40. Mang Cilok

76 34 192
                                    

Chapter empat puluh

Happy Reading
🌹

*****

Acara pernikahan Alisya dan Alfa masih berlanjut. Para hadirin menikmati hidangan yang telah di sediakan. Alisya tampak lelah duduk di panggung terus sedari tadi. Ia ingin beristirahat. Namun, acara belum selesai.

Selin mengambilkan Alisya dan Alfa makanan, ia tau bahwa adik iparnya itu pasti lapar. Namun, ia hanya mengambilkan satu piring untuk mereka berdua.

Alfa menerima piring yang Selin sodorkan dan menyuruh agar Alisya makan. Alisya menolaknya dan menyuruh Alfa saja yang makan. Namun, Alfa menolak. Ia malah menyuapi istrinya itu.

Alisya mau tak mau menerima suapan Alfa karena jujur ia merasa lapar saat ini. Entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu merasa lapar. Mungkin karena saat ini ia berbadan dua jadi gampang lapar.

Saat mereka sedang makan, tiba-tiba Ken menghampiri mereka. Ia menarik tangan Alisya keluar dari rumah Alfa, tapi Alfa mencegahnya. Ken terus menarik Alisya agar ikut dengannya dan membuat kekacauan di acara pernikahan Alfa. Perbuatannya mengundang perhatian semua orang yang hadir di acar pernikahan Alisya dan Alfa.

Saat Ken sedang meminta Alisya agar ikut dengannya, tiba-tiba Argan datang dan menampar Ken di depan semua orang. Beliau menyeret putranya keluar dari kediaman keluarga Alamsyah. Beliau juga menyuruh istrinya mengikutinya dan meminta maaf pada Alan atas ketidaknyamanan yang putranya lakukan.

Alisya di bawa ke kamar Alfa, lelaki itu tidak mau istrinya di bawa lagi oleh Ken. Ia tidak menyangka Ken berani datang ke acaranya, padahal ia tidak mengundangnya.

Alfa menyuruh istrinya duduk di kasur kamarnya yang telah di hias dengan bunga mawar, entah kapan kamarnya di hias.

"Alisya yang undang Ken?" wanita itu mengangguk kecil, "emang nggak sedih liat Ken kaya tadi? Sanggup? Kasian loh, kaya sedih banget dia. Sebenarnya dia bukan sih ayah dari anak ini?"tanya Alfa sambil mengusap perut rata Alisya yang tertutup kain kebaya.

"Bukan, anak ini bukan anak Ken. Ken aja nggak tau kalo aku hamil."

"Oh gitu, yah. Ya udah sekarang kamu di sini aja dulu yah, aku mau nemuin temen-temenku dulu nanti aku kesini lagi." Alfa mengecup kening Alisya sebelum meninggalkan istrinya di kamar sendirian.

Alisya merenung di dalam kamar itu memikirkan bagaimana keadaan mantan kekasihnya saat ini. Ia sangat khawatir pada Ken.

Saat Alisya sedang melamun kan Ken, pemuda itu saat ini sedang berhadapan dengan kedua orang tuanya di dalam mobil. Pemuda itu sedang mendengarkan ocehan Ayahnya atas tindakannya tadi di pernikahan Alfa.

"Kamu itu bikin malu aja! Ayah nggak ngajarin kamu nggak sopan kaya tadi loh, Ken!"

"Ayah nggak tau perasaan Ken kan?! Jadi nggak usah komen kaya gitu atas semua yang Ken lakukan tadi! Jangan cuma karena keluarga Alfa yang membantu perusahaan Ayah, Ayah jadi belain dia! Ngertiin perasaan anak Ayah!" racau pemuda itu.

"Ayah tau perasan kamu, ayah tau! Kamu sakit hati kan liat wanita yang kamu cintai bersanding dengan lelaki lain di pelaminan? Ayah tau!" balas Argan. "Tapi apa yang kamu dapatkan dari tindakanmu tadi? Nggak ada kan! Kalo kamu memang cinta sama Alisya, kamu dukung apa yang buat dia bahagia. Kamu relain dia dengan kebahagiaannya saat ini dan kebahagiaannya saat ini adalah hidup dengan Alisya!"

"Alisya tuh nggak cinta sama Alfa, tapi cintanya sama Ken! Ayah sama Bunda liat sendiri kan betapa cintanya dia sama Ken?"

"Kalo dia cinta sama kamu, kenapa dia nikah sama Alfa? Dia itu cinta sama Alfa, harusnya kamu bisa terima ini semua. Ikhlasin dia."

"Ayah!" panggil Eliza. "Berhenti dulu bentar!"

Argan memberhentikan mobilnya sesuai instruksi dari istrinya. Setelah mobil berhenti, Eliza menyuruh suaminya turun dan ia langsung berpindah tempat duduk ke tempat supir. Tanpa menunggu suaminya masuk, Eliza langsung menancap gas dan meninggalkan suaminya di pinggir jalan.

"Bunda cape dengerin perdebatan kalian," ucapnya pada putranya. "Bunda tau kamu juga cape kan ladenin Ayah kamu yang berpihak pada Alfa? Tenang, Bunda dipihak mu kok."

"Makasih Bunda, tapi bisa turunin Ken di persimpangan depan nggak? Ken mau ke rumah temen bentar."

"Oke, apapun untukmu. Main yang lama juga nggak papa, asalkan nanti pulangnya jangan cemberut lagi yah! Bunda nggak akan telepon in kamu untuk pulang, Bunda janji."

Eliza menurunkan Ken di persimpangan sesuai yang putranya minta. Lalu, beliau kembali melajukan mobilnya menuju rumah.

Ken berjalan kaki menyelusuri koridor dan menghampiri pangkalan ojek. Ia memesan ojek dan menyuruh tukang ojek mengantarkannya ke rumah sahabatnya. Ia ingin menenangkan pikiran dan hatinya.

Saat di depan rumah temannya, ia melihat orang yang sangat mirip dengan Alisya sedang membeli cilok di seberang jalan. Ia bergegas menghampiri gadis itu dan memeluknya.

"Alisya! Ini lo kan? Ini beneran lo kan? Terima kasih Tuhan telah mengabulkan doaku. Yang nikah sama Alfa bukan lo kan Sya? Lo ngapain di sini, Sya? Mainnya jauh amat lo?!" ucap Ken pada gadis yang ia peluk.

Gadis itu mendorong Ken agar tidak memeluknya. Gadis itu mencaci Ken, "Maaf ya Mas! Gue bukan Alisya, tapi Olivia. Gue sepupunya, jadi tolong banget jangan asal peluk. Main peluk aja, dasar bangsat!"

"Apa?" Ken menatap Olivia dari atas hingga bawah, "lo beneran bukan Alisya? Berarti yang nikah beneran Alisya dong! Anjir!"

"Sorry, nikah? Siapa yang nikah?" tanya Olivia memastikan.

"Alisya hari ini nikah! Katanya lo sepupunya, kok nggak tau?"

"Anjir! Bang ini uangnya, kembaliannya ambil aja!" Olivia berlari ke arah rumahnya dan berteriak, "Kak Panduuu! Anterin gue ke rumah Om Herman! Cepetan! Katanya Alisya nikah! Anjir! Kak Pandu!!!!"

"Dia beneran bukan Alisya?" tanya Ken pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, penjual cilok malah menyahut ucapan Ken. "Dia emang bukan Alisya, Mas. Dia itu Non Olivia, langganan cilok saya. Tapi waktu itu juga dia pernah bawa cewe yang mirip banget sama Non Olivia, mungkin dia yang namanya Alisya."

"Oh gitu ya, Mang."

"Iya. Cilok Mas?" tawar penjual itu.

"Boleh Mang, dua puluh ribu yah. Cilok yang bisa buat ilangin setres, yang bisa gagalin orang nikah, yang bisa buat ilang ingatan, sama cilok yang bisa kabulin permohonan."

"Waduh, Mas nya ini ada-ada aja. Yang ada tuh cilok rasa pedas, manis sama asin. Kalo yang Mas butuhin saat ini tuh bukan cilok tapi Tuhan. Mending Mas perbanyak berdoa agar semua keinginan Mas terkabulkan," nasehat penjual cilok.

"Gue nggak bosen-bosen doa sama Tuhan, tapi Tuhan malah kasih kebalikan dari apa yang gue minta."

"Itu artinya Tuhan mau uji kesabaran Mas, apakah istiqomah apa nggak berdoanya." Sambil menasehati Ken, penjual cilok itu menyiapkan cilok untuk pemuda itu.

"Mungkin Tuhan nggak mau liat gue bahagia sama cewe yang gue cintai. Dulu, cewe gue diambil Tuhan. Sekarang di bawa kabur nikah cowo lain. Kayaknya jodoh gue malaikat izrail."

"Serahkan semua pada Tuhan aja Mas, Tuhan tau apa yang terbaik untuk kita." Penjual itu menyodorkan kantong plastik yang berisi cilok pada Ken. "ini Mas, cilok untuk obat galau."

Ken menerima kantong plastik itu dan menyodorkan uang lima puluh ribu pada penjual itu. Ia mengatakan bahwa kembaliannya tidak perlu di kembalikan.

Ken melangkahkan kakinya menyeberang jalan dan memasuki pekarangan rumah sahabatnya sambil memakan cilok.

"Tuhan memang tau yang terbaik untuk gue, tapi gue maunya sama Alisya! Gue mau Alisya Tuhan! Pokoknya gue mau Alisya Tuhan!"

_______

Hai, jangan lupa vote+komen yah!
See you next part 😉
Thanks for reading ☺️

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang