26. Pesta

88 43 223
                                    

Chapter dua puluh enam

Happy Reading
🌹

******

Sepasang kakak beradik itu sedang berada di restoran. Sang kakak mencoba menenangkan adiknya yang sedang menangis. Ia ingin menghibur adiknya akan kesedihan yang melandanya.

Gio memesankan makanan kesukaan adiknya dan meminta pada pelayan restoran membelikan coklat untuk adiknya. Ia sangat tahu bahwa adiknya itu menyukai makanan manis itu. Ia berharap adiknya tidak sedih lagi.

Alisya tidak mau makan, ia melamun terus. Gio bingung harus melakukan apa. Ia sudah membelikan adiknya coklat, tapi adiknya itu masih saja sedih. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Gio. Ia langsung membawa adiknya pergi dari restoran itu.

"Mau kemana lagi Kak, Alisya pengin istirahat." Alisya menatap kakak laki-lakinya yang sedang menyetir. Ia sungguh lelah hati ini, ia pengin tidur agar beban yang ada dipikirannya hilang sejenak.

Gio tidak menjawab pertanyaan adiknya itu, ia fokus menyetir. Alisya menatap jengah Kakaknya itu, ia mencoba memejamkan matanya.

Gio menghentikan mobilnya tepat di depan salon terkenal di kota itu. Ia menoleh pada adiknya dan ternyata adiknya tertidur. Ia membangunkan adiknya dan meminta Alisya untuk mengikutinya.

Gio memasuki salon itu dan langsung menyuruh pelayan di sana untuk merias adiknya. Ia ingin adiknya tidak terlihat habis menangis dan terlihat sangat cantik. Gio menyuruh agar Tantenya mengirimkan gaun yang telah ia pesan beberapa Minggu lalu ke salon itu. Ia akan mengajak adiknya ke tempat pesta koleganya dan membuat adiknya bahagia di sana. Ia tidak tega melihat adiknya bersedih terus-menerus.

Sebenarnya Alisya sudah menolak Kakaknya itu, tapi Gio kekeh meminta agar pelayan merias dirinya. Ia sedang tidak ingin pergi ke pesta, ia hanya ingin tidur. Ia ingin beristirahat setelah melewati hari yang berat ini. Namun, Kakaknya memaksanya agar ikut dengannya.

Alisya hanya bisa pasrah dan duduk diam. Wajahnya di make up oleh pelayan salon. Ia diam saja membiarkan pelayan salon melakukan apa yang mereka mau. Ia memberontak pun tidak ada yang berubah.

Pelayan itu mengagumi kecantikan Alisya, ia merias wajah Alisya dengan tersenyum-senyum. Seakan melihat bidadari.

"Neng nya kok cantik banget atuh, kek bidadari."

Alisya tersenyum menanggapi pujian dari pelayan salon itu, "Buat apa cantik, Mba, kalo banyak yang nggak suka sama saya. Lebih baik jelek tapi banyak yang suka daripada cantik tapi di benci sana sini."

"Itu bukan di benci atuh, Neng. Mereka itu iri ama kecantikan kamu."

"Mba, Mba punya sahabat nggak?" pelayan itu mengangguk, "kalo sahabat Mba cinta sama laki-laki yang Mba cintai, apa yang Mba lakuin?"

Pelayan itu nampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Relain laki-laki yang saya cintai demi sahabat. Karena laki-laki bisa di cari tapi sahabat tidak semudah mencari laki-laki."

"Gitu ya Mba? Makasih atas sarannya."

"Mangap bentar Neng," suruh pelayan itu, ia akan memoleskan lipstik di bibir manis Alisya. "dah selesai, perfect."

Alisya diminta berdiri dan masuk ke ruang ganti. Di dalam sana sudah ada pelayan wanita yang siap membantu Alisya berganti pakaian. Pakaian santai Alisya telah berganti dengan gaun rancangan Tantenya.

Alisya melangkahkan kakinya keluar ruangan itu dan menghampiri kakaknya. Gio terkejut akan penampilan adiknya, sungguh malam ini Alisya terlihat bak seorang putri kerajaan. Gio memuji-muji kecantikan alami Alisya dan langsung mengandeng tangan adiknya keluar dari salon.

ALISYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang