17. Saudari Baru

89 43 191
                                    

Chapter Tujuh belas

Happy Reading
🌹

*****

Satu bulan berlalu begitu cepat. Dalam satu bulan, banyak yang berubah, banyak yang terungkap, dan banyak sekali kejadian-kejadian yang terlewat.

Dari terungkapnya hubungan Gio dan Fani, semakin dekat hubungan antara Alisya dan Ken. Dan terungkapnya fakta tentang keluarga Hermansyah.

Keluarga Hermansyah yang dulu hanya mempunyai putri satu, kini dua. Ternyata Emi mempunyai putri yang seumuran dengan Alisya. Namun, dulu karena kecelakaan putri Emi tidak ditemukan dan kemarin ada seorang gadis yang mengaku sebagai putri Emi.

Gadis yang tak lain teman sekolahnya, atau lebih tepatnya saingannya. Mereka sama-sama bersaing nilai, tapi selalu Alisya yang menang. Gadis itu, juara kedua paralel di SMA Triyasa.

Gadis yang berasal dari panti asuhan itu, kini tinggal satu atap dengan Alisya. Kedatangan gadis itu disambut dengan baik oleh keluarga Hermansyah. Namun, putra keluarga itu masih belum bisa menerima kedatangan gadis itu.

Saat Emi menceritakan kejadian masa lampau, Gio tetap tidak percaya. Ia tidak melarang gadis itu tinggal di rumahnya, tapi ia tidak bisa menganggap gadis itu sebagai adiknya karena ia hanya mempunyai satu adik yaitu Alisya. Hanya Alisya.

Gadis itu, Bunga Safira. Kerap dipanggil Bunga, siswi kelas XI MIPA 2 di SMA Tirtayasa. Prestasinya tidak kalah bagusnya dengan prestasi Alisya. Saat ini nama Bunga bukan Bunga Safira, tapi berubah menjadi Bunga Safira Putri Hermansyah.

Mulai hari ini, Bunga tinggal di rumah Alisya. Ia menempati kamar tamu yang tidak pernah di tempati oleh siapapun.

Dan sekarang, setiap pagi Bunga berangkat ke sekolah bersama Alisya diantar oleh Pak Toto. Seperti pagi ini, mereka diantar oleh Pak Toto.

"Gimana, suka kan sama kamarnya?" Alisya memulai percakapan.

Bunga menghadap saudari barunya itu, "Suka, lebih besar dari kamarku yang dulu."

"Syukur deh, kalo butuh apa-apa ke kamar gue aja."

Mereka sampai disekolah dan langsung menuju kelas masing-masing. Namun sebelum memasuki sekolahnya, Alisya berpesan pada Pak Toto agar menjemputnya jam 4 sore karena ia ada kegiatan di sekolah.

Alisya melangkahkan kakinya menuju kelasnya dan ia berharap hari ini ia tidak bertemu dengan Ken. Ia tidak sanggup berada di dekat lelaki itu karena akhir-akhir ini ia sulit bernafas jika didekat lelaki itu. Karena lelaki itu juga, ia gagal fokus akan pelajaran yang ia pelajari. Entah mengapa, Alisya selalu memikirkan Ken dan merasa sangat nyaman berada di dekat laki-laki itu.

Alisya memasuki kelasnya dan langsung duduk di sebelah sahabatnya. Ia sudah bilang ke sahabatnya agar berganti tempat duduk dengannya dan sahabatnya itu bersedia. Alisya mengeluarkan catatan tugasnya dan diberikan ke sahabatnya. Setelah memberikan buku catatan pada sahabatnya, Alisya menekuk tangannya di atas meja dan menaruh kepalanya di atasnya.

Tanpa sepengetahuan Alisya, Ken sudah duduk di bangkunya dan menatap kearah Alisya. Pemuda itu heran kenapa Alisya duduk di bangku Chici bukan disebelahnya.

'Apa karena kejadian lusa? Apa Alisya marah gara-gara kemarin gue cium keningnya? Tapikan itu semua permintaan Ayi, aduh kalo dia beneran marah gimana. Oh ya, telpon bunda aja' batin Ken sebelum ia menelepon Bundanya.

"Bunda, calon mantu Bunda marah gara-gara kejadian kemarin," adu pemuda itu pada Ibunya. "Iya, yang Ken nggak sengaja cium keningnya."

Eliza mengatakan bahwa beliau akan membantu putra sulungnya itu menjelaskan pada Alisya dan meminta agar Alisya tidak marah kepada putranya.

Setelah Ken memutuskan sambungan teleponnya dengan Eliza, ia kembali memandang gadis yang ia cintai. Ia terus memandang Alisya dan terlihat Alisya menerima panggilan dari seseorang. Ken langsung tersenyum, 'pasti Bunda' pikirnya.

Alisya menengok ke arah Ken dengan ponsel yang tertempel di telinga kanannya. Lewat tatapannya, Alisya seakan meminta penjelasan pada Ken. Namun, Ken hanya tersenyum sambil menggumam kan kata maaf.

Alisya memutuskan keluar dari kelas agar pembicaraannya dengan Eliza tidak ada yang dengar karena ia ingin mengatakan sesuatu yang penting pada Eliza. Ia melangkahkan kakinya ke koridor sekolah sambil terus mendengarkan penjelasan Ibu temannya itu.

Alisya memasuki ruang UKS dan langsung duduk di salah satu brangkar yang ada di sana.

"Bukan begitu, Bun. Alisya nggak marah sama sekali ke Ken, Alisya cuma pengin duduk sama Fifi aja," jelas Alisya.

Tak ada sahutan dari seberang sana, Alisya pun berucap kembali. "Alisya masih ngajarin Ken belajar kok, Bunda jangan khawatir. Nilai Ken juga lebih baik dari dulu."

"Bunda nggak mengkhawatirkan nilai Ken, Sya. Bunda khawatir akan perasaannya. Bunda nggak mau putra Bunda merasakan sakit hati yang kedua kalinya. Bunda akan lakukan apapun untuk putra kesayangan Bunda, termasuk memaksamu menerima cinta Ken!"

"Iya, Bun, Alisya ngertiin perasaan Bunda. Jujur Alisya bingung akan perasaan Alisya sendiri. Alisya nggak tau perasaan Alisya ke Ken itu apa, tapi setiap Alisya didekat Ken rasanya nyaman dan jantung Alisya berdebar-debar. Setiap malam juga Alisya selalu memikirkan Ken, Bun, apa itu artinya Alisya sudah mulai menyukai Ken?"

"Beneran kamu merasakan itu semua jika didekat Ken?"

"Iya, Bunda. Bunda jangan bilang Ken yah, Alisya malu."

"Iya, Sayang. Bunda nggak akan bilang Ken kalo kamu juga suka sama dia. Nanti pulang sekolah main ke rumah yah, Ayi udah kangen mami katanya."

"Maaf Bunda, Alisya nggak bisa. Alisya ada acara di sekolahan."

"Ya udah besok aja, udah dulu ya mantu Bunda yang cantik. Bunda mau shopping dulu."

"Iya Bunda, assalamu'alaikum."

Alisya memutuskan sambungan teleponnya dan kembali ke kelas. Saat mau memasuki kelas, ada yang memanggilnya dari arah belakang. Ia langsung menoleh dan ternyata Farrel, King Tirtayasa yang memanggilnya.

Farel memberitahu pada Alisya bahwa nanti malam ada acara makan malam bersama King and Queen Tirtayasa dari angkatan satu sampai angkatannya. Ia juga memberi tahu bahwa acara makan malam itu bersamaan dengan acara ulangtahun Queen Tirtayasa angkatan tiga. Dan setiap King and Queen harus memakai baju yang selaras. Farel telah membelikan gaun untuk Alisya dan ia meminta agar pulang sekolah Alisya ikut dengannya ke rumahnya.

Alisya ingin menolak ajakan Farrel, tapi ia tidak enak hati. Akhirnya ia menerima ajakan Farrel dan ia izin tidak hadir dalam ekstrakurikuler hari ini.

Alisya memasuki kelasnya setelah Farrel meninggalkannya, ia langsung duduk di bangku sahabatnya dan menyenderkan kepalanya di bahu Fifi. Fifi mengelus kepala Alisya dan berucap, "Kenapa sih tuan putri, ada yang ganggu? Pagi-pagi udah lesu aja."

"Lucu nggak sih kalo gue jatuh cinta sama orang?"

"Apa!" teriak Fifi. "Lo jatuh cinta! Sama siapa?"

Alisya langsung melotot pada Fifi karena berteriak dan membuat semua siswa yang ada di kelas memandangi mereka.

"Sorry-sorry, maksud gue bukan Alisya ini ya guys. Tapi Alisya temen gue yang sekolah di Garuda," jelas Fifi pada teman-temannya.

"Kirain Queen kita," celetuk salah satu siswa di kelas itu.

Fifi kembali menghadap sahabatnya itu dan menanyai maksud ucapannya tadi. Namun, Alisya tidak menjelaskan. Alisya tidak bisa bercerita pada Fifi, karena mulut sahabatnya itu tidak bisa diam.

_____


Hai, jangan lupa vote+komen yah!
See you next part 😉
Thanks for reading ☺️

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang