27. Ungkapan hati Alfa

78 40 214
                                    

Chapter dua puluh tujuh

Happy Reading
🌹

*****

"Sebenarnya lo lagi ada masalah apa sih? Kalo mau curhat bisa sama gue, jangan pendam sendiri. Nanti malah jadi penyakit," saran Alfa pada gadis yang duduk di sebelahnya.

Alisya menoleh pada sahabat kakaknya, "Akhir-akhir ini banyak banget masalah yang menghampiri Alisya. Seakan semua masalah telah bersepakat menghampiri Alisya. Alisya sampe pusing hadapi masalah ini, Alisya nggak kuat."

"Nggak boleh gitu dong. Masalah itu udah jadi bumbu dalam kehidupan. Dari dulu hidup lo mulus terus kan? Bahagia, nggak ada sedihnya?" gadis itu mengangguk. "Nah saat ini lo memasuki tahap baru dalam kehidupan. Kehidupan itu ada beberapa tahap. Permulaan, di awali dengan bahagia. Pertengahan, bisa bahagia atau sedih dan tahap pertengahan lo itu sedih. Jalani dan nikmati aja. Habis pertengah, ke akhir atau ending. Itu tergantung pertengahan nya, kalo pertengahan nya bahagia ya akhirannya bahagia. Dan kalo pertengahan nya sedih nih, kaya kamu, banyak masalah. Itu nanti pasti endingnya bahagia."

"Jadi nanti ending kehidupan gue bahagia?"

Alfa menghela panjang, "Itu tergantung Tuhan. Tapi kita berdoa aja semoga ending kehidupan kita bahagia."

"Dulu Alisya berdoa pada Tuhan agar menjauhkan Alisya dari orang-orang yang nggak baik buat Alisya. Dan sekarang Tuhan malah jauhin Alisya dari orang-orang yang Alisya sayangi. Apa ini jawaban dari doa-doa Alisya, Kak?"

"Siapa orangnya? Mungkin iya, mungkin tidak."

"Sahabat-sahabat Alisya. Mereka nggak mau lagi jadi sahabat gue, Kak."

Alfa merangkul pundak Alisya, "Bukan nggak mau Sya, tapi lagi nggak mau aja. Nanti juga suatu saat kalo mereka butuh lo, pasti mereka deketin lo lagi. Emang apa alasan mereka jauhin lo?"

Alisya mengusap air matanya, "Gara-gara gue jadian sama Ken, sahabat gue juga suka sama Ken."

Jlebb!!!

Ada yang patah tapi bukan ranting, ada yang pecah tapi bukan gelas. Ada yang terluka namun tak berdarah.

'Kalah cepet nih gue sama tuh bocil'

"Terus gimana?"

"Semua orang nggak suka kalo gue jadian sama Ken. Bunda ngira nilai gue turun gara-gara Ken, padahal nggak. Alisya bingung harus berbuat apa. Pelayan salon ngasih saran kalo gue harus mutusin hubungan gue sama Ken dan kembali ke sahabat gue. Tapi ... tapi kelakuan sahabat gue ... hiks ...hiks ke gue ...."

Alfa langsung menarik Alisya kedalam dekapannya, ia tidak bisa mendengar suara Alisya yang menangis. Itu sungguh menyakitkan ditelinga nya. "Nilai lo turun berapa? Kalo lo bahagia sama Ken, kenapa harus mutusin dia? Lakuin apa yang buat lo bahagia, nggak usah pikirin sahabat-sahabat lo. Kalo dia emang sahabat lo, pasti akan dukung apa yang buat lo bahagia."

"Turun lima angka Kak. Dulu rata-rata nilai gue 96, sekarang 91. Lima angka berarti banget ya Kak?"

Alfa melepaskan Alisya dari pelukannya dan memandang mata gadis itu, "Beneran nilai rata-rata lo segitu? Besar banget. Lebih besar dari gue. Dulu gue aja yang rata-ratanya 85 orang tua gue bangga punya anak kaya gue."

'Kenapa pelukan Kak Alfa nyaman banget sih, rasanya kaya dipeluk Kak Gio. Nyaman'

"Kak, Alisya laper," cicit gadis itu.

"Bentar, gue masakin." Alfa langsung menuju dapur dan diikuti oleh Alisya.

Alfa memasakkan Alisya nasi goreng, Alisya memperhatikan Alfa yang sedang berkutat dengan alat masak. Ia tidak mengira bahwa Alfa bisa memasak. Dirinya yang perempuan saja tidak bisa memasak.

'Paket komplit banget sih Kak Alfa, beruntung yang jadi istrinya kelak'

Alfa menyajikan nasi goreng buatannya di meja makan dan menyuruh Alisya makan. Ia memperhatikan Alisya yang sedang makan nasi goreng buatannya.

'Cantik benget sih cewe gue, eh cewe orang. Andai gue bisa miliki lo, Sya.'

Alisya makan dengan lahap, ia menawari Alfa makan. Namun, Alfa tidak mau.

Setelah makan, Alisya dan Alfa menonton tv bersama di ruang tamu. Mereka menonton film yang sedang tayang di transtv.

Mereka diam menikmati film sambil memakan cemilan yang Alfa siapkan. Tak ada obrolan diantara mereka. Mereka sama-sama larut akan film yang mereka tonton. Saking fokusnya menonton, Alisya sampai ketiduran. Emang sejak tadi ia ingin tidur, mengistirahatkan tubuh dan juga pikirannya.

"Sya, menurut lo cewenya bakal kepincut nggak sama si cowo?" tanya Alfa pada gadis di sebelahnya. Namun, tidak ada tanggapan dari gadis di sebelahnya. Ia menoleh ke samping dan melihat gadis itu.

"Ternyata tidur, cape banget yah?" Alfa mengambil rambut yang menutupi wajah cantik Alisya dan membenarkannya ke samping telinga. "Cantik banget sih masa depan gue."

Alfa merebahkan kepala Alisya di pahanya. Ia tidak ingin badan Alisya pegal-pegal saat bangun nanti. Ia mengusap pipi Alisya lembut.

"Alisya, andai lo tau kalo gue cinta sama lo. Tapi, lo udah ada yang punya. Gue berdoa Ken bisa terus bahagiain lo selamanya dan nggak nyakitin hati lo."

Alfa menggenggam tangan Alisya dan mengecupnya, "Suatu saat jari ini memakai cincin yang paling mahal, cincin yang akan gue rancang sendiri motifnya. Khusus untuk orang yang gue cintai, cincin yang akan menjadi petanda kalo lo itu milik gue. Semoga ...."

"Kita akan menjalin hubungan sampai maut memisahkan kita. Sampai rambut berubah warna, kulit keriput. Semoga ... semoga yang gue ucapin terkabul ... amiinn."

Drtt ... drttt ....

Tiba-tiba ponsel Alfa berdering, ia langsung mengangkat panggilan yang masuk. Orang yang menelepon Alfa ternyata kembarannya, Farez.

"Lo di mana? Ini Ayah nanyain lo. Suruh pulang katanya," ucap Farez di seberang sana.

Alfa menghela nafas dan melihat jam tangannya, "Baru juga jam sebelas malam, gue lagi di apartemen sama istri gue. Lagi malam pertama nih, jangan ganggu adikmu ini dulu yah!"

"Weh! Yang bener lo?! Sama siapa? Gue bilangin Ayah nih! Jagan macem-macem lo!"

"Bacot lo! Gue mau malam pertama dulu. Mau buatin keponakan buat lo!"

Alfa langsung memutuskan sambungannya dan mematikan ponselnya. Ia memandang wajah tenang Alisya yang sedang tertidur pulas.

"Andai setiap sebelum dan sesudah gue tidur bisa mandang wajah cantik lo, Sya. Pasti gue jadi cowo yang paling beruntung. Kapan yah waktu itu tiba?"

Alfa ingin memindahkan Alisya ke kamar tamu, tapi ia masih ingin menatap wajah Alisya dan berada di sisi gadis itu. Ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu ini. Ia harus memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya.

"Sya, kalo gue ungkapin perasaan gue ke lo. Lo bakal terima gue nggak? Walaupun lo udah sama Ken? Mm ... setiap malam gue mikirin lo, sedangkan lo mikirin Ken. Beruntung yah Ken bisa dapetin cewe secantik lo." Alfa mengusap pipi kanan Alisya. "Lo mau nggak jadi Nyonya Zaerilya? Daisy Alisya Zaerilya? Bagus kan?"

Alfa tertawa hambar mendengar ucapannya sendiri, ia hanya bisa mengobrol panjang lebar saat gadis itu tidak sadarkan diri. Pengecut, oh jelas. Karena dia takut akan penolakan. Jadi, lebih baik ia mengungkapkan semua itu di saat gadis itu tidak sadarkan diri.

Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Alfa memindahkan Alisya ke kamar tamu. Sebelum ia keluar dari kamar tamu, ia menyempatkan mengecup kening Alisya.

"Selamat tidur, masa depan yang masih abu-abu. I love you Daisy."

______

Hai, jangan lupa vote+komen yah!
See you next part 😉
Thanks for reading ☺️

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang