36. Pengakuan Alfa

88 44 190
                                    

Chapter tiga puluh enam

Happy Reading
🌹

******

"Saya Ayah dari anak yang dikandung Alisya, Om," ujar seseorang yang baru saja masuk ke ruangan keluarga Hermansyah.

Herman maupun Alisya langsung menoleh ke asal suara. Herman menghampiri pemuda itu lalu memukulinya. Alisya menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Ia menghampiri Ayahnya dan memeluk kaki Ayahnya agar Herman tidak memukuli pemuda itu lagi. Namun, Ayahnya malah menendang Alisya dan terus memukuli pemuda itu.

"Ayah udah jangan pukuli Kak Alfa," lirih Alisya.

Herman tak menghiraukan ucapan putrinya, ia memukuli Alfa. Ia sangat marah pada pemuda itu karena telah menghamili putrinya.

"Tolong, Om. Stop," ucap Alfa sambil memegangi perutnya.

"Apa kamu bilang, stop? Bisa-bisanya kamu hamili anak saya!"

Alisya memegangi tangan Ayahnya yang sedang memukuli Alfa. Ia sangat takut jika Alfa kenapa-kenapa karena pemuda itu tidak salah.

"Ayah stop!" teriak Alisya yang mengundang kedatangan Emi dan Bunga. Emi menanyakan kenapa suaminya memukuli Alfa dan Herman mengatakan bahwa Alfa yang membuat Alisya hamil.

Emi menampar pipi Alfa dan berteriak pada pemuda itu, "Berani-beraninya kamu hamili anak saya! Dasar laki-laki bejad!"

"Bunda stop jangan kaya gitu sama Kak Alfa, sebenarnya Alisya...."

"Lusa saya akan menikahi Alisya," potong Alfa. Ia tidak ingin Alisya mengatakan bahwa ia bukan ayah dari anak yang Alisya kandung.

"Beneran?!"

"Iya Tante, lusa saya akan menikahi anak Tante."

"Ya sudah, sekarang kamu bawa pergi jalang kecil ini! Saya tidak sudi melihat wajah dia lagi. Dan jangan harap kami akan menghadiri pernikahan kalian!" Emi menyeret Alisya dan mendorongnya ke arah Alfa. Alfa langsung menangkap gadis yang ia cintai dan memeluknya.

Alisya terisak, "Bunda, Alisya mohon hadiri pernikahan Alisya."

"Nggak akan! Bunga ayo kita ke kamar. Bunda nggak kuat kalo deket-deket sama jalang."

Emi dan Bunga meninggalkan ruang keluarga itu dan menyisakan Alisya, Herman dan Alfa. Herman mengancam Alfa jika pemuda itu tidak menikahi putrinya maka Herman akan menuntut pemuda itu ke pengadilan. Setelah itu, Herman keluar dari ruang keluarga.

Alfa memeluk Alisya dan membawa gadis itu keluar rumah itu. Ia membawa Alisya ke rumahnya. Dalam perjalanan, Alisya diam saja sambil menatap keluar jendela mobil.

Alfa membawanya ke rumah dan memperkenalkan Alisya ke Ibunya. Ia juga mengatakan pada Ibunya bahwa beliau akan mempunyai cucu.

Tuti, Ibu Alfa sangat senang akan kabar yang putranya berikan. Beliau tidak marah atau kecewa pada putranya karena telah menghamili anak orang diluar nikah.

Tuti menyambut Alisya di keluarganya dengan sangat baik. Beliau mengingatkan pada Alisya agar menjaga kesehatannya, ia tidak ingin calon cucunya kenapa-kenapa.

"Pokoknya kamu harus bahagia biar cucu mama yang ada disini juga sehat-sehat terus," ucap Tuti sambil mengusap perut rata Alisya.

"Tante nggak marah Alisya hamil?" lirih Alisya.

Tuti tersenyum dan menggapai tangan Alisya, "Nggak dong sayang, malahan Mama seneng. Akh ... nggak sabar menantikan kedua cucu Mama, sehat-sehat ya Nak."

"Oh jadi ini menantu Ayah? Cantik." Seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka lalu memuji Alisya. Beliau ternyata Alan, Ayah Alfa.

"Iya ini, Yah. Cantik kan menantu Mama? Oh ya, nanti malam rumah kita akan di dekorasi dan bakal ada perancang gaun yang datang. Kamu nggak papa kan kalo pake gaun yang Mama rancang dulu?"

"Terserah Tante aja," dinikahi aja Alisya udah bersyukur benget, lanjutnya dalam hati.

Alfa menghampiri kedua orangtuanya dan gadis yang ia cintai. Ia merangkul tangan Alisya dan mengecup kening gadis yang ia cintai.

"Ayah, Mama, Alfa izin bawa Alisya bentar." Alfa membawa Alisya ke dalam kamarnya.

"Jagain calon cucu Mama, jangan sampe dia kenapa-kenapa."

"Siap, Ma!" Alfa mengacungkan jempolnya pada Ibunya.

Alfa dan Alisya memasuki kamar Alfa, Alfa mengajak Alisya untuk duduk diranjangnya. Ia mengambil segelas susu yang telah ia siapkan di atas nakas dekat ranjangnya. Ia meminta agar Alisya menghabiskan susu itu.

Alisya meminum susunya dan Alfa memainkan ponselnya. Alfa menelepon seseorang yang mungkin akan membuat wanita disampingnya tersenyum lagi. Ia mengalihkan telepon itu ke videocall.

Alfa menggeser tubuhnya mendekat ke arah Alisya dan mengarahkan layar ponselnya ke wajah Alisya. Alisya terkejut saat melihat wajah Kakaknya di layar ponsel Alfa. Ia meletakan gelasnya ke atas nakas dan langsung mengambil alih ponsel Alfa dengan senyuman yang terukir indah diwajahnya.

"Kakak! Kakak kapan pulang!" teriak Alisya.

"Nggak tau, sahabatmu ini manja banget nggak mau ditinggal pulang."

"Katanya Kakak keluar kota gara-gara mau ngurus perusahaan, kok malah di rumah Fani?!"

"Hehehe, bisnisnya udah selesai dari kemarin."

"Bro, lusa gue nikah. Lo pulang yah!" ucap Alfa.

"Hah, nikah? Sama siapa lo? Udah lupain adik gue nih," ledek Gio di seberang sana. Pemuda itu ternyata belum tahu kalo sahabatnya akan menikah dengan adiknya.

"Nikah sama adik lo! Pulang yah," jawab Alfa."

"Hah! Jangan becanda lo!"

"Beneran Kak, lusa kita nikah. Alisya harap Kakak bisa hadirin pernikahan kita," sahut Alisya.

"Gimana bisa kalian nikah? Alisya juga masih sekolah? Bukannya lo pacaran sama Ken? Terus gimana kalian nanti? Jangan bilang lo pelet adik gue ya, Fa?!" tuduh Gio pada sahabatnya itu.

"Nggak Kak, sebenarnya ...."

"Iya, gue pelet adik lo pake pelet lele biar dia bisa renang." Alfa memotong ucapan Alisya, ia tidak ingin gadis itu mengungkap kebenaran dan membuat gadis itu dimarahi oleh Kakaknya.

"Ha-ha-ha, bisa aja lo Fa. Oke, gue besok pulang kok. Fani juga mau ikut katanya nih."

"Yeay, asik sahabat jauh Alisya bisa hadir. Udah dulu ya Kak, Alisya mau mandi udah sore nih!" Alisya melambaikan tangannya dan tersenyum selebar mungkin pada kakaknya itu lalu langsung memencet ikon telepon berwarna merah.

Setelah layar ponsel Alfa tidak menampilkan wajah Kakaknya, Alisya langsung merebahkan tubuhnya di kasur Alfa. "Baru juga beberapa menit udah cape aja. Ternyata susah yah harus pake topeng mulu."

"Lepas aja topengnya kalo sama gue. Gue nggak mau lo tertekan dan stress gara-gara ini," ucap Alfa pada gadis yang ia cintai.

"Kak, makasih. Seharusnya lo nggak usah bantuin gue."

"Gue bakal lakukan apapun untuk wanita yang gue cintai jadi mau lo terima apa nggak bantuan gue itu serah lo. Yang terpenting gue udah lakukan semampu gue untuk orang yang gue cintai."

Alisya kembali duduk dan menghadap Alfa, "Maksud Kak Alfa?"

"Gue cinta sama lo."


_______

Hai, jangan lupa vote+komen yah!
See you next part 😉
Thanks for reading ☺️

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang