29. Always Bunga

75 37 179
                                    

Chapter dua puluh sembilan

Happy Reading
🌹

*****

Hari-hari telah berlalu dengan begitu berat. Hampir setiap hari, Ibunya selalu membanding-bandingkan dirinya dengan saudarinya. Ia mendengarkan semua yang ibunya katakan dan menahan sakitnya sendiri. Ia ingin berbagi kesedihan ini dengan kekasihnya, tapi ia takut kekasihnya akan mengadu pada Ayahnya.

Ia tidak ingin Ayah Argan memutuskan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan keluarganya. Ia tidak ingin keluarganya bangkrut hanya karena dirinya.

Saat ini, Alisya melamun di dekat jendela. Ia memandang keluarga harmonis di taman rumahnya. Ayah, Bunda dan Bunga sedang tertawa lepas di taman rumahnya. Bunga merangkul manja lengan Ayahnya dan Emi menyuapi Bunga buah apel.

Sakit, perih, itulah yang Alisya rasakan saat ini. Ia sangat iri pada Bunga. Tempatnya di hati kedua orang tuanya kini telah tergantikan oleh Bunga. Ayahnya yang selalu menuruti keinginannya, kini acuh tak acuh padanya. Ibunya yang selalu menyemangatinya, kini malah menjatuhkan mentalnya.

"Daripada gue sedih terus di rumah, mending ke toko buku. Udah lama gue nggak ke toko buku," gumam Alisya.

Gadis itu lantas berganti baju dan keluar rumah. Sebelum ia keluar, ia menyempatkan waktunya untuk meminta izin pada kedua orang tuanya. Namun, mereka mengabaikan Alisya. Alisya meninggalkan mereka dengan perasan sedih.

'Mungkin mereka nggak menyadari keberadaan gue' batin Alisya menyemangati dirinya sendiri.

Gadis itu menunggu ojek online yang telah ia pesan sambil berbalas pesan dengan kekasihnya. Hubungannya dengan Ken semakin dekat. Bahkan Ken sudah merencanakan pernikahan mereka setelah lulus nanti. Alisya hanya menanggapi niat Ken dengan ucapan amiinn.

Ojek yang di pesan Alisya datang, Alisya langsung naik dan menyuruh tukang ojek membawanya ke toko buku.

Di toko buku, Alisya memilih-milih buku yang akan ia beli dan sesekali ia membaca buku yang di sediakan di toko itu. Toko itu bukan hanya toko melainkan perpustakaan juga.

Banyak pemuda-pemudi yang berdatangan ke sana. Selain banyak buku yang disediakan, di sana juga tempatnya bagus.

Setelah Alisya memilih buku dan membayarnya. Ia pergi ke mall terdekat. Ia ingin merilekskan pikirannya dengan berjalan-jalan dan berbelanja.

Alisya berkeliling mall dan melihat-lihat pakaian di toko yang selalu ia kunjungi dulu bersama kedua orang tuanya. Saat sedang memilih-milih baju, ia melihat keluarga yang sangat persis seperti keluarganya.

Terlihat seorang anak perempuan yang berumur lima tahun sedang menghindari Kakak laki-lakinya. Mereka berkejar-kejaran mengelilingi orang tuanya.

Pikirannya terlontar pada masa kecilnya. Masa yang sangat indah. Sama seperti anak kecil itu, Alisya kecil juga sering kejar-kejaran dengan Kakaknya. Saling meledek dan berlari sampai salah satu dari kami menangis, lebih tepatnya Alisya yang menangis.

'Ah, jadi kangen masa kecil kan. Andai gue nggak ngelakuin kesalahan pasti sekarang gue masih bahagia. Ah sudah lah, masa lalu ya masa lalu. Yang terpenting adalah masa depan, pokoknya masa depan gue harus bahagia. Harus!'

Alisya meninggalkan toko itu dan membeli tiket bioskop. Entah kenapa ia ingin menonton film saat ini. Mungkin karena ia bingung harus kemana dan ngapain, jadi ia memutuskan menonton film di bioskop untuk menghabiskan waktunya.

Ia menonton film horor dan memilih tempat duduk di pojok. Ia tidak suka di tengah atau di depan karena itu terlalu ramai. Ia tidak suka keramaian.

Satu jam berlalu dengan cepat, film yang Alisya tonton tidak membuat Alisya takut. Ia malah merasa terhibur menonton film itu. Terhibur dengan teriak-teriaan penonton yang ada di dalam sana.

Tidak ada ruginya Alisya menonton film itu. Alisya keluar dari bioskop itu dan ternyata hari sudah petang.

Alisya mengirim pesan pada kakaknya agar menjemputnya, tapi ternyata kakaknya masih di Sukabumi, rumah Fani. Alisya mencoba menelepon sepupunya, tapi sepupunya juga tidak bisa menjemputnya.

Ia mengirim pesan pada kekasihnya untuk menjemputnya. Namun, kekasihnya sedang menghadiri acara keluarga. Alisya bingung harus meminta bantuan ke siapa. Uang yang ada di dompetnya juga tidak cukup untuk ongkos pulang.

Alisya bingung harus menelepon siapa dan nama seseorang terlintas di pikirannya. Ia langsung menelepon orang itu dan meminta bantuan padanya. Namun, orang itu juga tidak bisa membantunya. Sahabat kakaknya itu ternyata sedang berada di luar kota.

"Jalan kaki ya jalan kaki dah," ucap Alisya. "Atmnya masih jauh kayaknya deh."

Alisya melangkahkan kakinya menyelusuri trotoar jalan dengan paper bag di kedua tangannya. Ia menikmati suasana senja kota Bandung.

Sepanjang jalan, Alisya bersenandung ria seakan tidak ada beban di pikirannya. Padahal banyak banget yang ia pikirkan sekarang ini.

"Mba, Mba!" panggil seseorang dari dalam mobil. Orang itu meneriaki Alisya.

Alisya menoleh ke mobil itu dan mengatakan, "Ada apa ya Mas?"

"Mba Olivia Alisya?" Alisya mengangguk, "saya taksi online Mba, ada yang pesenin buat Mba."

"Siapa ya Mas?" tanya Alisya memastikan. Ia takut jika Mas-mas tadi bukan taksi online.

"Mas Pandu, Mba."

"Oh oke." Alisya masuk ke mobil itu dan Mas-mas tadi langsung menjalankan mobilnya.

Alisya memandang jalanan yang padat akan kendaraan berlalu lalang. Mungkin karena ini jam pulang kantor jadi lebih banyak kendaraan berlalu lalang. Ia membaca cerita di aplikasi wattpad yang ada di ponselnya. Namun baru sebentar ia membaca cerita, tiba-tiba ponselnya mati.

'Ah sial, baterainya habis lagi' gerutu Alisya dalam hati.

"Mas, ada cargher nggak?" tanya Alisya pada Mas-mas taksi online.

Mas-mas itu menoleh ke belakang, "Nggak ada Mba."

Mobil itu berhenti saat lampu merah, Mas-mas itu tiba-tiba meMakai masker. Alisya menanyai Mas-mas itu mengapa memakai masker dan Mas-mas itu menjawab katanya lagi flu. Padahal tadi Alisya liat Mas-mas itu baik-baik saja.

Alisya tak mau ambil pusing, ia menyenderkan kepalanya di jok mobil dan memandang jalanan. Ia mengambil novel yang baru saja ia beli dan membuka plastiknya. Ia mulai membaca novel guna mengurangi rasa bosannya.

Alisya senyum-senyum sendiri saat membaca adegan yang membuatnya baper. Setelah sekian lama tidak membaca novel, akhirnya ia membaca lagi. Saat di rumah ia tidak ada waktu untuk membaca novel, lebih tepatnya tidak ada novel yang bisa ia baca. Semua novelnya telah di bakar oleh Ibunya setelah ia pindah tidur di kamar tamu.

Saat itu, Alisya ingin memberontak namun ia tidak ingin dicap sebagai anak yang durhaka lagi oleh Ibunya. Ia tidak ingin Ibunya lebih membenci dirinya. Padahal dulunya, Ibunya yang selalu menemaninya membeli novel di toko buku langganannya.

Sakitnya melebihi patah hati karna cowo, ujar Alisya saat ditanya oleh Kakaknya bagaimana perasaanya setelah semua novelnya di bakar oleh ibunya.

Tanpa Alisya sadari, Mas-mas taksi online itu menyemprotkan sesuatu di dalam mobil itu. Entah apa yang ia semprotkan. Beberapa detik kemudian, Alisya kehilangan kesadarannya. Gadis itu pingsan karena menghirup udara bercampur dengan gas yang Mas-mas tadi semprotkan.

Setelah Alisya tak sadarkan diri, supir itu menelepon seseorang.

"Bos, Olivia udah pingsan." lapornya pada seseorang di seberang sana, mungkin saja orang yang memperintahkan nya.

"Langsung bawa ketempat gue, uang udah gue transfer," sahut seseorang di seberang sana.

"Baik bos." Mas-mas itu langsung mematikan sambungan teleponnya dan menuju alamat orang yang memperintahkan nya.

_______

Hai, jangan lupa vote+komen yah!
See you next part 😉
Thanks for reading ☺️

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang