13. Kelahi

729 109 8
                                    


.
.
.


Hampir Namjoon ikut terlelap kalau saja sentuhan lembut di pucuk kepalanya tak terasa. Dengan setengah kesadaran yg hampir hilang itu, reflek membawanya menangkap tangan Jimin yg bergerak di kepalanya.

"Maaf.. ga maksud bangunin." Serak Jimin dan Namjoon kembali menegakan kepalanya yg sempat bersandar di pinggiran brankar. "Jimin dimana?"

Namjoon berdeham tapi tak melepas cengkraman tangannya pada Jimin. Dia malah melipat kedua tangannya,  dan membiarkan tangan Jimin ada diantara keduanya, "Uks. Tadi kata Jackson, Jimin pingsan. Jadi Namjoon langsung kesini. Emang tadi Jimin lagi ngapain?"

Jimin membenarkan posisi kepalanya sedikit, "yg Jimin inget, Jimin lagi nyari tongkat untuk kelengkapan tari di gudang."

"Dan Jackson nemuin Jimin udah tidur di lantai waktu Jack mau ganti jaring ring basket. Jimin pingsan." Jawab Namjoon melengkapi.

Jimin menggigit sudut bibir tebalnya sedikit dan membuang pandang, "ini minum obat dulu, kata kak Gikwang darah Jimin rendah banget."

Namjoon melepas genggaman tangannya pada Jimin, membantu Jimin duduk dan bersandar dikepala ranjang. Lalu dia mengambilkan beberapa obat yg sudah di sediakan kak Gikwang, mengupas dari kemasannya dan memberikannya pada Jimin. Setelah Jimin meneguk semua obatnya, Namjoon sigap memberinya segelas minuman. Tanpa sadar bibirnya tertarik membentuk senyum, melihat Jimin sudah jauh lebih merona di banding 1 jam lalu.

"Makasih, Joon." Jimin tersenyum sambil menaruh gelas di meja samping brankar. Tapi baru sedikit bergerak tangan Jimin menuju meja, Namjoon sudah merebutnya.

"Jangan maksain lagi ya Jim," perlahan senyum Jimin surut, sedang Namjoon kembali mengambil tangan Jimin yg sudah mulai menghangat. "Namjoon tau, Jimin terlalu keras sama diri Jimin untuk belajar. Kalau memang Jimin gak kuat jangan begini."

Jimin tak menyahut, perlahan pandangannya berubah lurus ke arah kakinya yg terbalut selimut. "Apa alasan Jimin berusaha sekuat ini, buat beasiswa? Hmm?"

Ada jeda diantara pertanyaan Namjoon, hingga akhirnya Jimin menjawab "Jimin cuma mau Ibu sama bapak Bangga sama Jimin."

alasan sederhana yg membuat Namjoon dan segala keangkuhannya luntur. Dan bukan hanya itu,

"Jimin juga mau tunjukin ke orang orang yg udah ngatain, kalo Jimin ga bego."

Tapi,

Bukankah bego yg dimaksud itu lain?

.


Namjoon beranjak, pemanasan bersama Seokjin barusan tak membakar gairahnya sama sekali. Padahal, Seokjin sangat lihai bergerak di atasnya untuk menggoda. Meliukan tubuh, dan melata di atas Namjoon. Seperti penggoda ulung. Tapi, Dia menggeser Seokjin sedikit dan bangkit dari kasur, mengambil sebungkus rokok dari dalam laci beserta pemantiknya lalu membuka jendela balkon lebar lebar. Mencari udara yg sedari tadi nampak sulit sekali di temukan dan membuat pikirannya keruh.

Sebatang rokok di nyalakan, dan Namjoon menikmati setiap tarikan nikotin yg terhisap hingga menghasilkan kepulan asap berwarna abu. Seokjin menghampiri, tangannya melingkar di pinggang Namjoon, memeluk dari belakang.

"Kamu lagi banyak pikiran ya?" Kata Seokjin lembut.

Namjoon bukan perokok aktif, Hanya sesekali jika otaknya sedang buntu begini. Sebungkus rokok saja, bisa bertahan hingga berbulan bulan lamanya.

[✓] Mantan Nge-Gebet || [Nammin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang