4. Bestfriend

189 90 464
                                    

Chapter Empat

Happy Reading!
🌹

****

Rencana yang telah Alisya susun dari rumah hanya terlaksana separuhnya, karena ia harus terbaring lemah di brangkar rumah sakit. Kecerobohannya membuatnya masuk rumah sakit. Ia baru merayakan ulang tahun Fani di restoran, dan niatnya ia akan merayakan ulang tahun Fani di puncak. Namun, karena ia sakit semuanya gagal.

Tanpa sengaja Alisya memakan kue yang berisi selai kacang dan berakhir di brangkar rumah sakit. Awal-awalnya ia hanya gatal-gatal tapi lama-lama ia sesak nafas dan langsung di bawa ke rumah sakit terdekat. Orang tuanya dalam perjalanan dan katanya sebentar lagi sampai.

Gio dan Fani menemani Alisya di dalam kamar serba putih itu. Mereka mengkhawatirkannya, tapi yang di khawatirkan malah sedang tersenyum pada mereka. Alisya tau ini semua salahnya dan ia sangat sedih karena rencananya gagal.

"Lo beneran nggak papa, Sya?" tanya Fani khawatir.

"Nggak, nanti juga merah-merah nya hilang sendiri," ujar Alisya.

"Makanya jangan makan kacang, udah tau alergi kacang," sentak Gio.

"Maaf," lirih Alisya.

Pintu kamar rawat Alisya tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok kedua orang tuanya. Emi, Bunda Alisya sudah banjir air mata dan tatapan Herman langsung bertemu dengan Gio. Herman langsung mengajak Gio bicara di luar, dengan patuh Gio mengikuti Ayahnya sedangkan Emi langsung menghampiri putrinya dan menanyakan keadaannya. Tatapan Alisya mengikuti Ayah dan Kakaknya, ia merasa ada yang salah.

Alisya pun mengikuti Ayahnya walau di larang oleh Ibunya. Emi dan Fani pun tak bisa berkata apa-apa lagi karena mereka tau sifat Alisya, jika udah ya udah. Mereka memilih menunggu Alisya kembali.

Alisya menengok kanan kiri dan tatapannya berhenti pada Ayah nya dan kakaknya yang sedang berada di ujung lorong rumah sakit. Ia berniat menghampiri mereka tapi baru beberapa langkah tiba-tiba ia melihat Ayahnya menampar Kakaknya. Ia dengan cepat menghampiri mereka.

"Ayah suruh kamu ikut itu buat jagain dia, kamu tau kan tugas seorang Kakak!" teriak Herman pada Gio.

"Maaf, Yah."

"Ayah, cukup! Ini semua bukan salah Kak Gio, tapi karena kecerobohan Alisya sendiri," ucap Alisya, ia menatap mata Herman dan tangannya menggenggam tangan Gio.

"Kamu ngapain di sini? Kamu masih sakit loh," lirih Gio.

"Alisya nggak papa kok Kak." Alisya memeluk Gio.

"Beneran?"

"Ayah, please jangan marahin kakak," lirih Alisya.

"Oke, tapi sekarang kamu balik ke kamar," ucap Herman.

Alisya menarik lengan Gio memasuki ruang rawatnya dan diikuti Herman. Emi dan Fani langsung menghampiri Alisya dan Gio.

"Alisya mau pulang sekarang!"

"Kan belum sembuh, Sayang," ujar Emi.

"Pokoknya aku mau pulang SEKARANG! Fani ikut ke Bandung!" pungkas Alisya.

"Sehari lagi yah, di sini," bujuk Herman.

"Nggak!"

"Oke fine! Fani ikut kita ke Bandung yah, sekolahnya libur kan?"

"Iya, Tante."

Akhirnya mereka semua pulang ke Bandung. Dari Sukabumi jam sepuluh pagi dan sampai Bandung sekitar jam satu siang. Selama perjalanan Alisya hanya tidur.

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang