07. Bertemu

770 114 18
                                    


.
.
.

"Buru buru banget Joon. Nongkrong dulu lah yuk, ajak Seokjin juga. Kita makan malem di angkringan biasa." Kata Hosoek saat bel terakhir kelas berakhir berdering, dan melihat Namjoon segera berkemas dan mengenakan jaket denimnya.

"Gak bisa, besok Seokjin udah mau pulang dan hari ini gue udah janji sama dia mau ngajak jalan muterin seoul." Jawab Namjoon yg kini menyampirkan tas ke pundaknya.

"Gak pusing tuh, Seoul di puterin?!" Jack menyahut.

"Brengsek!" Kesah Namjoon main main. "Udah ah, gue cabut duluan." Setelah mengankat tangan berpamitan, Namjoon bergegas keluar kelas.

"Lagi bucin. Nanti juga kalo bosen mulai belok." Kata Yoongi saat Namjoon keluar dari kelasnya.

Jadwalnya hari ini, Namjoon ingin mengajak Seokjin menikmati malam di taman dekat Sungai Han setelah kemarin kemarin dia mengajak Seokjin pergi menonton, makan malam di luar dan club malam. Usia memang belum legal, baru bulan depan kiranya dia akan genap 17tahun. Berkat tinggi badan yg dimiliki Namjoon melebihi rata rata di usianya, membuat dia lolos juga dari penjagaan di sana. Dan tentu saja, itu bukan yg pertama kalinya dia mendatangi club malam.

Setibanya di gerbang sekolah yg masih agak ramai dengan para siswa, iris Namjoon menangkap sosok tak asing baginya. Bagaimana wajah Tampan bercampur cantik itu terlihat berpendar di kejauhan. Bukan apa apa, ternyata memang sosok itu berdiri di bawah sinar lampu jalan yg sudah mulai menyala di waktu petang ini.

"Seokjin."

Wajahnya mendadak sumringah melihat sosok Sokjin berdiri di dekat gerbang tepat di bawah sinar lampu. Perlahan kakinya di ajak mendekat, Namun matanya sontak membulat. Seokjin tak sendiri disana, dia berdiri berhadapan sambil berceloteh dengan Anak SD yg nampak tak asing pula untuk Namjoon.

"Jimin?"

Hatinya mendadak celos. Hal yg selama ini dia hindari, terjadi. Sudah sejak kedatangan pertamanya, Seokjin terus saja merengek minta di pertemukan dengan Jimin. Bukan Namjoon menolak keinginan kekasih tampan dan cantiknya itu, tapi Namjoon takut ia akan kembali dejavu dengan kejadian dimana Jimin di tampar oleh mantan kekasihnya dulu. Namjoon belum siap.

Untuk yg mana? Jimin di tampar atau Seokjin bertemu Jimin? Entahlah.

"Jinie," Namjoon menyela obrolan diantara Seokjin dan Jimin. Melihat kondisi keduanya yg biasa saja terkesan senang, nampaknya baik baik saja. "Kamu kenapa kesini?"

Secara otomatis tangan Namjoon melingkar di pinggamg ramping Seokjin, dan Seokjin yg secara otomatis mengecup pipi Namjoon. Couple goals sekali mereka. Terbayang kan wajah Jimin seperti apa sekarang?

"Kejutan." Jawab Seokjin singkat. "Kan kita mau ngedate."

Namjoom hanya balas mengangguk. Namun keadaan jadi agak cagung adanya. Mata Namjoon melirik kearah Jimin, yg kini malah membuang pandang lurus ke arah ujung sepatunya sedang dua tangan kecilnya mencengkram erat tali tas yg tersampir di bahu. Sudah beberapa hari, Namjoon tak bicara pada Jimin dan tentu saja ini yg terjadi. Padahal Namjoon ingin mengatakan sejuta terima kasih karna bekal yg selalu enak di bawakan Jimin. Tapi, gengsi gak sih bilang itu di depan pacarnya?

"Jim.."/ "Joon.."

Kalimatnya bentrok. Secara bersamaan Namjoon dan Seokjin bicara. Namjoon menyerukan nama Jimin dan Seokjin menyerukan nama Namjoon, hingga kontak mata dengan saling melempar tatapan terjadi. Tapi tak lama, Seokjin tertawa renyah. "Kamu duluan."

"Gak! kamu dulu. Kenapa?" Kata Namjoon.

"Aku udah kenalan sama Jimin."

Iya, Namjoon juga tau. Namjoon kan punya mata.

[✓] Mantan Nge-Gebet || [Nammin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang