35. Hamil!?

86 33 141
                                    

Chapter Tiga puluh lima

Happy Reading
🌹

*****

Bandung, 23 Agustus 2021

Hari itu, bertepatan dengan hari ulang tahun Emi. Di hari itu, Alisya telah membuatkan cake dan membeli kado ulang tahun untuk Ibunya. Namun, Ibunya tidak mau menerima barang pemberian Alisya.

Alisya sangat sedih dan ia menelepon Kakaknya. Namun, ia salah pencet dan malah menelepon sahabat Kakaknya. Sahabat Kakaknya mendengarkan keluh kesahnya di telepon dan memintanya keluar rumah.

Alisya keluar rumah dan menghampiri sahabat Kakaknya yang telah menunggunya di depan rumah. Ia diajak keluar oleh sahabat kakaknya.

Alfa membawa Alisya pergi ke taman dan meminta agar gadis itu menceritakan tentang kejadian tadi. Ia masih bingung dengan perkataan Alisya waktu di telepon.

Alisya menceritakan tentang kejadian di rumahnya tadi. Ia menceritakan itu semua dengan menangis. Ia tidak bisa menahan air matanya agar tidak keluar.

Alfa memeluk Alisya, ia menenangkan Alisya agar tidak menangis. Ia mengusap-usap kepala Alisya.

Alfa mengusap-usap kepala Alisya sampai gadis itu tenang. Namun, ia merasa tidak ada pergerakan dari Alisya. Ia menarik tubuh Alisya ke depan dan ternyata gadis itu tak sadarkan diri. Alfa langsung membawa Alisya ke klinik kembarannya.

Alfa meminta kembarannya yang berprofesi sebagai dokter agar memeriksa keadaan Alisya. Ia menunggu Alisya yang sedang di periksa oleh kembarannya itu di depan ruangan. Ia sangat khawatir dengan keadaan Alisya, ia sangat takut gadis yang ia cintai kenapa-kenapa.

Farez keluar dari ruangan itu dan langsung diserbu dengan pertanyaan-pertanyaan dari kembarannya itu. Ia meminta agar kembarannya mengikutinya ke ruangannya. Ada sesuatu yang harus ia tanyakan pada kembarannya itu.

"Tinggal ngomong di sana aja sih, Alisya kenapa! Nggak usah ke ruangan lo segala, gue tau lo mau pamer kan kalo lo punya ruangan? Gue juga punya kali di kantor Ayah!" ucap Alfa.

Farez menatap jengah kembarannya. Jika saja yang di hadapannya bukan kembarannya, mungkin ia telah mengeluarkan kata-kata mutiaranya.

"Lo lakuin apa sama adiknya Gio, sampe-sampe dia hamil?" tanya Farez yang membuat Alfa membulatkan matanya.

Alfa mengerutkan dahinya dan menatap kembarannya lekat-lekat, "Maksud lo Alisya hamil?"

Farez mengangguk dan mengeluarkan secarik kertas yang menyatakan hasil lab bahwa Alisya sedang mengandung. Usia kehamilan Alisya memasuki empat Minggu.

Alfa memikirkan siapa yang telah menghamili Alisya, apakah Ken? Tapi kayaknya bukan, terus siapa?

"Lo kan yang hamil in dia?"

Tanpa ragu Alfa mengangguk dan berkata, "Iya gue yang hamil in dia. Gue nggak nyangka kalo kerja keras gue membuahkan hasil secepat ini."

Farez langsung meninju perut kembarannya itu. Ia tidak menyangka kembarannya akan nekat melakukan hal itu pada adik sahabatnya itu. "Anjing! Lo nggak mikir apa gimana perasaan Alisya kalo dia tau dia hamil. Dia masih sekolah! Gue tau lo cinta sama dia, gimana kalo Gio tau hal ini. Habis lo sama dia!"

"Bacot! Lo harusnya seneng bisa punya keponakan. Udah lah gue mau nemuin Alisya dulu."

"Tunggu," cegat Farez. "Kalo itu beneran anak lo, jangan bikin Alisya stress. Kehamilannya lemah, dia harus tetap happy."

"Siap, Pak dokter!"

Alfa keluar dari ruangan kembarannya dan masuk keruangan Alisya. Ia memandang gadis yang ia cintai sedang terbaring lemah. Ia duduk di kursi samping brangkar Alisya.

Alfa menggenggam tangan Alisya, ia mengecupnya singkat.

"Yeay, selamat yah sebentar lagi lo mau jadi seorang Ibu. Jaga kesehatan yah, biar anak lo sehat di sini." Alfa mengusap perut datar Alisya.

'Sakit sih, denger kabar kalo lo hamil? Siapa laki-laki yang menghamili lo, Sya? Apa Ken?'

Alfa bersandar pada sandaran kursi dan memikirkan siapa lelaki yang menghamili Alisya. Tanpa ia sadari, Alisya mulai membuka kelopak matanya.

Alisya memandang Alfa dan memanggil lelaki itu. Alfa membantu Alisya duduk dan memberinya segelas air.

"Alisya! Gue harap lo jawab pertanyaan gue dengan sejujur-jujurnya."

"Ada apa Kak?" tanya Alisya bingung.

Alfa menggenggam tangan Alisya, "Siapa laki-laki yang menghamili lo?"

"M-maksud Kak Alfa?" tanya gagap Alisya.

"Saat ini lo hamil," ucap Alfa. "Siapa ayah dari anak lo itu?"

'Hamil? Gimana ini? Masa iya gue bilang kalo gue diperkosa. Apa Ken mau menerima anak ini? Pasti nggak? Gue harus putusin hubungan gue sama dia, gue nggak mau nyakitin hatinya terlalu lama'

Alisya tak bisa menjawab karena ia sendiri tidak tahu siapa lelaki yang menghamilinya.

"Ken?" Alisya menggeleng, "lantas siapa yang hamil in lo!"

'Masa depan gue hancur dalam satu malam. Semua harapan gue kini pupus. Masa depan yang gue idam-idamkan kini tinggal bayang-bayang. Kenapa masalah selalu menghampiri gue?!'

Alisya hanya menggeleng dan terisak kecil. Ia menangis lagi dan Alfa langsung memeluk Alisya, "Udah jangan nangis, bumil nggak boleh banyak-banyak nangis nanti anaknya cengeng."

Alfa mengusap bahu Alisya guna menenangkan gadis itu. "Bumil tuh harusnya happy-happy bukan nangis-nangis kek gini. Udah yah, jangan nangis lagi. Kasihan anak lo!"

"Udah yuk! Mending kita pulang. Lo butuh istirahat," ajak Alfa pada Alisya.

Alisya dituntun oleh Alfa keluar klinik itu. Saat di koridor klinik, mereka berpapasan dengan Farez. Farez menyapa mereka dan menanyai keadaan Alisya.

"Jaga kesehatan yah. Jangan sampe keponakan gue kenapa-kenapa," ucap Farez pada Alisya.

"Tenang aja, gue Ayah yang siaga kok. Jadi nggak usah khawatirin anak gue, mending khawatirin aja calon anak lo sendiri," sahut Alfa.

Alisya bingung akan percakapan saudara kembar dihadapannya, lalu ia bertanya "Maksudnya?"

"Istri Farez juga lagi hamil," jawab Alfa. "Kita duluan."

Alfa dan Alisya kembali melangkah keluar klinik itu. Alisya masih memikirkan apa yang Alfa katakan tadi.

Alisya membatin 'Anaknya? Berarti dia ngaku kalo anak yang gue kandung tuh anaknya? Bagaimana bisa?'

Sepanjang perjalanan Alfa menasehati Alisya agar tidak banyak pikiran. Ia juga mengatakan bahwa Alisya harus makan tepat waktu agar kehamilannya sehat.

"Pokoknya makan teratur, jangan begadang sama minum susu bumil. Nanti gue yang beliin. Jangan lagi minum obat tidur! Itu nggak baik buat anak lo!"

Alisya menoleh pada Alfa yang sedang menyetir, "Kak Alfa belum kasih tau Kak Gio kan? Jangan dulu yah!"

"Sampai kapan mau rahasiain ini dari dia?" Alfa menatap Alisya sebentar, "lo jangan lupa minta pertanggungjawaban sama laki-laki yang hamil in lo! Jangan tanggung semua ini sendirian! Jangan lakuin hal yang nggak-nggak pada janin lo itu!"

"Dia nggak mau tanggungjawab," lirih Alisya.

"Hah! Yang benar?! Siapa laki-laki itu?!"

Alisya tidak menjawab, ia menundukkan kepalanya. Alfa menoleh pada Alisya dan ia tahu kalo gadis itu belum bisa menjawabnya, "Kalo belum siap jawab sekarang, nggak papa. Kalo laki-laki itu nggak mau tanggung jawab, gue bakal tanggungjawab atas kehamilan lo itu."

__________

Hai, jangan lupa vote+komen yah!
See you next part 😉
Thanks for reading ☺️

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang