masa jomblo terus," ledek Alisya.

"Kamu itu sama aja kayak temen Kakak, udah lah Kakak masuk kamar dulu."

Gio masuk kamar meninggalkan Alisya sendiri di ruang tamu, Alisya yang ditinggal sendiri pun memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Di dalam kamar, Alisya membersihkan diri dan memutuskan untuk tidur siang. Mengistirahatkan otaknya yang baru saja bertarung dengan soal-soal yang bisa dibilang susah.

Di dalam kamar, Alisya sedang tidur dengan nyenyak sedangkan di kamar sebelah, Gio kedatangan teman-teman lamanya. Mereka bermain PS seperti yang dulu mereka sering lakukan. Mereka bersorak-sorak ketika menang, ada juga diantara mereka yang bermain game online di ponselnya. Kebisingan di kamar Gio sama sekali tidak menggangu tidur siang Alisya. Namun, kebisingan itu membuat ketenangan Gio merasa terganggu. Ia yang berniat beristirahat menenangkan pikirannya malah gagal karena kedatangan mereka. Mau usir tak enak, nggak di usir dia yang tersiksa. Serba salah menjadi Gio.

"Sebenarnya niat kalian ke sini ngapain sih?" Gio menatap teman-temannya, "mau main sama gue apa numpang main PS?"

"Numpang main PS," sahut salah satu teman Gio.

"Ya udah serah kalian aja yang penting jangan ganggu gue," ucap Gio lalu ia melangkahkan kakinya ke balkon kamarnya dengan laptop yang ada ditangannya.

Semua teman-teman Gio melanjutkan aktivitasnya seperti semula. Ada yang bermain PS, game online, makan cemilan di sofa dan ada juga yang sedang tiduran di kasur milik Gio. Padahal umur mereka sudah tidak bisa dikatakan remaja tapi tingkahnya selayaknya remaja, bahkan diantara mereka sudah ada yang beristri.

Di balkon, Gio sedang fokus berkutat dengan laptopnya. Ia sedang mengerjakan pekerjaan kantornya. Ia adalah seorang CEO di salah satu cabang perusahaan keluarganya.

Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, Gio kembali masuk ke kamarnya dan tak sengaja ia melihat temannya merokok. Ia sangat tidak suka melihat orang merokok di hadapannya ataupun di dalam kamarnya.

"Kalo mau ngerokok pulang aja sono!" usir Gio pada Reno, temannya. "Bikin kamar gue bau aja!"

"Iya-iya maaf, nih gue matiin." Reno mematikan rokoknya dan langsung membuangnya di tempat sampah samping sofa.

"Yo, kok bisa yah kasur lo senyaman ini?" tanya Tomi, teman Gio yang sedang tiduran di kasur Gio. "Gue boleh nggak nginep di sini?"

"Nggak, emang kasur lo nggak nyaman?"

"Nyaman tapi setiap gue tidur siang Bunda selalu ngomel-ngomel."

"Gimana nggak ngomel-ngomel coba, orang lo tidurnya lama banget," sahut Rio yang sedang bermain PS.

"Kok lo tau?" tanya Tomi.

"Nyokap lo curhat ke gue."

Mereka asik mengobrol satu sama lain dan tiba-tiba ada yang masuk kamar Gio tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Semua yang ada di kamar langsung menoleh ke pintu dan ternyata Alisya yang masuk. Semua tatapan teman-teman Gio mengarah ke Alisya, Gio yang menyadari itu langsung menghampiri adiknya dan membawanya keluar kamar lalu menutup pintu kamarnya lagi.

"Ada apa?" tanya Gio pada adiknya. "Kalo keluar kamar pake celana yang agak panjangan lagi yah, sama nih bajunya nggak usah di pake lagi. Udah kekecilan, besok ke Mall sama Kakak beli yang baru."

Alisya langsung memandang pakaiannya dan benar saja apa kata Kakaknya, bajunya kurang sopan untuk dipakai. Ia menundukkan kepalanya merasa bersalah. Gio mengangkat dagu adiknya, "Udah nggak papa, besok jangan diulangi lagi. Tadi itu ada temen-temen Kakak makanya Kakak bilang kek gini. Kakak nggak mau kamu kenapa-kenapa."

"Iya, Kak maaf. Alisya cuma mau bilang kalo besok ke Sukabumi nya jam tujuh pagi. Sama mau minta temenin ke minimarket mau beli cemilan buat di jalan."

"Oh, oke. Kamu siap-siap dulu aja, sepuluh menit kita jalan." Gio masuk lagi ke kamar untuk mengambil jaket dan meminta teman-temannya menunggu sebentar.

Teman-temannya menanyai perihal adiknya yang sudah mempunyai pacar atau belum dan diantara mereka terang-terangan memuji kecantikan adiknya. Ada juga yang mengatakan bahwa suka pada adiknya, tapi tidak digubris oleh Gio. Ia tidak akan mengizinkan teman-temannya mendekati atau mengganggu adiknya.

"Gue boleh nggak gantiin lo jagain Alisya, gue janji nggak bakal bikin dia sedih."

______

Haiiii ....
Tungguin kelanjutan kisah Alisya, ya!
Makasih udah mau luangkan sedikit waktu untuk membaca ceritaku, semoga kalian suka😉
See you and thanks :)

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang